Satu hari telah berlalu sejak kejadian di aula saat itu. Suasana sekolah benar-benar tenang, dan aku tidak mendengar rumor tentang pembully-an lagi.
Nah, bahkan Via terlihat sangat bahagia hingga dia makan lebih banyak dari biasanya. Ah, kalau dipikir-pikir sebagian uang miliknya sering dimintai oleh mereka, kan? Mungkin karena itu sekarang dia terlihat puas dengan makanan miliknya.
Ahaha, dia memiliki cara makan yang lucu seperti hamster kecil yang imut. Setidaknya itulah yang akan terlihat jika ada hamster seukuran manusia.
Tapi sebenarnya itu akan terlihat menakutkan jika kau melihat seekor hamster seukuran manusia. Benar-benar menakutkan! Aku bahkan tidak mau membayangkan itu.
Aku juga belum melihat lagi pembully-an terhadap Vina, mungkinkah itu karena dia telah berteman dengan Risa sekarang?
Sebagai salah satu anggota OSIS, Arin sepertinya mendapatkan tugas untuk mengawasi perilaku dan tindakan para murid untuk menghindari hal yang tidak diinginkan kembali terjadi. Nah, mungkin semua anggota OSIS mendapatkan tugas yang serupa.
Hari ini para wali murid anak yang bermasalah telah dipanggil ke sekolah, dan mungkin anak mereka akan diberikan sanksi yang berat. Aku tidak terlalu berharap itu akan menjadi pengeluaran paksa anak-anak itu dari sekolah, kurasa itu belum cukup untuk mengeluarkan mereka.
Tapi lain cerita jika bukti yang dipaparkan telah cukup sebagai akumulasi poin minus untuk mengeluarkan mereka.
Ethan dan Ardi telah berbuat banyak hal untuk ini, Ardi memang terlihat cukup puas, tapi aku tidak yakin dengan Ethan. Dia bukan tipe orang yang akan meninggalkan pekerjaan yang tidak tuntas, itu menurutku.
Kemungkinan besar, namanya yang berada di akhir film itu dilakukan dengan sengaja sebagai langkah awal untuk rencana lanjutan.
Harus aku katakan, rencana ini terlalu besar untuk dipikirkan Ethan sendirian, dia pasti memiliki seorang yang mendukung dari balik layar.
Yang pasti, orang itu bukan Ardi.
Ethan… apa sebenarnya tujuanmu?
…
Sepulang sekolah, Arin pergi ke ruang OSIS karena memiliki beberapa keperluan di sana.
Sebenarnya itu tidak terlalu penting, dia hanya sedang janjian dengan teman-temannya di ruang OSIS karena mereka semua bagian dari pengurus OSIS.
Mereka berbincang dengan meriah hingga membuat ruang OSIS yang sepi ini menjadi lebih hidup.
Selain dari kelompok Arin, ada juga seorang pemuda yang sedang sibuk dengan laptop miliknya.
Dia adalah Bayu Setiawan, salah satu anggota OSIS yang paling populer di kalangan para gadis.
Jika seseorang disuruh menyebutkan alasan mengapa dia begitu populer, itu hanya akan menjadi 'Karena Tampan'.
Mereka tidak akan mampu menyebutkan lebih dari itu. Yah, fakta bahwa dia tampan adalah sesuatu yang tidak dapat diubah. Selain dari itu, dia juga orang yang ramah pada semua orang. Dia adalah anak kelas 12, dan posisinya di OSIS akan segera lepas begitu ada pelantikan anggota OSIS yang baru nanti.
Keberadaan orang ini adalah salah satu alasan mengapa Arin membuat janji untuk bertemu di ruang OSIS dengan teman-temannya.
Yap, orang ini adalah orang yang disukai oleh Arin.
Arin bukan tipe orang yang berani melakukan pendekatan secara langsung, tapi dia hanya akan membuat kesempatan untuk lawannya mendekat.
Yah, itulah wanita. Mereka lebih suka menunggu daripada mendekat dengan inisiatif.
Selain itu, rata-rata wanita pandai menyembunyikan perasaan mereka, jadi tidak heran jika anak laki-laki harus berusaha keras untuk mendapatkan pasangan. Tidak jarang laki-laki akan ragu untuk maju, sementara si gadis hanya bisa menunggu keberanian laki-laki untuk mendekat sambil memendam perasaan.
Penantian seperti ini cukup menyakitkan bagi kedua belah pihak. Hal seperti itu adalah cerita menyedihkan yang terus terulang di berbagai situasi dan waktu.
Saat Arin sedang sibuk dengan teman-temannya, ponsel miliknya berbunyi. Dia segera menemukan sebuah pesan yang ditampilkan di ponsel miliknya, wajahnya berubah masam.
"Maaf ya, aku pulang duluan, ada urusan bentar nih"
Arin mengatakan itu, teman-temannya sempat mengeluh sebentar, tapi mereka membiarkannya pergi karena Arin terlihat cukup serius. Cukup serius hingga dia rela meninggalkan kesempatan membuat kedekatan dengan Bayu.
