Chereads / Air Mata Cinta (Antara Cinta dan Negara) / Chapter 11 - Chapter 10 : Misi Pengamanan

Chapter 11 - Chapter 10 : Misi Pengamanan

"Jika cinta tidak dapat mengembalikan engkau

kepadaku dalam kehidupan ini... pastilah cinta akan

menyatukan kita dalam kehidupan yang akan datang"

(Kahlil Gibran - Seorang Seniman, Penyair, dan Penulis Lebanon-Amerika)

***

" Pagi hari di Rumah Sakit Adyatama-Jakarta"

Tepat pukul delapan pagi, di Rumah Sakit begitu banyak orang berlalu lalang dari keluarga pasien yang ingin membesuk, para warga yang datang untuk mengecheck kesehatan mereka masih banyak yang lain. Dari kejauhan seorang wanita cantik dengan balutan gamis berwarna hijau tosca dan pasmina berwarna hitam tak lupa jas putih khas seorang Dokter berjalan sembari membawa map di tangannya, berjalan kearah seorang laki-laki setengah baya memakai kaca mata dengan busana kemeja biru muda dan celana bahan juga lengkap dengan jas dokternya.

"Dokter Basuki...!", panggil dokter cantik itu, ialah Dokter Balqis Almeera Herlambang bergelar Sp.B.

Lelaki setengah baya tersebut berbalik badan saat dirinya di panggil oleh seseorang, "Oh Dokter Balqis? Ada apa, Dokter...??"

Balqis langsung memberikan berkas di tangannya kepada Dokter Basuki, "Tolong anda tanda tangani berkas ini...", pintanya.

Dokter Basuki langsung mengambil bolpen miliknya dan menanda tangani berkas yang diberikan oleh dokter balqis, "Oh ya Dokter Balqis, untuk pasien di ruangan Mawar No 10 itu, tidak perlu transfusi darah lagi. Beri dia sedikit cairan dan penambah energi...!", pintanya.

"baik, Dokter...", jawab Balqis dengan tersenyum menanggapinya.

"Dan satu lagi, besok pagi lakukan tes darah sekali lagi...!", perintah Dokter Basuki tersenyum sambil memberikan berkasnya kembali kepada dokter balqis.

Balqis mengambil berkasnya kembali, "baik, terimakasih banyak, Dokter Basuki...", ucapnya dengan tersenyum lebar.

Saat Balqis ingin beranjak pergi untuk melanjutkan pekerjaannya, Dokter Basuki kembali memanggilnya, "Dokter Balqis...!", panggilnya bersamaan itu Balqis berbalik badan ke arah Dokter Basuki.

"iya Dokter..."

"Saya tadi hampir lupa, jam 10 nanti akan ada Konsulen datang. Sampaikan juga kepada yang lain mengenai ini, maaf informasinya agak dadakan karena ini permintaan dari Konsulennya...", jelas Dokter Basuki.

"Baik, Dok. Saya akan sampaikan kepada Dokter lainnya...", balas Balqis, "Kalau begitu saya permisi pergi dulu...", pamitnya langsung melangkah pergi.

Balqis mengeluarkan ponselnya dan memberitahu kepada grup Dokter Residen untuk berkumpul di kantor karena ada hal yang ingin di sampaikan kepadanya untuk para Dokter Residen lainnya, Balqis naik lift agar lebih cepat sampai dan sampailah di kantor, terlihat semua dokter sudah berkumpul di kantor memenuhi panggilan dari dirinya.

"Assalamualaikum rekan-rekan, ada yang harus sampaikan kepada kalian dari Dokter Basuki. Pukul 10 pagi nanti akan ada Konsulen datang, jadi siapkan diri kalian...", beritahu Balqis.

Semua Dokter Residen terkejut mendengarnya, "Apa?! Jam 10...?!"

"Kenapa dadakan sekali informasinya, Dokter Balqis...?!", timpal Dokter Andra yang terlihat kesal dan sedih mendengar informasi dadakan tersebut.

"sangat menyebalkan sekali...!", kesal dari dokter naila.

