" Ruang Opname - Muhammad Alvar "
Pagi harinya kini ada beberapa anggota dari TNI yang datang menjenguk alvar di rumah sakit. Mereka berkumpul diluar ruangan dan hanya ada beberapa orang saja yang di izinkan masuk tidak terlalu banyak karena peraturan dari rumah sakit untuk tidak terlalu banyak orang yang menjenguk karena kondisi alvar yang masih belum membaik dan beberapa alasan dari dokter.
Di dalam ruangan terlihat alvar yang tengah duduk bersandar pada ranjang berwarna biru. Punggung tangan kanannya terdapat selang infus. Hidungnya dipasang selang alat bantu pernafasan atau nasal kanul yang memiliki dua cabang yang ditempatkan di lubang hidung.
Bunda rosmawati menatap putranya berkaca-kaca seraya tersenyum melihat alvar makan dengan lahap sekalipun hanya semangkuk bubur putih dan itu pun ia dapatkan dari rumah sakit. Yang jelas semangkuk bubur itu telah tandas sekarang.
"mau minum, sayang...?", tanya bunda rosmawati.
Alvar membalas dengan anggukan kepala, bunda rosmawati lalu mengambil gelas berisi air putih dan menyodorkan ujung sedotan ke bibir putranya sambil menatapnya lembut, "minum pelan-pelan..."
Lalu alvar menyedot air tersebut, "sudah, bunda"
Bunda rosmawati meletakan gelas di atas laci, dia mengusap bibir basah putranya dengan sapu tangannya.
Tok... tok... tok
Terdengar bunyi ketokkan pintu dari luar ruang rawat.
"masuk...", sahut bunda rosmawati.
Bunda rosmawati memutar tubuhnya melihat siapa yang datang berkunjung. Ternyata sahabat-sahabat dari putranya yaitu ervin, akhdan, simon dan patimura dengan membawa satu keranjang buah-buahan, sekotak kue, susu dan buket bunga cokelat.
"assalamu'alaikum bunda, alvar...", ucap salam mereka berempat dengan serempak.
"wa'alaikumsalam...", jawab salam dari bunda rosmawati dan alvar.
"hayok sini...", perintah bunda rosmawati kepada keempat sahabat putranya.
Ervin, akhdan, simon dan patimura langsung berjalan mendekat ke arah bunda rosmawati sembari menyerahkan buah tangan yang mereka bawa.
"bunda ros. Ini buah tangan dari kami. Tolong diterima...", ucap simon sembari menyerahkan keranjang buah-buahan, sekotak kue kepada bunda rosmawati.
Bunda rosmawati matanya berkaca-kaca dan merasa tersentuh melihat keempat sahabat putranya ini begitu sangat perhatian sampai membawakan begitu banyak buah tangan untuk alvar.
"terimakasih yah. Bunda akan terima..."
Hiks... hiks.. hiks...
Terdengar suara isakan tangis. Dan ternyata suara tangisan itu berasal dari ervin yang menangis. Bunda rosmawati yang melihat hanya tersenyum sambil mengelengkan kepala. Simon dan patimura, mereka menghela nafas sambil menepuk jidat bersama. Sedangkan akhdan menepuk-nepuk kapten ervin yang sedang menangis.
Ervin dengan membentangkan kedua tangannya dan berjalan menuju brangkat lalu memeluk sahabatnya alvar, "alvar... akhirnya kau sadar juga. Aku begitu sangat merindukanmu... hiks", ucapnya.
Alvar yang duduk di brangkar menghela nafas dengan memutar mata jengah, "hei... kamu ingin memelukku, atau membunuhku?" protesnya saat ervin memeluknya kencang.
"ahh maaf, aku memelukmu terlalu erat, yah..." ervin melonggarkan pelukannya. Lelaki itu menutup matanya sebentar, melihat langit-langit bangsal sambil mengusap air matanya. Padahal tidak ada satupun yang menetes disana, "aku bahagia sekali melihatmu sudah sadar, sayang..."