Arin keluar ruangan dengan kesal.
"Ethan, hal apa lagi yang mau kamu lakukan?!"
…
Mungkin ini sedikit tiba-tiba, tapi aku dikepung oleh kelompok Ivan setelah pulang sekolah.
Hari ini aku tidak melihat mereka di lingkungan sekolah, tampaknya mereka tidak berniat masuk sekolah untuk sementara waktu.
Mereka membawaku ke sebuah gang sempit sehingga tidak akan ada orang yang memperhatikan meskipun sedang terjadi sesuatu.
Dan kenapa pula mereka menargetkan diriku?
"Bos, ini orangnya"
"Oi, lu kan yang udah ngejebak kita semua?"
Hah? Apa yang dia katakan? Aku bahkan tidak terlibat secara langsung dengan film itu. Ah, tunggu sebentar, sepertinya aku memang terlibat dalam beberapa bagian. Tapi kenapa aku yang disalahkan?
"Siapa bilang? Aku bahkan bukan orang yang merancang film itu"
"Gak usah bohong lu, Ethan yang bilang sendiri"
Ethaaaaaaaan! Apa yang kau lakukan?!
Kelompok Ivan menahan kedua sisi tubuhku sehingga aku tidak akan bisa melarikan diri. Di sisi lain, Ivan telah bersiap dengan tinjunya untuk menghajarku.
Ah, pada akhirnya ini sama seperti yang terakhir kali.
…
Arin berlari sekuat tenaga menuju lokasi yang dikirimkan oleh Ivan.
Dia berhenti di depan sebuah gang dan menemukan Satria yang sedang dikepung oleh kelompok Ivan.
Arin hendak mencari pertolongan, tapi dia mengurungkan niatnya ketika melihat Satria mampu membuat perlawanan yang bagus dalam situasi sulit.
Satria yang kedua tangannya ditahan sedikit melompat dan menendang Ivan yang berdiri di depannya, lalu dia mendorong mundur salah satu orang yang menahannya hingga membentur dinding. Setelah salah satu tangannya terlepas, dia menghantamkan kepala satu orang yang masih menahannya ke dinding dengan keras.
Dag!
Arin bisa mendengar suara itu dengan cukup jelas. Kepala orang itu terlihat berdarah dan dia pingsan.
Mereka mengeroyok Satria, tapi Satria menghajar mereka satu persatu hingga mereka semua tumbang.
Ivan mengambil balok kayu di dekatnya dan berusaha memukul Satria dengan itu, tapi Satria berhasil menghentikan Ivan. Satria memelintir tangan Ivan lalu menendang tubuhnya hingga menghantam dinding dengan keras.
Ba dum!
Untuk sesaat, jantung Arin berdegup cepat. Penampilan Satria dalam melawan kelompok Ivan terlihat keren di mata Arin.
"Gawat, apakah Satria memang selalu keren seperti ini?"
Arin segera pergi dari tempat itu sebelum Satria menyadarinya.
Satria menghela napas tampak kerepotan, "Haaah… aku tidak belajar bela diri untuk hal seperti ini. Sekarang bagaimana aku harus membalas Ethan? Sedikit teguran tidak akan membuatnya jera untuk terus memanfaatkanku"
…
Di sebuah tempat yang tidak terlalu jauh dari tempat kejadian, Ethan mengawasi dengan senyuman di wajahnya.
Rencananya untuk mendekatkan Arin dengan Satria sekaligus membalas perbuatan kelompok Ivan melalui Satria tampaknya sukses.
Sebenarnya dia tidak benar-benar berharap Satria akan bisa mengatasi mereka sendirian. Dia hanya berniat untuk memancing mereka lalu membawa Arin agar dia mendapatkan bukti yang cukup untuk mengeluarkan anak-anak itu.
Dengan begitu, Satria akan memiliki rasa terima kasih terhadap Arin. Yah, ini melampaui rencana aslinya.
Tapi Ethan bertanya-tanya, apakah ini cukup untuk mendekatkan mereka?
Ardi berusaha mendekatkan Risa pada Satria, sedangkan Ethan mendukung Arin dengan Satria karena beberapa alasan. Keduanya mungkin akan berselisih nantinya, tapi Ethan tidak terlalu mempermasalahkan hal itu.
Dia hanya berpikir tentang semua yang akan semakin menarik mulai sekarang.
Ponsel Ethan berdering, sebuah pesan masuk.
Ethan menyipitkan mata karena cukup terkejut dengan isi pesan itu.
[Keputusan bahwa kelompok Ivan akan dikeluarkan dari sekolah telah diputuskan. Tampaknya para guru mendapatkan bukti yang cukup untuk mengeluarkan mereka setelah mendapatkan beberapa bukti dan laporan dari Bayu Setiawan, anak kelas 12]