Balqis menghela nafas, dia sudah tau akan mendapatkan tanggapan kekesalan dan kemarahan dari rekan-rekan Dokter Residen nya, "Maafkan aku, kata Dokter Basuki ini permintaan dari Konsulen nya, jadi kalian harus persiapkan semuanya sebelum Konsulen datang...", seru Balqis.

Semua Dokter Residen begitu sangat lemas dan lemah mendengar Konsulen yang akan datang begitu mendadak, mereka keluar dari kantor dengan wajah tidak bersemangat dan bergairah, mereka kembali melanjutkan pekerjaan mereka dari memeriksa pasien dan mengerjakan berkas di komputer.

~~~

" Markas Besar TNI "

Pagi hari yang cerah di Markas Besar TNI, dari kejauhan terlihat seorang laki-laki setengah baya memakai seragam PDL tentara berpangkat bintang tiga dengan nametag bagus tidak lain adalah Letjen Bagus Herlambang yang berjalan menuju ke sebuah ruangan tempat dimana sahabatnya yaitu Jenderal TNI Gatot Mukti Herdiyantoro berada.

Sampailah di sebuah ruangan dengan memiliki dua pintu terbuat dari kayu dan terdapat papan nama ruangan yang bertuliskan "Ruang KSAD", Letjen Bagus mengetuk pintu dan tak lama mendapatkan jawaban langsung dari dalam. Segera dia membuka pintu tersebut dan melangkah masuk ke ruangan.

Didalam ruangan tersebut duduklah lelaki setengah baya seragam PDL tentara berpangkat berbintang 4 yang tidak lain adalah sahabatnya Jenderal TNI Gatot Mukti Herdiyantoro, "Silakan duduk...!"

Letjen bagus mendaratkan pantatnya di sebuah kursi staff, Jenderal TNI Gatot memberikan sebuah map berwarna hitam terdapat sebuah lambang TNI AD berupa garuda dan semboyan bernama Kartika Eka Paksi, "Itu tugas khusus untuk Tim Alpha dari Pak Menteri Pertahanan, untuk ikut melakukan pengamanan Seminar Kedokteran yang akan dilaksanakan 2 hari lagi di Hotel Manhattan Jakarta...", jelasnya.

Letjen Bagus membuka dan membaca berkas yang ada di map tersebut, "Kenapa dengan Seminar Kedokteran itu? Kenapa harus ada pengamanan dari Kopassus? Bukankah dengan pengamanan dari Divisi Kepolisian saja sudah cukup...??"

Jenderal TNI Gatot mencondongkan badannya dengan kedua tangannya di simpul di atas meja, "Kali ini situasinya berbeda, pengamanan ini berkaitan dengan Organisasi Teroris yang Tim Alpha hadapi di negara Tonga. Pak Menteri memiliki dugaan, salah satu dari komplotan Organisasi Teroris itu akan muncul di seminar itu untuk melakukan transaksi obat terlarang...", jelas jenderal TNI Gatot.

Letjen Bagus mengangguk kepala mengerti, "Baiklah, saya akan berikan ini kepada Komandan PMPP TNI untuk memberitahu kepada Tim Alpha secepat nya...", jawabnya.

~~~

" Di Rumah Sakit Adyatama"

Tepat Pukul 10 : 00 WIB...

Kembali ke rumah sakit, tiba saatnya para Dokter Residen akan di pimpin oleh Konsulen yang merupakan Dokter senior. Para Dokter Residen berbaris didepan pintu masuk dan disana mereka menunggu kedatangan Dokter Konsulen untuk memberikan sambutan sebelum nanti melakukan bimbingan.

Pintu masuk terbuka datanglah barisan Dokter Konsulen, mereka berjumlah lima orang yang di ketuai oleh Dokter paling didepan dan posisinya di tengah, semua Dokter Residen wanita terpaku melihat ketampanan Dokter yang berada di tengah tersebut, dia tinggi, tampan, memilik alih tebal, mata seperti elang, hidung mancung dan berkulit putih dengan memakai celana bahan hitam dan kemeja putih juga jas dokternya begitu sangat tampan juga gagah.

