" BREAKING NEWS : Kasus Penculikan Ketua Presiden Perusahaan ARK Group dan Empat Pelaku Transaksi Narkoba "
Di Hotel Manhattan banyak dari Divisi Kepolisian Indonesia berjaga mengelilingi bangunan hotel. Disana barisan para wartawan bersiap dan berebut dibarisan depan, para juru kamera menyiapkan kamera mereka masing-masing untuk mengambil gambar, saat itu keluarlah dari pintu basement keluar barisan polisi brimob yang menangkap seorang lelaki dengan kedua tangan di borgol dan ketiga lelaki yang dibawa brangkar dorong, mereka dimasukan kedalam mobil ambulance sedangkan lelaki satunya di masukan ke mobil polisi untuk dilakukan penyelidikan dan interogasi.
Seorang Reporter berita melaporkan suasana yang terjadi di gedung Hotel Manhattan,
"Pemirsa, berita kali ini saya sampaikan tepat didepan Hotel Manhattan. Berita penculikan yang dialami oleh Ketua Presiden Perusahaan ARK Group yang dialami siang tadi tepat jam 12 siang, sekarang ini tiga mobil polisi sedang melakukan pengejaran kepada pelaku penculikan. Pelaku tersebut diduga salah satu anggota dari kelompok organisasi terorisme yang bernama Perserikatan Islamiyah diketuai Abu Yussha, yang bulan lalu sempat mengebohkan negara Indonesia karena kasus nya yang menyandera 20 WNI dan 35 WNA di negera Tonga..."
"Di Hotel Manhattan, polisi meringkus empat orang pelaku yang melakukan transaksi narkoba dengan jenis ganja, heroin, methamphetamine. Tiga dari pelaku tersebut mencoba meracuni diri, mereka segera dibawa kerumah sakit untuk dilakukan penyelamatan. Sedangkan pelaku satunya dibawa ke kantor polisi untuk penyelidikan...", jelas reporter berita.
~~~
" Jalan Raya Ibukota "
Mayor Alvar dengan menggunakan motornya melaju kencang menyusul mobil chevrolet yang sudah sangat jauh jaraknya, dia menekan alat komunikasi ditelinganya.
"Cobra, kirimkan dimana posisi mobil chevrolet itu! Dan cari jalan pintas untuk saya...!", perintah Mayor Alvar.
"Baik, segera saya akan kirimkan...!", jawab Kopral Dua Patimura, "big boss, kami sudah menemukannya. Rute 8, bertemu mobil chevrolet..."
Mendengar arahan itu mayor alvar dengan motor yang ia setir menuju ke rute jalan raya nomer 8. Di tempat lain ketiga mobil polisi masih terus mengejar mobil chevrolet, salah satu mobil polisi membuka kaca jendela, mengeluarkan senapannya. Hendak menembak ban mobil chevrolet tersebut supaya berhenti untuk memudahkan dalam penangkapan.
Dor...
Dor...
Tembakannya masih meleset, membuatnya mendesis kesal. Kembali fokus untuk membidik. Akhirnya mobil mereka berhasil mensejajari kecepatan mobil chevrolet itu. Dengan mudah anggota polisi menebakan peluruh tepat ke arah ban yang menyebabkan mobil chevrolet itu oleng ke samping dan melaju dengan zig-zag.
Pada akhirnya, mobil chevrolet itu menepi dan berhenti, dengan segera tiga mobil polisi memarkirkan mobil dan bergegas keluar menuju mobil chevrolet. Semua polisi langsung mengeliling mobil tersebut, salah satu anggota polisi turun untuk memeriksa mobil chevrolet. namun saat di periksa di dalam mobil tersebut tidak ada seorangpun dan hanya menemukan sebuah alat pengendali.
Di bawalah keluar alat tersebut dan memberikan kepada kaptennya, "didalam tidak ada siapapun hanya ditemukan alat tersebut..."
"kurang ajar, mereka berusaha mengecoh kita...!", kapten polisi herman.