"ku bilang juga apa. Seharusnya kita tak perlulah bawa orang itu kemari...?",ucap simon berbisik membicarakan kaptennya ervin. "kita salah membawa nya kemari...", dan dibalas patimura dengan helaan nafas.
Akhdan disana langsung merangkul pundak simon dan patimura yang sedang asik berbisik, "kalian berbisik apa?", tanyanya dengan memberikan tatapan menakutkan.
Simon dan patimuran langsung melepas rangkul dari danton atau komandan peleton nya, "tidak. Kami tidak berbisik apa-apa kok, iya kan patimura?"
"iya danton. Beta tadi bicara dengan simon, karena beta punya baju di markas PMPP belum di jemur...", bohong patimura.
"oh yah... Kamu suka cokelat atau bunga?", tanya ervin penuh semangat.
Dahi alvar mengernyit heran, "ahh..."
Dari balik punggungnya ervin mengeluarkan buket bunga cokelat dan setangkai bunga mawar, "tenang saja. Aku membawa keduanya, buket bunga cokelat dan setangkai bunga mawar merah untukmu, sayang...", ucapnya diakhiri dengan memberikan kerlingan mata sebelah kiri.
Alvar seketika saja merinding sekujur tubuh mendapat kerlingan mata dari ervin. Dia hanya bisa mengeleng-gelengkan kepala melihat tingkah absurd dari ervin. Bunda rosmawati yang ada di samping kiri brangkar putranya menutup mulut sambil tertawa kecil.
Bunda rosmawati langsung mengambil buket bunga cokelat dan setangkai bunga mawar dari tangan ervin, "terimakasih banyak, ervin. Bunda akan terima buket dan bunga mawar nya..."
Akhdan mendekat sambil memberikan kantong plastik berisi susu kotak, "cepat sembuh, komandan..."
"terimakasih, akhdan...", jawab alvar.
Tok... tok... tok
Terdengar bunyi ketokkan pintu kembali. Bunda rosmawati melangkah menuju pintu untuk membukanya. Pintu pun terbuka memperlihatkan seorang laki-laki dengan seragam loreng TNI lengkap dengan baret merahnya dan perempuan memakai balutan gamis dan pasmina.
"assalamu'alaikum, mba ros..."
Bunda rosmawati tersenyum menyambut kedatangan dari letjen bagus dan istrinya farida, "wa'alaikumsalam bagus, farida..."
"kami ingin menjenguk alvar, boleh mba?", tanya farida, "oh ya ini buah-buahan untuk alvar...", keranjang buah yang tadi ia bawa, saat ini sudah berpindah ke genggaman bunda rosmawati. Sebuah hantaran yang sangat umum dan biasa diberikan ketika menjenguk orang sakit.
"mari masuk. Di dalam juga lagi ada ervin, akhdan, simon sama patimura yang sedang menjenguk...", ajak bunda rosmawati.
Letjen bagus dan istrinya farida melangkah masuk ke ruang rawat alvar. Melihat kedatangan letjen bagus, ervin, akhdan, simon, dan patimura langsung memberi hormat kepada komandannya. Alvar yang melihatnya, sekalipun dirinya sakit tetap ikut memberikan hormat kepada letjen bagus.
"hormat, komandan...!"
Bunda rosmawati menatap senduh wajah putranya yang memaksakan diri untuk memberikan hormat, "hati-hati infusnya sayang" peringat dari bundanya saat ia melihat pergerakan tangan alvar yang berlebihan.
Alvar tersenyum menatap bundanya, "tidak apa-apa, bunda..."
Letjen bagus menghembuskan nafasnya berat. Baru pertama kali ini dia melihat putra dari mendiang sahabatnya wiranto rusydi yaitu alvar terbaring parah di brangkar.
"bagaimana keadaanya, mayor alvar? Sudah membaik?", tanya letjen bagus kepada alvar.
