Chereads / Jiwa Yang Terlahir Kembali / Chapter 34 - Sebenarnya Siapa yang Jorok?

Chapter 34 - Sebenarnya Siapa yang Jorok?

Setelah melihat Zhu Haimei kembali dengan ekspresi suram, Shen Hualian tidak bisa menahan diri untuk bertanya, "Ada apa?"

"Tidak apa-apa. Sebentar lagi perawat akan datang untuk memindahkan Ibu ke kamar lain. Ayo kita kemasi dulu barang-barangnya, Kak."

"Pindah ke kamar pasien yang mana?"

"Pindah ke kamar pasien yang lebih baik."

"Berapa biaya untuk mengganti kamar pasien? Uang untuk operasi masih belum ada. Kemarin saat Ayah datang, ia mengatakan bahwa ia baru meminjam 200 yuan, dan tidak tahu cara untuk membayar sisa kekurangannya." Jelas Shen Hualian yang tampak tak berdaya.

"Bukankah aku sudah bilang jangan mengkhawatirkan tentang uang. Kemasi dulu barang-barangnya."

Karena Zhu Haimei berkata demikian, maka Shen Hualian pun tidak punya pilihan lain selain mendengarkan ucapan adik iparnya. Shen Hualian lalu mengambil baskom untuk mencuci wajah, dan baskom urin, lalu memasukkan semuanya ke dalam tas yang terlihat sudah tidak layak pakai. Zhu Haimei langsung mengerutkan keningnya saat melihat Shen Hualian juga memasukkan baskom urinnya ke dalam tas. Bukankah semua orang menyebut Zhu Haimei sebagai orang yang jorok? Namun, kenapa mereka sendiri seperti itu? Akan tetapi, Zhu Haimei tidak bisa benar-benar menyalahkan Shen Hualian, karena baskom urin itu masih baru.

Sebelum mereka selesai berkemas, seseorang tiba-tiba berteriak di pintu. "Ranjang pasien nomor enam belas ganti kamar, Ranjang pasien nomor enam belas ganti kamar."

Zhu Haimei lalu menjawab dengan cepat. "Tunggu sebentar, kami hampir selesai berkemas."

Kamar pasien itu tiba-tiba menjadi hening sesaat, dan seluruh perhatian orang-orang yang ada di dalam ruangan tersebut kini tertuju pada sosok Zhu Haimei.

"Kalian mau pindah kamar pasien ya." Ada nada iri pada ucapan barusan.

"Iya." Zhu Haimei menjawabnya dengan singkat. "Tolong semuanya minggir, biarkan tandunya masuk."

Karena kamar pasien rumah sakit daerah tidak dilengkapi dengan lift, maka pasien akan dibopong menggunakan tandu untuk naik ke lantai dua. Namun karena semua perawat di sini adalah perempuan, maka membutuhkan waktu yang lama untuk memindahkan ibu mertua Zhu Haimei. 

Kamar pasien tunggal yang hanya dihuni satu orang pasien ini benar-benar nyaman.

"Kakak ipar, bagaimana kalau kita sesegera mungkin melakukan operasi pada ibu? Dokter juga mengatakan kalau operasinya harus dilakukan cepat atau lambat. Jika sampai terjadi dislokasi tulang pada Ibu, maka kondisinya akan menjadi semakin parah."

Shen Hualian mengerutkan keningnya lalu membalas ucapan Zhu Haimei. "Aku tidak tahu Ayah sudah mengumpulkan berapa banyak uang di rumah."

Jadi, ini semua tentang uang. "Jangan mengkhawatirkan masalah uang. Aku punya uang, kalian tidak perlu meminjamnya dari orang lain. Bagaimana kalau Kakak ipar pulang dan menyuruh Ayah untuk cepat datang ke sini dan mengambil keputusan?"

Shen Hualian tampak ragu, namun akhirnya ia mengangguk dan berkata, "Kalau begitu aku akan pulang ke rumah, dan kembali lagi dalam satu jam. Kamu jaga Ibu di sini dengan baik. Jika terjadi sesuatu, segera panggil dokter."

Zhu Haimei pun mengangguk. "Tenang saja." Ucapnya yang berusaha meyakinkan kakak iparnya untuk pergi. Namun, yang ia pikirkan di dalam hatinya adalah, 'Apa mungkin begitu kakak iparnya pergi, ibu mertuanya akan bangun? Lelucon macam apa ini?' 

