Chereads / Jiwa Yang Terlahir Kembali / Chapter 33 - Pulang Kampung

Chapter 33 - Pulang Kampung

Setelah Zhu Haimei melihat jam tangannya, ia pun kembali menelepon. Kali ini, baru berdering dua kali, tetapi sudah ada seseorang yang mengangkat teleponnya. "Dongyuan, Ibu belum sadarkan diri!" Kata orang di seberang telepon yang terdengar sedang menangis.

Zhu Haimei dengan cepat mengingat suara itu, itu adalah suara kakak iparnya, yakni kakak perempuan tertua Shen Dongyuan. "Kak, aku Zhu Haimei." Ucap Zhu Haimei.

Suara tangisan itu pun tiba-tiba terhenti.

Zhu Haimei ingin tertawa, tetapi ia lalu berkata, "Kakak pertama, Dongyuan sedang bertugas. Bagaimana keadaan Ibu? Apa yang terjadi?"

Ketika tahu bahwa itu adalah suara Zhu Haimei, pikiran Shen Hualian pun menjadi berkecamuk. Sejujurnya, ia benar-benar tidak menyukai Zhu Haimei karena telah merebut jam tangannya setelah dua hari datang ke rumahnya. Saat tinggal di rumah orang tua Shen Dongyuan, Zhu haimei sangat malas hingga membuat mertuanya marah. 

Meskipun Zhu Haimei sudah membelikan jam tangan baru untuk mengganti jam tangannya, tetapi jam tangan tersebut berbeda dengan jam tangannya yang dulu. 

"Ibu belum sadar. Ibu mengalami patah kaki, dan dokter juga berkata kalau ibu harus di operasi. Dokter tidak tahu kapan ibu akan sadar."

"Kenapa harus sampai dioperasi? Bukankah hanya patah tulang saja?"

"Traktor menyeret Ibu sampai terjatuh dan melindas kakinya." Jelas Shen Hualian dengan cepat. "Tidak ada gunanya aku mengatakan ini padamu. Kapan Dongyuan akan kembali? Keluarga sedang menunggunya untuk membuat keputusan."

"Kakak ipar, jangan khawatir, putuskan saja apa yang terbaik. Aku akan pulang ke sana dan membereskan biaya perawatan Ibu di rumah sakit. Kakak ipar tidak perlu mengkhawatirkan masalah uang, aku akan pulang dengan membawa uang. Tetapi jika itu adalah tanggung jawab orang yang mengemudikan traktor, cepat kakak cari beberapa orang untuk mengawasinya, karena ia harus membayar kompensasinya."

Shen Hualian lalu berkata dengan putus asa. "Kompensasi apa? Yang mengemudikan traktornya adalah putra pertama dari paman kedua. Saat Ibu dirawat di rumah sakit, keluarga mereka mengirimi kami seratus yuan. Keadaan ekonomi keluarganya tidak lebih baik daripada keluarga kita."

Sudah jatuh tertimpa tangga. Bisnisnya gagal, dan terjadi sesuatu di keluarganya. Zhu Haimei lalu mengemas barang-barangnya, dan membawa semua uang tunainya. Ia sudah membeli tiket kereta api untuk pulang kampung hari itu juga. Sebagai seorang istri dan menantu perempuan, ia harus menunjukkan tata kramanya. Ia harus segera pulang kampung saat ibu mertuanya sedang terbaring sakit di rumah sakit.

Setelah ia menaiki kereta selama satu malam, keesokan paginya Zhu Haimei sudah sampai di kota asalnya. Sesampainya di sana, ia bahkan tidak pulang ke rumah dulu, tetapi langsung pergi ke rumah sakit.

Begitu ia memasuki kamar pasien, di dalamnya sudah ramai dengan orang. Tampaknya ada lebih dari sepuluh ranjang pasien yang ada di dalam satu ruangan. Ibu mertuanya terkena gegar otak, lalu bagaimana ia bisa sembuh jika kamarnya begitu ramai?

Zhu Haimei berdiri di pintu dan terus melihat ke dalam. Meskipun ia melihat tanpa berkedip hingga matanya perih, tetapi ia tetap tidak bisa menemukan yang mana ibu mertuanya.

Shen Hualian lah yang melihat Zhu Haimei tampak sedang memperhatikan sekelilingnya. Begitu ia menghampiri Zhu Haimei untuk memastikan apakah benar wanita itu Zhu Haimei atau bukan, Shen Hualian tidak bisa mengenalinya. 'Apa mungkin orang yang begitu bersih dan rapi ini adalah adik ipar?' Pikirnya dalam hati.