"alhamdulillah sudah membaik, komandan...", jawab alvar masih terdengar tegas, "komandan. Mengenai pelaku hassan...", ucapnya terlihat gusar.
Letjen bagus kembali menghembus nafas melihat alvar yang tidak jauh dengan mendiang ayahnya sama-sama keras kepala dan gila akan tugas. Bukan kesehatan yang dipikirkan tetapi memikirkan tugas, "kau tak perlu khawatir. Polisi sudah menangani operasi ini, situasi umum di pindahkan ke saya. Yang terpenting sekarang adalah kesembuhanmu. Komandan PMPP TNI memberikanmu cuti 10 hari. Setelah itu kembali ke markas PMPP untuk kembali melanjutkan pelatihan pasukan garuda...", jelas letjen bagus.
"baik pak, dimengerti...", jawab alvar tegas.
"dan setelah sembuh nanti saya menunggu laporan terperinci mu...", ucap letjen bagus.
"baik pak..."
Farida disana menghela nafas melihat suaminya dan alvar yang sibuk membicarakan pekerjaan, "sudah, abi. Jangan bicara pekerjaan lagi dengan alvar. Biarkan dia istirahat dulu, tugas-tugas bisa dibicarakan nanti..."
"iya umi, maaf...", jawab letjen bagus.
"alvar, sayang. Jangan memikirkan hal lain dulu, untuk sekarang kamu harus sembuh dan sehat. Kamu mengerti...?", tanya farida.
Alvar tersenyum sambil mengangguk, "iya, umi. Saya mengerti. Alvar janji secepatnya akan sembuh dan sehat kembali..."
~~~
" Polres Metro Jakarta Pusat "
Kring... kring... kring...
TIba-tiba dering telepon terdengar. Seorang detektif wanita bernama vera langsung menerima telepon itu.
"halo, selamat pagi dari Kantor Polres Metro Jakarta Pusat, ada yang bisa di bantu?"
Kedua mata detektif vera terbelalak mendengar suara laki-laki di seberang sana, "baik. Terimakasih atas informasinya. Kami akan segera kesana...", jawabnya.
Detektif vera langsung beranjak dari kursinya. Dia berjalan cepat menuju ke ruangan komandannya.
Di ruang lain. Setelah melaksanakan apel pagi, para polisi yang ada di Kantor Polres Metro Jakarta Pusat itu bersiap mendengar arahan tugas khusus dari sang komandan. Detektif vera berjalan cepat menuju ruang komandannya.
"selamat siang, semuanya. Hari ini kita mulai bergerak untuk melakukan penyelidikan...", ucap kombes.pol haryo.
Tiba-tiba pintu ruangan terbuka, membuat atensi semua orang menatap kesana.
"lapor komandan. Polisi di jalan pesisir melaporkan, mereka menemukan satu set pakaian dan sepasang sepatu yang mirip di kenakan pelaku hassan pada hari seminar..." lapor detektif vera.
Mendengar itu membuat seisi ruangan terkejut. Detektif vera langsung berjalan ke arah komandannya sambil menunjukan ponselnya.
"mereka mengirim poto beserta video, ini seharusnya milik pelaku hassan...", kata detektif vera.
Jemari kombes.pol haryo mengusap-usap dagu, seperti sedang berpikir, "mengapa barangnya muncul di jalan pantai. Orang-orang seperti dia bahkan jika ingin pergi, tidak akan melalui saluran ini..."
"kelompok A. Pergi ke dermaga terdekat untuk mencari tau. Jika menemukan petunjuk, segera beritahu...!", perintah kombes.pol haryo.
"baik, komandan...!"
~~~
" Rumah Sakit Adyatama "
Drrtt... drrtt...
Suara nada dering mengalun dari ponsel alvar yang berdering berkali-kali di nakas mengusik tidur alvar. Mulanya, ia tak sanggup untuk bangkit tetapi ponselnya terus berdering tidak henti-hentinya membuat telingan nya kesakitan.