Meskipun Shen Hualian sangat cemas, tetapi ia tetap pergi karena adik iparnya tidak bisa mengendarai sepeda. Dan akhirnya Shen Hualian-lah yang harus pulang.

Begitu kakak iparnya pergi, Zhu Haimei lalu mengalihkan pandangannya ke arah tangan ibu mertuanya yang tidak tertutup selimut. Zhu Haimei tiba-tiba teringat bibinya. Jika usia bibinya semakin tua, tangannya akan seperti itu. Kulit di jari-jarinya akan berubah menjadi kasar.

Baiklah, anggap saja ia berbakti kepada bibinya dengan merawat ibu mertuanya. Ia lalu keluar untuk mengambil sebaskom air hangat untuk menyeka tubuh ibu mertuanya. Setelah mencuci handuknya, ia mulai menyeka tangan, lengan, wajah, dan leher ibu mertuanya.

Sambil menggosok tubuh ibu mertuanya dengan perlahan, Zhu Haimei berpikir, ia harus memanggil ibu mertuanya dengan sebutan apa kalau ia bangun nanti?

Ia sudah pernah memanggil bibinya dengan sebutan ibu, tetapi saat tahu bahwa bibinya itu bukanlah ibu kandungnya, ia langsung mengganti panggilannya menjadi bibi.

Kalau ia memanggil ibu Shen Dongyuan dengan sebutan ibu mertua, bukankah itu terdengar sangat tidak akrab?

Kalau ia memanggilnya ibunda? Hmm, sepertinya hanya orang-orang kuno yang memanggil ibunda.

Ketika pikiran Zhu Haimei sedang menerawang jauh, tiba-tiba ada sepasang mata yang sedang memandangnya, dan membuatnya sangat terkejut hingga hampir menjatuhkan baskom.

Ternyata ibu mertuanya sedang menatapnya.

Tatapan tersebut membuat Zhu Haimei merasa terkejut sekaligus malu. Sebenarnya, itu juga bukan salah Zhu Haimei jika ia terkejut. Siapa pun pasti akan terkejut saat ia dihadapkan dengan seseorang yang tidak sadarkan diri namun tiba-tiba siuman. Bagaimana bisa begitu kebetulan seperti ini? Begitu Zhu Haimei datang, ibunya langsung siuman setelah dua hari tidak sadarkan diri.

Ibu mertuanya itu menatap Zhu Haimei lalu mengangkat tangannya. Beliau mengacungkan jari padanya dan berkata, "Pergi."

Zhu Haimei lalu mengorek-ngorek telinganya setelah tidak percaya dengan apa yang ia dengar barusan. 'Apakah aku tidak salah dengar?' Tanya Zhu Haimei dalam hati.

"Pergi." Ibu mertua Zhu Haimei kembali berteriak, bahkan sedikit mengangkat badannya.

"Bu." Panggil Zhu Haimei yang merasa sangat cemas. "Jangan bergerak, Bu. Kaki ibu sangat rentan terjadi dislokasi."

Benar saja, ibu mertuanya itu pun berteriak kesakitan. Teriakan tersebut membuat Zhu Haimei tidak mempedulikan ucapan ibu mertuanya yang mengusirnya. Zhu Haimei justru segera melangkah maju untuk membuka selimut dan melihat kaki ibu mertuanya. Ketika ibu mertuanya melihat bahwa Zhu Haimei hendak mengangkat selimutnya, ia berusaha keras untuk menepis tangan Zhu Haimei hingga hampir jatuh ke tanah.

"Bu, jangan bergerak lagi. Jika tulang kaki ibu mengalami dislokasi, tulang ibu akan semakin hancur. Aku akan memanggil dokter." Setelah itu, Zhu Haimei segera berlari keluar.

Ia benar-benar tidak menyangka bahwa ibu mertuanya begitu membencinya. Akan tetapi, sejak ia dilahirkan kembali dalam tubuh ini, ia sudah terbiasa diperlakukan buruk oleh orang lain.

Beberapa saat kemudian, Dokter masuk dan Zhu Haimei pun mengikuti di belakangnya. Dokter lalu memeriksa ibu mertua Zhu Haimei dengan hati-hati. "Syukurlah jika sudah sadar. Kalian harus memutuskan sesegera mungkin mau melakukan perawatan konservatif atau operasi pada kakinya."

Saat Dokter ada di sana, ibu mertuanya masih bersikap baik pada Zhu Haimei. Namun begitu Dokter itu pergi, wanita tua itu memasang wajah marah lagi. "Siapa yang membiarkanmu datang ke sini, di mana anakku?"