"Kakak ipar." Panggil Zhu Haimei dengan cepat.

Shen Hualian lalu menjawabnya, "Kemarilah, Ibu ada di dalam sini."

Zhu Haimei lalu mengikuti kakak iparnya masuk ke dalam kamar. Ada banyak pasang mata yang sedang memandangnya saat ia berjalan masuk. "Kenapa Ibu ada di kamar pasien seperti ini? Apa Ibu bisa sembuh?" Cuacanya masih cukup panas dan ruangannya penuh sesak dengan orang, sehingga bau di dalam ruangannya menjadi tidak sedap.

Shen Hualian lalu memindahkan kursi untuk Zhu Haimei, dan meletakkannya di sebelah ranjang pasien ibunya. "Tidak ada jalan lain, kamar pasien ini saja harganya tiga yuan per hari. Sebenarnya Dokter juga menyarankan agar Ibu tinggal di kamar pasien yang harganya lima yuan per hari."

"Jika harus membayar lima yuan, akan kubayar. Asalkan Ibu bisa segera pulih dengan baik."

Shen Hualian sangat terkejut mendengar ucapan Zhu Haimei barusan. Sejak kapan adik iparnya berubah menjadi seperti ini? Ia tidak menyangka bahwa Zhu Haimei bisa berbicara dengan ramah dan sopan. Bukankah dulu Zhu Haimei selalu menangis dan membuat keributan?

Sementara itu, Zhu Haimei tampak mengerutkan keningnya dan menatap ibu mertuanya. Sebenarnya, ibu mertuanya ini tidak terlalu tua, tetapi rambutnya sudah mulai beruban dan terlihat berantakan. Kulit di tangannya juga terlihat kering dan pecah-pecah. Ibu mertuanya melahirkan kakak ipar tertuanya di usia dua puluhan, dan kakak iparnya sekarang akan berusia tiga puluh tahun. Berarti jika dihitung-hitung, usia ibu mertua Zhu Haimei adalah 50 tahun. 

Zhu Haimei lalu bertanya, "Sudah berapa hari?"

"Hari ini adalah hari ketiga Ibu dirawat di rumah sakit. Awalnya kami tidak ingin menelepon kalian, tetapi Ayah tidak bisa mengambil memutuskan, dan menyuruhku menelpon Dongyuan."

"Bukankah saat di telepon, Kakak mengatakan bahwa kaki Ibu patah? Bagaimana perawatannya?"

"Kata Dokter, jika Ibu dirawat secara konservatif saja itu tidak cukup. Dokter menyuruh melakukan operasi."

"Kalau begitu dioperasi saja, kenapa ditunda-tunda? Bukankah semakin cepat operasi maka akan semakin baik?"

Shen Hualian tertegun. Apakah orang yang kini sedang mengobrol dengannya adalah adik iparnya? "Dokter mengatakan bahwa operasi itu adalah operasi kaki, dan tidak ada jaminan bahwa Ibu akan bangun."

"Tetap saja Ibu harus dioperasi. Aku akan pergi dan menemui dokter." Ujar Zhu Haimei lalu berdiri dan pergi meninggalkan kamar rawat inap.

Akan tetapi, Shen Hualian dengan cepat meraih tangan Zhu Haimei dan berkata, "Untuk biaya operasi saja memerlukan biaya sebanyak lima atau enam ratus yuan."

Zhu Haimei mengerti maksud dari ucapan kakak iparnya barusan, dan ia tiba-tiba merasa sedih. Uang lima atau enam ratus yuan bagi keluarga petani saat ini setara dengan apa? Mungkin setara dengan pendapatan bersih mereka selama satu tahun. Zhu Haimei lalu dengan sedih berkata, "Tidak peduli berapapun biayanya, Ibu masih harus dioperasi. Kakak ipar tidak perlu mengkhawatirkan tentang uang. Jaga ibu di sini, aku akan pergi menemui dokter. "

Zhu Haimei keluar untuk membeli amplop merah terlebih dahulu. Di era manapun, semuanya tidak suka dengan cara ini, tetapi ini adalah cara yang terbaik untuk digunakan.