Alvar berusaha untuk bangun dari tidurnya, ia berusaha menahan sakit di dada nya dengan cepat menyambar ponsel. Nomor tak dikenal terpapang di layar ponselnya. Ia mengernyitkan dahinya sesaat sebelum menggeser layar ponselnya dan mendekatkan ke telinga.
"mayor alvar..." suara seorang laki-laki terdengar dari ujung sana.
"halo..."
"bagaimana kabarmu, mayor alvar? "
"kabarku baik. Siapa kamu...", tanya alvar.
"ahh... aku sangat kecewa sekali kamu tidak mengenal suaraku? Bukankah kita pernah bertemu di hotel. Kau cepat sekali lupa denganku..."
Seketika itu juga mata alvar terbelalak saat mengetahui siapa orang yang menelponnya, "kamu, hassan?", tebaknya ragu-ragu.
Tertawa di ujung sana terdengar jelas, "akhirnya... Kau mengenaliku juga"
Alvar mengambil secarik kertas dan pulpen yang ada diatas nakas dengan susah paya menahan sakit didadanya, "apa yang kau inginkan? Kenapa kau menelponku..."", tanyanya sambil mencatat nomer tak dikenal milik hassa.
"hhmm... Tidak apa-apa, aku hanya ingin mengatahu keadaanmu? Aku begitu khawatir, aku mendengar kamu sampai di operasi karena bom yang aku buat", ujar Hassan.
Alvar menghela nafas lalu memutar bola mata nya jengah tidak mengatakan apapun, "mayor alvar. Aku akan memberikan informasi penting padamu. Tepat malam ini, akan ada transaksi narkoba di muara kamal..."
Mata alvar terbelalak mendengar kata-kata hassan, "transaksi narkoba? Apa tujuanmu memberitahu akan hal itu..."
"tidak apa-apa, hanya untuk mempermudahkan tugas polisi. Malam nantikanlah, bye... bye"
Setelah panggilan terputus. Dia langsung melakukan panggilan lain dengan Pamannya yaitu kombes.pol haryo, "halo, om..."
"alvar, ada apa...?", tanya pamannya di ujung sana.
"om. Sekarang om ada dimana?"
"aku ada di muara kamal...", balas pamannya.
~~~
" Dermaga Biru Muara Kamal - Jakarta Utara "
Siang hari. Di tengah teriknya matahari, tepatnya Dermaga Muara Kamal berlokasi di wilayah pesisir utara Jakarta, berada di sebelah barat laut dari pusat Kota Jakarta, berbatasan langsung dengan wilayah dadap - Kabupaten Tangerang.
Muara Kamal ini merupakan kawasan perkampungan nelayan yang berada di bibir pantai utara jakarta yang berhadapan langsung dengan perairan Teluk jakarta yang terhubung dengan Laut Jawa. Muara ini juga di kenal masyarakat sebagai titik penyebrangan ke Kepulauan Seribu, tempat membeli ikan segar, tempat kuliner sea food dan masih banyak lagi.
Tiga unit mobil polisi dengan membawa dua belas personil nya memasuki kawasan muara kawal untuk menyelidiki dan memeriksa TKP yang menemukan barang bukti pakaian yang di pakai pelaku hassan.
"akan ada perdagangan narkoba di muara kamal...", beritahu alvar di panggilan tersebut.
Kombes.pol haryo langkahnya terhenti mendengar ucapan keponakannya, "apa?!", nadanya terdengar kaget, "dari mana kau mendapatkan informasi itu...?"
Ting...
Bunyi notifikasi pesan masuk. Kombes.pol haryo langsung segera mengecek isi pesan tersebut, "nomer itu milik hassan. Dia menelponku tadi, dia juga memberitahuku akan ada transaksi narkoba disana..."
"hassan? Menelponmu, bagaimana bisa...?", tanya kombes.pol haryo yang tak percaya.