Anak yang ia maksud tentu saja adalah Shen Dongyuan. Zhu Haimei lalu berkata, "Ia belum kembali dari bertugas. Kak Hualian pulang untuk memanggil Ayah mertua di rumah. Jika ibu memerlukan sesuatu, langsung beritahu aku saja."

Begitu ibu Shen mendengar ucapan Zhu Haimei, ia langsung berpikiran sama dengan Shen Hualian. Apakah ini masih gadis kasar itu? Saat mengingat perbuatan jahat Zhu Haimei dulu, kesan baiknya pada Zhu haimei saat ini menghilang dalam sekejap. Ibu mertua Zhu Haimei lalu mendengus kesal, dan menolehkan kepalanya ke samping untuk mengabaikan keberadaan Zhu Haimei.

Hal tersebut membuat Zhu Haimei menjadi sedih. 'Setidaknya Ibu harus bicara denganku. Jika seperti ini, aku tidak bisa berkomunikasi dengan Ibu. Aku telah melakukan semua yang harus aku lakukan. Jika Ibu tidak mau bekerja sama denganku, aku tidak tahu lagi harus bagaimana.' Pikir Zhu Haimei dalam hati.

Sebenarnya, wanita itu masih marah pada Zhu Haimei. Waktu itu, keluarganya menentang Zhu Haimei pergi ke kota Jiang untuk mencari Shen Dongyuan. Zhu Haimei sampai mencuri uang dari keluarganya dan melarikan diri. Hal itu terjadi tepat sebelum kegiatan membajak di musim semi. Keluarganya ingin membeli pestisida dengan uang itu, tetapi akhirnya gagal setelah mendapati uang mereka sudah tidak ada. Meskipun begitu, keluarganya tidak bisa tinggal diam dan hanya menonton serangga yang akan menggerogoti tanaman yang ada di ladang keluarganya. Mereka pun harus meminjam uang lagi. Untungnya, anak laki-laki tertuanya mengirimi uang sebanyak 200 yuan, sehingga keluarganya itu bisa tenang.

Mereka tidak bisa mengatakan bahwa keluarga mereka menderita. Ketika orang lain bertanya tentang keberadaan Zhu Haimei, mereka harus mengatakan dengan wajah bahagia bahwa Zhu Haimei pergi ke wilayah militer untuk menemui suaminya. Sepertinya benar kata orang yang mengatakan bahwa, nikahilah wanita yang berbudi luhur.

Setelah itu, semakin wanita itu memikirkannya, ia menjadi semakin kesal. Ia seharusnya tidak mendengarkan ramalan keberuntungan dari peramal yang mengatakan bahwa Zhu Haimei mempunyai kehidupan phoenix. Dan menikahkan putranya dengan gadis pemalas yang tidak tahu apa-apa.

Hanya saja, sudah terlambat untuk menyesalinya. Anak laki-laki tertuanya mengatakan bahwa untuk mengurus pernikahan seorang prajurit sangat mudah, tetapi untuk mengurus perceraiannya sangat sulit, karena pernikahan juga merupakan kriteria penilaian untuk pengangkatan jabatan. Wanita itu benar-benar mengabaikan Zhu Haimei yang duduk di sampingnya karena merasa kesal dan marah.

Zhu Haimei bukanlah sang pemilik tubuh asli, tentu saja ia tidak akan menganggap serius masalah sang pemilik tubuh asli yang mencuri uang dari keluarga ibu mertuanya dan melarikan diri ke rumah Shen Dongyuan yang ada di wilayah militer. Akan tetapi ia tahu betul bahwa kemarahan ibu mertuanya ini juga disebabkan karena kebenciannya terhadap Zhu Haimei.

Tak lama kemudian, Shen Hualian benar-benar kembali dalam waktu satu jam. Ia memasuki ruangan itu dengan diikuti oleh dua orang di belakangnya, mereka adalah ayah mertua dan suami kak Hualian. Begitu mereka masuk, mereka sangat terkejut saat melihat ibu Shen Dongyuan sudah siuman.

Shen Hualian bahkan membelalakkan matanya dan tertawa. "Apa yang diucapkan peramal itu benar. Adik ipar benar-benar orang yang memiliki keberuntungan. Begitu ia kembali ke sini, Ibu langsung siuman."

Setelah mendengar ucapan tersebut, wanita itu hampir pingsan lagi. 'Jadi, aku bisa siuman karena meminjam keberuntungan Zhu Haimei?' Pikirnya dalam hati.