Mereka merasa marah karena sudah sejauh ini mereka mengejar. Tapi mereka tidak mendapatkan apa-apa. Hanya ada mobil chevrolet yang bergerak sendiri karena di kendalikan alat mode otomatis.
~~~
" Ruang Monitor Hotel Manhattan "
"pak, kami ditipu pelaku. Pelaku mengecoh kita, didalam mobil tidak ada siapapun hanya menemukan alat pengendali didalam mobil...", jelas kapten polisi herman.
Kombes.pol haryo mendengar itu mendesah frustasi, merasa marah karena seluruh anggota divisi polisi nya telah dikecoh sebegitu parahnya. Pandangannya beralih ke layar monitor dan melihat dengan jelas disana, seorang lelaki yang mengendarai sebuah motor dan dibelakangnya terdapat mobil polisi sedang mengejar sebuah mobil chevrolet hitam.
"pak, mayor alvar dan anggota polisi yang dibawa berhasil menemukan mobil chevrolet satunya...", beritahu kopral patimura.
Mendengar itu kombes.pol haryo langsung berjalan mendekat kearah kopral patimura,"patimura, kirim lokasi mayor alvar sekarang ke kapten herman. Sekarang...!", titahnya.
"baik...!"
Kombes.pol haryo mengambil handy talkie untuk menghubungi seluruh anggotanya, "seluruh divisi polisi. Sekarang mayor alvar bersama satu mobil polisi berhasil menemukan mobil chevrolet satunya, ikutin lokasi tersebut...!!"
~~~
" Palang Pintu Rel Kereta Api "
Mayor alvar bersama satu mobil polisi yang mengikuti dari belakang, disana mereka mendapat kabar mengenai mobil chevrolet yang dikejar ke tiga mobil polisi hanya pengecohan.
"komandan, enam kilometer dari titik tersebut terdapat palang pintu kereta api...", beritahu kopral patimura.
"baik, saya mengerti...!"
Mayor alvar langsung menarik gas motornya agar lebih kencang melajunya. Di palang pintu kereta api, terdengar bel pertanda kereta hendak lewat sudah berbunyi dan saat itu palang pintu perlahan-lahan turun. Para pengendara baik motor dan mobil berhenti tepat di depan palang pintu.
Tin... tin... tin...!!!
Namun, tiba-tiba sebuah mobil chevrolet hitam menerobos dengan memberikan klakson berkali-kali membuat semua pengendara berbalik kebelakang dan melihat mobil dengan laju kencang, melihat hal tersebut para pengendara motor langsung menyingkir untuk menghindari tabrakan dari mobil chevrolet.
Brakk...!!!
Brugg...!!!
Mobil chevrolet itu melesat luar biasa cepat dengan kencangnya menerjang seluruh jajaran mobil yang ada didepannya, detik kemudian nabrak palang pintu hingga hancur. Tepat di tengah jalur rel kereta api mobil tersebut terhenti, melihat kejadian itu para pengendara dan warga yang ada disana terbelalak.
"di dalam mobil itu ada orang...!!!", seru salah satu warga.
"kita harus menolongnya...!!!"
Sebuah kereta api di depan sana melaju begitu cepat. Teriakan para pengendara dan warga semakin menjadi-jadi. Suara teriakan para pengendara dan warga berhenti terdengar saat mendengar suara sirine mobil polisi.
Mayor alvar bergegas turun dari motornya dan berlari menuju mobil chevrolet hitam yang ada di tengah jalur kereta. Bergegaslah polisi keluar dari mobil dan langsung memberi garis polisi untuk para warga disana.
"mohon untuk bapak-bapak dan ibu-ibu untuk menjauh dan jangan melewati batas polisi ini...!!", perintah dari anggota polisi.
Mayor alvar menegok ke kaca mobil dan melihat seorang laki-laki yang tidak lain adalah pak ardiyanto hanya seorang diri didalam mobil dengan keadaan tidak sadarkan diri, disana dia bisa melihat darah segar mengalir di kepalanya.