"Rekan-rekan Dokter, perkenalkan Dokter di tengah ini yang akan menjadi Konsulen kalian bernama Dokter Evan Pandega Adyatama, Sp.BO. Dan merupakan putra pemilik dari rumah sakit ini...", jelas dokter heru.

Dokter Evan menghela nafas saat dokter di sampingnya itu mengatakan hal yang diluar kontek, "Tidak usah lama-lama, kita segera lakukan menfollow up pasien...!", seru Dokter evan dengan sedikit dingin dan cuek langsung melangkah pergi meninggalkan para Dokter Residen.

Mereka pun memulai memasuki kamar pasien, dan semua Dokter Residen dan Koas begitu sangat tegang mendapati konsulennya yang dingin, cuek walaupun tampan. Mereka begitu takut karena belum ada persiapan sama sekali untuk menghadapi konsulen, mereka pasti akan di marahi habis-habisan karena belum belajar dan mempersiapkannya dengan baik.

"Pasien tadi yang menerima Tamponade Jantung, pada perawatan selanjutnya. Apa yang harus diperhatikan, Dokter Residen Andra...?", tanya Dokter Evan dengan nada dingin dan tegas.

Dokter Andra terkejut saat namanya dipanggil dan diperintahkan untuk menjelaskan perawatannya, dia gelagapan dan nafasnya tercekat, "emm... terapi penyembuhan shock, transfusi darah", ucapnya terhenti.

Mendengar penjelasan Dokter Residen Andra berhenti bersamaan itu langkah Dokter Evan pun berhenti kemudian melihat Dokter Residen Andra dengan tatapan tajam, "Kenapa diam?! Apa kelanjutannya?! Apa hanya itu saja...?!", tanya dengan nada membentak.

Dokter Andra menundukkan kepala, "Maaf dokter, saya lupa...", jawabnya.

Dokter Evan kemudian menghela nafas berat, dia bertolak pinggang dihadapan para Dokter Residen lainnya, "Kalian merupakan seorang Dokter yang akan menyembuhkan para pasien, jika kalian seperti ini bagaimana bisa kalian disebut Dokter profesional! Selama ini kalian belajar apa saja?! Kalian tau, diluar sana begitu banyak orang yang ingin menjadi Dokter seperti kalian, tetapi mereka kekurangan biaya. Dan satu lagi, menjadi Dokter bukanlah pekerjaan yang mudah, butuh perjuangan dan harus berusaha...!!", tegasnya.

Semua menundukkan kepala mendapat bentakan dari Dokter Evan, "Di antara kalian, siapa yang bisa menjawab pertanyaan tadi...?!", tanyanya.

Dokter Balqis mengangkat tangan kanannya kemudian menjawab, "Izin menjawab dok, selain terapi penyembuhan shock, transfusi darah, pasien tersebut harus diberikan obat penenang, pereda nyeri dan inhalasi oksigen, perikardiosentesis, drainase perikardial. jika semua tidak normal maka perikardium terus mengalami pendarahan perlu segera pembedahan dada untuk memeriksa...", begitu sangat lancar.

Dokter Evan terus memperhatikan bagaimana Dokter cantik yang nama di nametagnya balqis, dia begitu sangat terpesona dengan kecantikan dan keanggunannya, setelah Dokter Balqis selesai menjelaskan dirinya tersadar dari lamunan, "apa ada lagi...??", tanyanya.

"Ada, yaitu memberikan antibiotik mencegah infeksi...", jawab Balqis dengan mantap.