"untuk itu, aku akan memberitahu semuanya pada om. Mengenai informasi yang diberikan pada hassan, aku tidak tau. Apa itu benar atau tidak...", jelas alvar.
Kombes.pol haryo menutup matanya dan menarik nafas panjang, "baiklah. Kita akan bicara nanti, untuk sekarang aku akan mengidentifikasi nomer tersebut untuk di selidiki. Kamu istirahatlah...", ucapnya memberi nasehat.
Panggilan langsung terputus. Kombes.pol haryo langsung membuka pesan yang dikirim keponakannya berupa nomer milik hassan.
"ada apa, komandan...?", tanya detektif brata.
Kombes.pol haryo memberikan ponselnya kepada detektif brata, "cepat catat nomor ini dan cari tahu dimana sinyalnya berada?", perintahnya.
"baik pak...", jawab detektif brata.
~~~
Siang hari nya di Rumah Sakit Adyatama tepatnya di parkiran. Seorang perempuan yang berseragam loreng tentara dan tanda pangkat Letnan Dua dilambangkan garis dua, dengan rambut sepanjang pundak yang diurai, wajah cantik dengan riasan tipis, bernama astrid.
Dia keluar dari mobilnya, menghirup nafas panjang lalu membuangnya. Astrid masuk kelorong-lorong rumah sakit, menyusuri ruangan demi ruangan, berhenti ketika membaca plang ruangan arjuna no 1, disanalah tempat alvar dirawat.
Datanglah dari belakangnya seorang perempuan setengah baya, dia adalah bunda rosmawati, "astrid..."
Astrid yang merasa di panggil langsung berbalik untuk melihat orang yang memanggilnya, "bunda ros...", sapa nya, dia langsung berjalan mendekat, mencium punggung tangan bunda rosmawati.
"assalamu'alaikum, bunda. Maafkan astrid baru bisa menjenguk sekarang...", ucap astrid.
Bunda rosmawati tersenyum sambil menggeleng pelan, "tidak apa-apa, astrid. Bunda mengerti kamu pasti sibuk..."
Astrid mengangguk dan melontarkan senyum ragu, "bunda ros. Astrid boleh jenguk alvar, kan...?", tanya astrid.
"boleh dong. Ayo masuk saja, sayang...", Ajak bunda rosmawati.
Pintu terbuka. Di brangkar alvar baru saja meletakan ponselnya, seketika raut wajah dari alvar berubah. Saat kedatangan astrid di ruang rawatnya bersama bundanya, perempuan itu mengangkat tangan memberi hormat kepada dirinya.
"sayang, ini ada astrid yang menjengukmu...", ucap bunda rosmawati dengan tersenyum lebar ke putranya.
Astrid berjalan mendekat ke arah alvar, "alvar, bagaimana keadaanmu sekarang...?"
"alhamdulillah, baik...", jawab alvar tanpa berekspresi.
Astrid senyum getir mendapat jawaban dingin dari alvar, "alhamdulillah, kalo begitu. Ayah titip salam untuk mu. Ayah meminta maaf karena tidak bisa menjengukmu. Oh ya, ayah menitipkan parsel buah ini untukmu..." sambil memberikan parsel buah kepada alvar.
"terimakasih banyak, sampaikan terimakasihku pada komandan...", balas alvar seraya menerima parsel buah tersebut.
Astrid mengangguk, "iya, tenang saja. Aku akan menyampaikannya kepada ayah..."
Tok... tok... tok
Terdengar suara ketika pintu. Bunda rosmawati berjalan menuju pintu dan membukanya, di depan ruang rawat berdiri seorang suster membawa makanan siang untuk pasien.
"permisi bu, selamat siang. Ini makan siang untuk pasien, silakan...", ucap suster.
Bunda rosmawati tersenyum sambil menerima nampan makanan tersebut, "terimakasih banyak, suster..."
"sama-sama. kalau begitu, saya pergi dulu...", suster tersebut pergi setelah memberikan makanan kepada bunda rosmawati.