"pak ardiyanto, bisa dengar suara saya...!!", teriak mayor alvar berusaha membuka pintu mobil.
Disana mayor alvar bisa melihat kereta api sudah semakin mendekat kearahnya, suasana begitu sangat tegang di tambah para warga berteriak ketakutan menyuruh untuk pergi jauh dari jalur rel karena kereta api sudah semakin dekat. Mayor alvar yang tidak mengenal menyerah, dia berusaha untuk membuka pintu itu dengan mengambil batu besar di pinggir jalan lalu ia lemparkan ke kaca mobil bagian bangku penumpang.
Prangg...!!!
Kaca mobil hancur dalam sekali lemparan. Mayor alvar bergegas membuka pintu mobil, dia langsung menarik tubuh pak ardiyanto keluar dari mobil dengan cepat untuk menjauh dari jalur kereta api. Beberapa detik saja kereta dengan cepat menabrak mobil chevrolet hitam itu hingga hancur berantakan.
Brakkk...!!!
Suara kereta api yang menambrak mobil chevrolet hitam itu begitu sangat kencang dan keras, para anggota polisi berlari mendekat untuk menolong mayor alvar juga pak ardiyanto disana dan setengah anggota lain menjaga di garis polisi untuk menjaga keamanan para masyarakat.
"pak ardiyanto, bisa mendengar suara saya! Pak...!", teriak mayor alvar dengan menguncang-guncangkan badan dari laki-laki itu.
Mayor alvar memeriksa denyut nadi dari pak ardiyanto lemah, saat dia melepas jas yang dipakai pak ardiyanto begitu tercengangnya melihat ada sebuah rompi boom didalamnya.
"jangan mendekat...!!", perintah mayor alvar kepada anggota polisi yang ingin mendekat, "lindungi para warga dan perintahkan mereka untuk menjauh dari sini...!!".
Mendengar perintah itu para anggota polisi berjalan mundur mengikuti perintah dari mayor alvar, para anggota polisi segera mengevakuasi para warga untuk menjauh dari area tersebut. Mayor alvar menekan handy talkie atau HT yang menggantung dilehernya.
"monitor 1, monitor 1... apa bisa mendengar suara saya?", tanya mayor alvar.
"alvar, bagaimana keadaan pak ardiyanto...?", tanya kombes.pol haryo segara.
"kondisinya tidak sadarkan diri, denyut nadinya lemah dan terlebih lagi pelaku bernama hassan itu memasangkan rompi bom kepada sandera...", jelas mayor alvar.
"apa rompi bom?! Saya akan kirim pasukan gegana kesana sekarang..."
"tidak ada waktu lagi. Kita harus segera melepas rompi boom ini segera...!", jawab mayor alvar, "om, panggil simon segera. Dia salah satu penjinak bom terbaik di tim alpha..."
~~~
" Di Ruang Monitor Hotel Manhattan "
Di tempat lain, sersa satu simon sudah memasuki ruangan monitor Hotel Manhattan. Di layar monitor menampilkan panggilan video yang dilakukan mayor alvar pada tubuh pak ardiyanto.
"big boss, berapa waktu yang tersisa...?", tanya sertu simon.
"empat menit tiga puluh detik...", jawab mayor alvar segera. "Komodo, apa kau tau jenis bom yang melekat pada sandera...".
Di layar monitor sertu simon melihat sebuah telepon seluler di rompi bom tersebut, "dari bentuknya, itu adalah rompi bom waktu yang biasa. Di rompi bom itu terdiri dari dua IED dengan detonator yang terhubung pada telepon seluler, kita hanya perlu mencari kabel yang terhubung pada detonator nya..."
"dibawah telepon seluler ada dua kabel, warna merah dan hitam. Yang mana harus di potong...?", tanya mayor alvar.