"Bagus, dari semua Dokter Residen disini hanya Dokter Balqis yang bisa menjawabnya. Pokoknya kejadian ini jangan sampai terulang lagi di lain waktu, belajarlah kalian dengan benar-benar dan serius...!!", perintah dokter evan berlalu pergi menuju pasien lainnya.

~~~

" Markas PMPP "

Hari Ke 5 Latihan Pasukan Garuda...

Di sebuah ruangan kelas yang bersih dengan kursinya tertata rapih membentuk huruf U memenuhi setengah ruangan dan Sang Pengajar PMPP berdiri didepan papan tulis dan menulis sesuatu disana. Di salah satu bangku terlihat Mayor Alvar yang sedang sibuk dengan pikirannya sendiri sambil mengusap-usap bros kerudung kristal biru milik wanita yang dicintainya yaitu Rania.

# Flash Back On #

Di suatu hari yang cerah, panas dan berdebu di Lebanon, terlihat satu orang laki-laki memakai seragam tentara dan satu orang wanita cantik memakai gamis pink, pasmina warna senada dan cadar bandana dengan balutan jas dokter yang dia kenakan, mereka berdua sedang duduk di sebuah bebatuan besar yang dibawah sana terdapat aliran sungai yang sangat jernih dan menyegarkan.

"Kapten Alvar...??", panggil wanita cantik itu, dia adalah Dokter Rania dengan memakai bahasa Indonesia walaupun sedikit kaku untuk mengucapkannya.

Mendengar dirinya di panggil Kapten Alvar langsung beralih melihat kearah wanita cantik disebelahnya, "Ada apa...?", tanyanya.

Dokter Rania langsung menatap penuh arti kepada Kapten alvar, "Apa kamu lupa dengan janjimu, kapten? Dimana janjimu? Bukankah kamu pernah berjanji akan menikah denganku, jika kita bertemu lagi...", ucapnya dengan pura-pura kesal dan marah.

Kapten Alvar mendadak terdiam mendengar ucapan wanita cantik dihadapannya, Dokter Rania memajukan wajahnya hingga jarak wajahnya dan wajah kapten alvar hanya beberapa sentimeter saja, kedua tangannya dibawa kebelakang kepalanya untuk melepas ikatan cadar bandana nya lalu membuka cadarnya perlahan-lahan hingga terlihat jelas wajahnya yang sangat cantik berparas blasteran Timur Tengah dan Amerika. 

Kapten Alvar matanya terbelalak sempurna melihat rania yang berani membuka cadarnya dihadapannya dan dia bisa melihat paras Timur Tengah yang begitu cantik dan menawan, dirinya berkali-kali menelan salivanya dengan susah payah, dia begitu sangat gugup karena jarak dirinya dan wanita cantik didepannya begitu sangat dekat, tatapan mata biru milik Dokter Rania seakan seperti menghipnosi dirinya. Kemudian pandangan miliknya mengarah ke arah bibir ranum milik rania yang kian detik semakin mendekat.

Dokter Rania memejamkan matanya kemudian memajukan wajahnya dan detik kemudian bibir miliknya mencium bibir milik Kapten Alvar dengan lembut, Dokter Rania melepas tautan bibirnya dan menatap penuh arti pada lelaki dihadapannya.

"Tuan Tentara, apa kamu tau. Itu adalah ciuman pertamaku yang aku berikan kepadamu...", tutur dokter rania. 

Mendengar hal itu kapten alvar terkejut membuat matanya membulat sempurna, "Aa-apa...??", ucapnya dengan gagap karena syok.

Dokter rania langsung berdiri dari duduknya dengan menunjukan ekspresi wajah yang kesal kepada kapten alvar sambil bertolak pinggang, "Kau sudah mencurinya dariku, kau harus bertanggung jawab atas semuanya. Kau harus menikahiku, Tuan Tentara...!", ucapnya dengan nada pura-pura mengancam kemudian melangkah pergi meninggalkan Kapten Alvar.

# Flash Back Off #

Tok... tok... tok...

Pintu ruang kelas di ketuk dari luar, pembelajaran terhenti sejenak semua mata yang berada di kelas itu tertuju ke arah pintu dan masuklah seorang lelaki berseragam PDL tentara berpangkat Letkol bernama Rudi Nurudin, berjalan kearah Pengajar PMPP kemudian berbisik disana.

"Baik, saya mengerti. Silakan...!", balas Pengajar PMPP memberikan izin.

Letkol Rudi memberikan hormatnya kepada Pengajar PMPP, dia merubah posisi melihat kearah depan untuk mencari seseorang yang dia ingin panggil, dan akhirnya berhasil menemukan orangnya yaitu Mayor Alvar, "Mayor Alvar...!", panggilnya.

Mayor Alvar yang ada di bangku ketiga yang sedang melamun tidak mendengar panggilan dari Letkol Rudi, Kapten Ervin yang duduk disampingnya langsung menepuk pundak dari sahabatnya itu. 

"Alvar...!", panggil Kapten Ervin dengan lirih.

Tepukan lembut di bahu Mayor Alvar menyadarkan dirinya dari kenangan masa lalu. Kenangan ketika ia bersama Rania. Namun, Allah tidak menakdirkan dirinya untuk bersama Rania. Mayor Alvar menengok kearah sahabatnya Kapten Ervin yang duduk bersebelahan dengan dirinya, lalu sahabatnya itu memberikan isyarat dengan lirikan matanya untuk melihat kedepan.

Mayor Alvar yang sadar langsung berdiri dari duduknya dan mengangkat tangan memberi hormat, "Garuda...!"

Letkol Rudi membalas hormat dari Mayor Alvar, "Mayor Alvar, Wadan(Wakil Komandan) PMPP memanggil anda keruangannya..."

"Siap, Komandan...!", jawab Mayor Alvar langsung beranjak dari tempat duduknya dan melangkah turun lalu memberi hormat kepada Pengajar PMPP, "Mohon izin meninggalkan ruangan...!"

"Silakan...!", balas Pengajar PMPP memberikan izin.

"Siap, terimakasih Komandan. Garuda...!", ucap Mayor Alvar memberikan hormat dan langsung pergi bersama Letkol Rudi meninggalkan ruang kelas dan pembelajaran.