Bunda rosmawati kembali masuk, kemudian meletakan nampan di atas nakas, "mau makan, sayang...?", tanyanya.
Alvar menengok kearah bundanya, "nanti saja, bunda. Alvar masih belum lapar..."
"kamu harus makan, supaya bisa minum obat. Makan yah, sayang...?", pinta bunda rosmawati dan alvar mengangguk pasrah menuruti permintaan bundanya.
"bunda, biar astrid saja yang bantu alvar untuk makan. Bolehkan bunda...?" ucap astrid dengan menawarkan diri.
Bunda rosmawati menatap sekilas putranya lalu beralih menatap astrid, "boleh kok...", jawabnya sambil mengambil mangkuk bubur dan memberikan kepada astrid.
Di sana astrid mengambil mangkuk bubur bersiap menyuapkan satu sendok bubur ke mulut alvar, "alvar, ayo buka mulutnya..."
Dengan terpaksa alvar menerima suapan bubur di berikan astrid. Astrid tersenyum senang karena alvar menerima suapan nya.
"kalau begitu bunda keluar dulu, yah. Kalian mengobrol-ngobrollah dulu disini...", ucap bunda rosmawati.
"bunda ingin kemana...?", tanya alvar.
"hanya sebentar untuk ke ruangan dokter. Ya sudah, bunda pergi dulu yah...", pamit bunda rosmawati meninggalkan ruangan.
"iya bunda...", jawab astrid.
Bundanya sudah pergi, tersisalah alvar dan astrid didalam ruangan. Astrid kembali menyuapi sesendok bubur ke mulut alvar namun langsung di tolak.
"aku sudah kenyang...", ucap alvar.
Astrid memperhatikan bubur nya masih tersisa banyak, "tapi buburnya masih banyak, kamu harus makan agar bisa minum obat..."
Alvar tidak membalas hanya diam. Astrid menghela nafas, lalu menaruh mangkuk bubur ke atas nakas kembali, "kamu mau minum...", tanyanya.
"tidak...", jawab singkap dan dingin dari alvar.
"kamu mau buah...?", tanya astrid berusaha menawarkan makanan pada alvar, "biar aku yang mengupasnya..."
"tidak usah..."
Astrid merasa kesal semua tawarannya selalu di tolak oleh alvar. Ia tidak mengerti kenapa alvar tidak menyukai dirinya? Apa yang salah padanya? Kenapa lelaki didepannya selalu berusaha menjauhinya, bersikap dingin padanya.
"kalau begitu, kamu harus minum obatnya. Aku akan mengambilnya...", astrid tidak putus asa terus berusaha menawarkan bantuan, "ini obatnya...", ucapnya sambil memberikan botol obat kepada pemiliknya.
Alvar segera mengambil dua butir obat, lalu memasukkan ke dalam mulutnya yang sudah terbuka, dengan cepat astrid menyodorkan botol air minum kepada alvar. Alvar meneguk air agar obat itu turun menuju ke kerongkongan lalu di proses oleh pencernaannya.
"terimakasih...", ucap alvar.
Astrid menarik senyum, "sama-sama. Sepertinya aku harus kembali ke markas lagi, kamu juga harus istirahat agar cepat sembuh dan sehat kembali. Aku pamit pergi...", ucapnya, "aku akan sering-sering untuk menjenguk. Aku pergi, assalamualaikum...", pamitnya.
Alvar membalas dengan anggukkan kepala, "hati-hati dijalan. Waalaikumsalam...", jawab alvar.
Alvar hanya menatap punggung astrid yang sudah keluar dari ruang rawatnya. Ia memejamkan matanya sambil menarik nafas, kembali berbaring di brangkar untuk istirahat.
###
Nasal kanul adalah selang yang memiliki dua cabang yang ditempatkan di lubang hidung untuk mengalirkan oksigen ke dalam tubuh pasien ketika terapi oksigen. Bagian lain dari selang tersebut melekat pada sistem oksigen pasien.