~~~
" Palang Pintu Rel Kereta Api "
Keadaan menjadi tegang. Suara handy talkie itu terus terdengar. Namun tidak di dengarkan oleh mayor alvar yang tengah sibuk memainkan perangkat di rompi bom tersebut. Alvar tidak peduli, di tangannya bukan hanya satu nyawa saja yang di selamatkan tetapi nyawa banyak orang ada di tangannya. Apapun yang terjadi dia harus bisa menjinakkan bom itu. Setidaknya ia bisa meminimalisir ledakannya agar nyawa dari sandera bisa terselamatkan dan para warga yang tinggal di sekitar tidak menjadi korban ledakan bom tersebut.
"alvar, jangan gila! Kamu tidak memakai setelan bom dan sangat bahaya bagimu yang tidak pernah menjinakan bom...!!", kata kombes.pol haryo.
Namun handy talkie nya terus berbunyi. Ia mulai geram. Ia raih handy talkie nya, "simon, merah atau hitam...?!", tanya mayor alvar tegas.
"potong kabel hitam...!!", perintah sertu simon.
Mayor alvar menelan salivanya susah payah, keringat dingin bercucuran jatuh dari keningnya. Dengan perlahan-lahan dia mengarahkan alat tang di tangannya ke kabel berwarna hitam yang terhubung pada telepon seluler di duga alat detonatornya.
Akhirnya mayor alvar berhasil memotong kabel berwarna hitam itu, dan dia bisa melihat timer di rompi bom itu berhenti. Dia menghela nafas lega, "waktunya berhenti..."
Tik...!
Tak lama kemudian, mayor alvar terbelalak saat melihat timer di rompi bom itu kembali berjalan, "waktunya kembali berjalan..."
~~~
" Di Ruang Monitor Hotel Manhattan "
"waktunya kembali berjalan..."
Seisi ruangan monitor tercengang mendengarnya.
"apa tidak ada cara lain...?", tanya kombes.pol haryo yang mulai gelisah dan resah.
"big boss, pasti ada perangkat tersembunyi didalamnya...", ucap sertu simon di handy talkie berusaha bersikap tenang dan berpikir dengan kepala dingin untuk mencari jalan keluar, "pasti ada wireless yang terhubung pada detonatornya, kita harus mencarinya. Bisa arahkan kameranya ke tempat lain..."
Di layar monitor sertu simon berusaha mengamati perangkat dan kabel-kabel yang terhubung di rompi bom tersebut, dan sertu simon tersenyum tipis saat melihat wireless yang dia cari sudah dapat.
~~~
" Palang Pintu Rel Kereta Api "
Waktunya tidak lama lagi. Ia hanya memiliki beberapa detik lagi. Tak mungkin dia pergi untuk menyelamatkan dirinya dan meninggalkan sandera, dan jika memang harus bertemu ajal. Ia berharap itu dirinya bukan orang lain.
"big boss, wireless sudah ditemukan. Lampu merah yang redup di bahu sebelah kanan sandera...!", beritahu sertu simon di handy talkie.
Mayor alvar memeriksa bahu dari pak ardiyanto dan disana terlihat lampu merah redup yang di maksud dari sersan satu simon sebagai wireless nya. Ia kembali menemukan kabel yang terhubung di wireless itu.
"kabel mana yang harus di potong..."
"kabel merah...", perintah sertu simon.
Timer di rompi bom sudah menunjukan 15 detik, mayor alvar menarik nafas dalam-dalam dan mulai memotong kabel berwarna merah dengan menggunakan tang. Kabel merah sudah terpotong.
"rompi itu bisa di lepas. Tapi bom nya tidak bisa di jinakkan, segera menjauh dari sana...!", perintah sertu simon.
Mayor alvar bergegas melepas rompi bom dari tubuh pak ardiyanto. Ia membawa rompi bom itu dan melemparnya jauh ke tengah jalur rel kereta. Alvar mulai berlari untuk menjauh dari jalur rel kereta api. Sorak sorai orang-orang terdengar dari kejauhan melihat alvar yang berlari. Hanya beberapa langkah lagi.
BOM...!