~~~

" Ruang Wakil Komandan PMPP "

Sampailah di depan pintu ruangan dari Wakil Komandan PMPP. Mayor Alvar mengetuk pintu terlebih dahulu sampai sahutan orang didalamnya memberikan izin untuk masuk, Mayor Alvar membuka knop pintu dan melangkah masuk kedalam ruangan.

Setelah masuk kedalam Mayor Alvar memberikan hormat kepada Laksma TNI Raden Mas Harto Adhiprama yang menjabat sebagai Wakil Komandan PMPP.

"komandan Laksma, anda memanggil saya...?", tanya Mayor Alvar, dia terkejut dengan adanya Letjen Bagus yang sedang duduk di sofa bersamaan dengan Laksma TNI Harto, "Komandan...!", langsung memberi hormat kepada Komandan Kopassusnya.

Letjen bagus dan Laksma TNI Harto beranjak dari duduknya dan memberi hormat bersamaan, "Wadan Laksma Harto, saya mohon izin untuk menggunakan ruangan ini selama 15 menit...", izin dari Letjen bagus.

"Silakan, kalau begitu saya undur diri terlebih dahulu karena ada urusan yang saya harus kerjakan. Permisi...!", pamit dari Laksma TNI Harto langsung melangkah keluar dari ruangannya.

Mayor Alvar memberikan hormat kepada Laksma TNI Harto yang meninggalkan ruangan, sekarang di dalam ruangan hanya ada dirinya dan Letjen Bagus.

"duduklah...!!", perintah dari Letjen Bagus.

"siap...!!"

Mayor Alvar langsung menuruti perintah dari Letjen Bagus untuk duduk bersama di sofa, sekarang dia duduk saling berhadap dengan komandan Kopassus nya, Letjen Bagus kemudian memberikan sebuah map hitam berlogo TNI AD Kartika Eka Paksi kepada Mayor Alvar.

"Kedatanganku kemari ingin memberikan ini kepadamu, di dalam map tersebut berisi perintah langsung dan tugas darurat yang baru saja diberikan dari atasan untuk Tim Alpha...", jelas Letjen Bagus.

Mayor Alvar menerima berkas itu dan membacanya, "Pengamanan seminar kedokteran...?", ucapnya, "Tugas pengamanan bukankah tugas Divisi Kepolisian? Kenapa harus menyertakan keamanan dari Tim Alpha Kopassus...?", tanyanya.