Ketika menemui sang Dokter, beliau pun menjelaskan kondisi ibu mertua Zhu Haimei dengan ramah setelah menerima amplop merah tersebut. "Gegar otak yang dialami oleh Ibu mertuamu tidak terlalu serius. Ekstravasasi yang dialaminya juga tidak begitu serius, tetapi luka pada kakinya cukup serius. Ada dua tulang yang patah di dalam kakinya. Jika melakukan perawatan konservatif dengan menggunakan gips, dua tulang yang patah ini takutnya akan sulit tumbuh, dan setelah sembuh nanti Ibu mertuamu pasti akan pincang. Jika melakukan operasi, tulang yang patah akan diambil dan diganti dengan pelat baja. Setelah sembuh nanti, Ibumu pasti akan berjalan dengan normal, tetapi kaki Ibumu tetap tidak boleh dibuat untuk melakukan pekerjaan yang berat."

(Pada kasus peradangan, ekstravasasi adalah migrasi sel dari sirkulasi darah menuju ke jaringan.)

Zhu Haimei pun menganggukkan kepalanya, sekarang ia mengerti tentang kondisi ibu mertuanya. "Menurut Dokter, kapan Ibu mertua saya bisa dioperasi?"

"Kapan saja boleh, terserah kalian. Tapi biaya operasinya tinggi, dan sebagian besar keluarga tidak mau melakukannya. Jika kondisi keuangan keluarga memungkinkan, lebih baik segera dioperasi."

Zhu Haimei mengangguk. "Mohon bantuannya, Dokter. Kami sudah setuju untuk mengoperasi Ibu. Apakah ada kamar pasien yang lebih bagus daripada yang sekarang ditempati Ibu? Saya ingin mengganti kamar pasien untuk Ibu saya terlebih dahulu."

"Ada, semua kamar pasien di lantai atas adalah kamar untuk pasien tunggal. Tunggu sebentar, aku akan mencarikan seseorang untuk membantumu." Kemudian dokter berdiri dan berjalan menuju pintu. "Perawat Li, Perawat Li."

Lalu seorang perawat muda berlari mendekat. "Dr. Feng, Anda mencari saya?"

Dokter Feng mengambil pulpennya dan juga selembar kertas, lalu menuliskan sesuatu di atasnya. "Pergi dan ganti kamar pasien dengan nomor ranjang enam belas."

Perawat muda itu menjawabnya lalu pergi.

"Pergilah dan tunggu di kamar pasien yang sebelumnya. Seseorang akan datang ke sana nanti. Operasi harus dilakukan cepat atau lambat. Menurutku, kalian harus memutuskannya sesegera mungkin. Sekarang pasien belum sadar, sehingga dislokasi yang terjadi pada tulang relatif kecil. Tetapi begitu Ibu mertuamu tersadar dan menggerakkan badannya, maka akan mudah terjadi dislokasi pada tulangnya, dan akan semakin sulit untuk memperbaikinya. "

Zhu Haimei menganggukkan kepalanya lalu berkata, "Terima kasih, Dokter. Kami akan membuat keputusan sesegera mungkin."

Zhu Haimei kembali ke kamar Ibu mertuanya dengan suasana hati yang tidak tenang. Sepengetahuannya, ibu mertuanya adalah orang yang kuat. Jika ia siuman dan mendapati dirinya lumpuh, bukankah ia akan menjadi sangat sedih? Tampaknya operasi ini memang harus segera dilakukan.

Begitu Shen Hualian ditinggal pergi Zhu Haimei, pikirannya seolah diselimuti kabut. Perubahan adik iparnya itu terlalu besar. Setelah dipikir-pikir lagi, mungkin Shen Dongyuan sudah mengajarinya dengan baik. Ketika ia melihat Zhu Haimei saat pertama kali datang menjenguk, penampilannya sudah enak dipandang. Akan tetapi, sepertinya Zhu Haimei sudah terlalu lama pergi keluar untuk mencari dokternya. Apakah penampilan luarnya saja yang berubah, tetapi sebenarnya ia masih berkepribadian buruk??

Setelah melihat Zhu Haimei kembali dengan ekspresi suram, Shen Hualian tidak bisa menahan diri untuk bertanya, "Ada apa?"

Zhu Haimei lalu tersadar. "Tidak apa-apa. Sebentar lagi perawat akan datang dan memindahkan Ibu ke kamar lain. Ayo kita kemasi dulu barang-barangnya, Kak."

"Pindah ke kamar pasien yang mana?"