Suara bom bergema begitu dasyatnya. Tubuh alvar terpelanting begitu jauh. Teriakan orang-orang disana sayup-sayup terdengar di telinganya. Kepalanya berdenging begitu hebat dan terasa sangat sakit. Seketika lintasan sejarah dalam hidupnya mulai berputar tentang ayah bundanya, Om, adik sepupunya dan wanita yang ia cinta, rania. Semuanya bagaikan lintasan film yang tengah ia saksikan.
"Subhanallah wabihamdihi subhanallahil adzim. Allahumaghfirlii wa liwaalidayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii shaghiiraa. Maha Suci Allah dengan segala puji bagi-Nya, Maha Suci Allah yang Maha Agung. Ya Allah, ampunilah dosaku dan dosa kedua orangtuaku, kasihanilah mereka sebagaimana mereka telah mengasihiku di waktu kecil. Beberapa kali ia menyerukan bacaan doa tersebut. Alvar menarik bibir membentuk senyuman. Ia merasa tubuhnya terkulai lemas tidak bisa digerakan.
Briptu malik berlari kencang. Ia tak peduli orang-orang yang mencegahnya. Ia melintasi daerah itu. Di angkatnya tubuh lemah mayor alvar di punggungnya. Darah mulai bercucuran menetes di tubuh Briptu malik. Ia tau betul darah siapa yang menetes itu. Mayor alvar, pria itu sangat menyedihkan.
Anggota polisi lain segera mengevakuasi tubuh pak ardiyanto. Briptu malik menurunkan tubuh mayor alvar di zona yang di nyatakan aman bersamaan dengan pak ardiyanto. hampir saja matanya terpejam.
"bangun! bangun, mayor alvar! bangun...!", bentak Briptu malik
Ia tampar pipi mayor alvar dengan keras. Tapi sepertinya pria itu benar-benar mati rasa. Hampir seluruh tubuhnya berubah warna merah darah. Matanya perlahan terbuka. Bibirnya ingin berbicara tapi sulit untuk bersuara. Rasa sakit telah menyelubunginya. Tinggal menunggu malaikat pencabut nyawa menyelesaikan tugasnya untuk mencabut nyawa dari mayor alvar.
"mayor alvar, bangun!", teriak Briptu malik.
Briptu malik sekali lagi berteriak sambil menguncangkan badan dari mayor alvar. Matanya mulai meneteskan bulir air mata. Ia melihat bibir dari mayor alvar tersenyum memandang langit biru diatas sana. Hingga akhirnya semua menggelap, mayor alvar tidak sadarkan diri sepenuhnya.
Tak lama kemudian, suara sirine dari 2 mobil ambulance datang. Briptu malik bergegas mengangkat tubuh mayor alvar dan pak ardiyanto kedalam mobil ambulance. 2 mobil ambulance mulai melaju kencang menuju ke rumah sakit.
###
Pasukan Gegana adalah bagian dari POLRI yang tergabung dalam Brigade Mobil (brimob) yang memiliki kemampuan khusus seperti anti-teror, penjinakan bom, intelijen, anti anarkis, dan penanganan KBR (Kimia, Biologi, Radioaktif).
Alat Peledak Rakitan (IED) adalah bom dibuat dan dikerahkan dengan cara selain dari aksi militer konvensional. Ini mungkin dibuat dari bahan peledak militer konvensional, seperti peluru artileri, yang dipasang pada mekanisme peledakan. IED biasanya digunakan sebagai bom pinggir jalan, atau bom buatan sendiri.
Setelan bom, Setelan Pembuangan Senjata Peledak (EOD) atau setelan ledakan adalah pakaian pelindung tubuh berat yang dirancang untuk menahan tekanan yang dihasilkan oleh bom yang mempengaruhi seluruh tubuh.ledakan yang biasanya fokus melindungi badan dan kepala, pakaian bom harus melindungi seluruh bagian tubuh, karena bahaya yang ditimbulkan akibat pelindung tubuh balistik. Berbeda dengan pembuangan bom Biasanya dikenakan oleh personel terlatih yang mencoba dan pecahan apa pun yang mungkin dihasilkan bom.