Letjen Bagus menghela nafas sambil menatap lekat Mayor Alvar, "Masalahnya Pak Menteri Pertahanan lah yang meminta Tim Alpha untuk ikut dalam pengaman seminar kedokteran itu, dan pak Menteri menduga ini masih berkaitan langsung dengan Organisasi Teroris yang kalian hadapi di negara Tonga...", jelasnya.

"baik komandan, saya mengerti...", jawab Mayor Alvar.

"Pilih anggota terbaik untuk menambah personil dari Tim Alpha, dan Divisi Kepolisian pun akan ikut bergabung dalam misi ini, Jenderal Gatot mempercayakan ini kepadamu, lakukan sesukamu, karena kau yang akan menjadi komandan mereka. Kau mengerti...!", ucap Letjen Bagus.

"baik Komandan, laksanakan. Komando...!!", jawab mayor alvar penuh semangat, "Kalau begitu saya izin keluar untuk menunjuk pasukan...", pamitnya langsung meninggalkan ruangan.

~~~

Setelah keluar dari ruangan, Mayor Alvar menatap jam tangan pemberian dari sahabatnya Kapten Ervin yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Disana dia melihat jarum pendek mengarahkan ke angka jam 12 siang dan sudah waktunya untuk istirahat, dia mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang disana.

"Halo, vin! Lo dimana...?", tanyanya.

"Gue dalam perjalanan ke Masjid buat sholat...", jawab kapten ervin diseberang sana, "Lo, sekarang dimana...?", tanyanya.

"Gue baru keluar dari ruangan Wadan PMPP. Vin! Setelah Sholat Dzuhur nanti, perintahkan jajaran Pasukan Kopasus untuk berkumpul di ruang kelas, ada hal yang ingin gue sampaikan pada mereka...!", perintah Mayor Alvar.

"siap, laksanakan...!!", jawab Kapten Ervin.

Mayor Alvar menyimpan kembali ponselnya dia segera ke Masjid PMPP terlebih dahulu untuk menjalankan kewajibannya sebagai seorang Muslim yaitu Sholat Dzuhur berjamaah untuk laki-laki di Masjid.

~~~

Pukul 12 : 00 WIB

" Di Rumah Sakit adyatama "

Waktupun sudah menunjukan tengah hari dimana matahari sudah berada di tengah garis katulistiwa dengan sinarnya yang cerah dan panas, di rumah sakit para Dokter Residen telah selesai melaksanakan Konsulen bersama Dokter Evan kembali ke ruangannya masing-masing karena waktu sudah menunjukan istirahat.

"Mba Intan...?!", panggil dari Dokter Balqis.

Dokter Intan yang merasa terpanggil akhirnya berbalik untuk melihat orang yang memanggilnya, "Ehh... Balqis, ada apa?", tanyanya.

"Mba, tadi itu Dokter Evan kasih tau untuk kita para Dokter Residen buat hadir di acara seminar di Hotel Manhattan Jakarta, yah? Tadi Balqis gak terlalu mendengar, itu seminar tentang Spesialis Pembedahan yah kan, Mba...??", tanya Dokter Balqis.

Dokter Intan menganggukkan kepala sembari menjawab, "Iya bener, itu sepertinya seminar yang fokus ke spesialis pembedahan..."

"oohh begitu, Mba Intan nanti dateng kan...??", tanya Dokter Balqis.

Dokter Intan langsung merangkul Dokter Balqis, "iya dong, aku pasti bakal dateng. Oh ya mendingan kita berangkat bareng saja, aku akan jemput kamu. Bagaimana? Kamu mau kan...??", tawarnya.

"ookkee deh, kalo Mba Intan memaksa. Terpaksa Balqis akan menerimanya...", jawab Balqis dengan tersenyum lebar memperlihatkan deretan gigi rapihnya yang putih.

"ookkee, siap...!", balas Dokter Intan sembari mengacungkan jempolnya.

Dari kejauhan sepasang mata yang begitu tajam bagaikan elang dengan warna matanya hazel nampak melihat kearah dua dokter cantik yang sedang berbincang-bincang terutama tatapannya begitu sangat intens melihat dokter cantik yang memakai gamis.

"Pak, tolong sampaikan ke ayah saya. Saya akan pindah praktek, di rumah sakit ini...!", perintah Dokter Evan.

"Baik, Dokter Evan. Saya akan sampaikan kepada pak Direktur untuk anda pindah ke Rumah Sakit ini...", jawab asistennya, "tapi, tumben sekali Dokter Evan mau pindah praktek di rumah sakit ini? Bukankah dulu Dokter Evan tidak mau disini, maunya selalu Rumah Sakit luar yang tidak ada kaitannya dengan keluarga anda...", tuturnya.

Dokter evan tersenyum lebar kepada asistennya, "Ada hal menarik di rumah sakit ini, aku harus pindah dengan cepat...!", serunya, entah kenapa ada getaran didalam hatinya saat melihat dokter cantik yang bernama balqis, binaran yang terpancar matanya membuat dirinya seakan terhipnotis kedalam laut yang paling dalam.

~~~

" Ruang Kelas PMPP "

Di ruang kelas PMPP, semua pasukan kopassus yang sudah melaksanakan ibadah Sholat Dzuhur langsung di kumpulkan. Kapten Ervin menyiapkan barisan agar rapih, tak lama kemudian datanglah Mayor Alvar berdiri didepan para pasukan.

"Selamat siang, semuanya...!!!", sapa Mayor Alvar dengan semangat dan tegas.

"Siang...!!"

"Garuda...?!", ucap Mayor Alvar, "Garuda' merupakan slogan dari Pasukan Garuda yang selalu di ucapkan para prajurit ketika sudah tergabung menjadi Calon Prajurit Perdamaian.

"Garuda...!!!"

"Saya kumpulkan kalian semua disini tidak lain ada informasi yang harus kalian ketahui, baru saja saya mendapatkan perintah dari KSAD untuk Tim Alpha ikut serta dalam pengaman seminar kedokteran yang akan dilaksanakan 2 hari lagi di Hotel Manhattan Jakarta. Mengerti semuanya...!", tegas Mayor Alvar.

"Siap dimengerti, komandan...!!", Jawab serempak dari semua Pasukan Kopassus.

"Baik, nama-nama yang saya sebutkan nanti tetap berada di ruangan ini...!", ucap Mayor Alvar.

"Siap Komandan...!!", jawab serempak dari seluruh pasukan.

###

konsulen adalah tingkat tertinggi atau supervisor paling senior. Biasanya konsulen disebut juga dengan dokter senior, yang juga bertugas menjadi dosen pembimbing koas dan residen.

Koas adalah program profesi yang harus lakukan oleh mahasiswa jurusan kedokteran untuk mendapatkan gelar dokter yang dilaksanakan di rumah sakit dalam kurun waktu 1,5 tahun hingga 2 tahun.

Tahapan Residen, dokter berhak untuk memberikan kontribusi bagi pelayanan kesehatan di rumah sakit, sekaligus mendapatkan pendidikan yang memadai. Hanya saja, di setiap tahapannya, Dokter Residen memiliki tanggung jawab yang berbeda. Pradana menerangkan, residen tahap dasar perlu ditempatkan di RS pendidikan utama, diberikan pengayaan dan pembekalan dasar, dan mendapatkan supervisi lebih melekat.

Sp.B merupakan dokter yang memiliki spesialisasi pada semua hal yang berkaitan dengan prosedur pembedahan.

Sp.BO adalah dokter yang memiliki spesialis di bagian bedah ortopedi atau tulang.

Kartika Eka Paksi bermakna sebagai berikut: "Burung gagah perkasa tanpa tanding menjunjung cita-cita tinggi, TNI AD yang kuat senantiasa menjunjung cita-cita yang tinggi, yaitu keluhuran nusa dan bangsa serta keprajuritan sejati."