Chereads / Cinta Yang Tersesat / Chapter 30 - Teman lama

Chapter 30 - Teman lama

Setelah Satria mengatakan pada ibunya bahwa Ayu adalah calon menantu, ibu Satria hanya tersenyum sebagai tanggapan.

Ibu Satria mencubit hidung anaknya itu sambil tersenyum ringan, "Hiss… anak ibu ini, udah pinter ngerayu cewek ya sekarang? Lihat tuh, neng Ayu sampe kebingungan dan malu-malu. Yaudah, ibu masuk dulu, kamu ajak makan sekalian tuh temen kamu"

Ibu Satria pergi ke kamarnya setelah mengatakan itu, sementara Satria membawa soto yang diberikan ibunya ke dapur. Satria lalu kembali dan duduk di samping Ayu. Ayu langsung mencubit pinggang Satria dengan sekuat tenaga.

Namun Satria justru tertawa.

"Ahahaha… aw aw, sakit Yuu, ampun deh ya"

Ayu terlihat marah, tapi wajahnya juga memerah, "Iiih… kamu tuh ya… kenapa ngomong gitu?! Aku kan jadi malu sama ibumu"

"Kan kamu sendiri yang nyuruh"

"Gak gitu juga… Aku kan cuma bercanda"

"Kalau gitu aku juga cuma bercanda"

Ayu semakin merajuk.

Satria berusaha membujuk, "Kalau aku serius, kamu nanti jadi bahagia"

Ayu kembali mencubit pinggang Satria.

"Iissh, udah ih, ngegombal mulu"

"Tapi gapapa kan kalau aku serius? Toh lagian kamu gak lagi ada pacar kan sekarang?"

Satria berusaha mengambil kesempatan dalam kesempitan untuk mengkonfirmasi apakah Ayu memiliki pacar atau tidak.

(Author: Nice move bro)

Ayu memalingkan wajahnya, "Enggak ada sih… untuk saat ini. Lah, kamu sendiri emang pacarmu gak marah kalau kamu ngerayu cewek mulu?"

Mereka berdua tampaknya ingin mengkonfirmasi satu sama lain.

"Hahahaha, aku mana mungkin punya pacar"

Meskipun Satria mengatakannya dengan penuh kebenaran, hatinya masih sedikit sakit tentang Arin dan hubungan mereka sebagai pacar palsu.

Selanjutnya, mereka berdua diam dalam keheningan yang panjang selagi memikirkan sesuatu satu sama lain.

Satria memikirkan metode agar dia bisa segera move on dari Arin, dia berpikir bahwa Ayu adalah orang yang paling menarik hatinya hingga saat ini, jadi tidak ada salahnya untuk mencoba membangun hubungan dengannya secara perlahan.

Sementara untuk Ayu… yah, itu rahasia perempuan.

Sejak saat Ayu berkunjung ke rumah Satria, mereka jadi sering bertukar pesan setiap hari dan terkadang melakukan pembicaraan ringan di telepon.

Pagi ini Satria berniat untuk melakukan lari pagi sebelum melakukan rutinitas di sawah. Olahraga secara rutin adalah salah satu kunci terbentuknya tubuh Satria yang sekarang, jadi itu telah menjadi kebiasaan baginya.

Satria telah bersiap di depan rumah dengan pakaian olahraga miliknya. Namun sepertinya niatnya harus tertunda ketika Ethan dan Ardi datang ke rumahnya pagi-pagi buta.

"Ngapain kalian ke sini pagi-pagi?"

Ardi menjawab, "Ada acara di alun-alun, kita ke sini buat ngajakin kamu ikut"

"Maaf, nanti aja, aku mau lari pagi dulu"

Ethan berusaha membujuk, "Ayolah, ini acara joging bareng, nanti di sana ada banyak cewek cantik. Siapa tahu nanti ada yang beruntung dapet pacar"

Satria sedikit ragu untuk menolak, tapi kelihatannya Ethan dan Ardi akan terus memaksanya ikut, jadi dia hanya bisa ikut dengan pasrah.

Mereka bertiga pergi ke alun-alun kota dengan menumpang mobil tetangga mereka yang juga pergi ke sana.

Acara joging bersama berlangsung selama kurang lebih dua jam dan diakhiri dengan acara undian. Sebelumnya para peserta diberikan kupon secara acak untuk nanti diundi di akhir acara.

Rencana Ethan dan Ardi berjalan mulus, mereka telah bertemu cukup banyak cewek cantik selama perjalanan. Keduanya telah memberanikan diri untuk mendekati setiap cewek yang mereka anggap menarik, dan keduanya mendapatkan cukup banyak nomor telepon sebagai hasilnya.

Itu sebuah keuntungan besar bagi mereka, di sisi lain, Satria hanya berfokus pada seorang pria sejak acara dimulai.

Tunggu, biar aku tegaskan, Satria masih laki-laki normal, dia tidak memiliki ketertarikan khusus pada sesama jenis. Namun yang membuatnya tertarik pada pria itu adalah karena dia merasa pernah mengenalnya. Selain itu, pria itu juga terus bersikap begitu akrab dengan para gadis hingga membuatnya seperti banci.

Hal itu terus mengganggu Satria, dia merasa tidak pernah mengenal pria yang 'bengkok' seperti itu.

Ketika acara selesai, Ethan dan Ardi memilih untuk membeli jajanan sambil menunggu undian, sementara Satria berpisah dengan mereka.

Dia memutuskan untuk mencari orang itu. Setelah setengah jam berkeliling alun-alun kota, dia berhasil menemukan pria itu. Sekarang dia sedang duduk sendirian di tepi air mancur.

"Permisi"

Satria menyapa orang itu, orang itu tersenyum ramah sebagai tanggapan.

"Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?"

Orang itu sontak tertawa keras ketika mendengar pertanyaan itu.

"Hahahaha, kamu sudah lupa, Satria. Aku dulu sahabatmu waktu kecil, yah, gak heran juga sih"

Diberikan jawaban seperti itu, Satria memutar keras otaknya dan terus menggali ingatannya, namun dia tidak bisa menemukan nama orang itu.

Orang itu tersenyum, "Aku Bel… Arisbel Irvando"

Satria ternganga, orang di hadapannya dulu adalah seorang kutu buku yang selalu membawa buku kemanapun dia pergi, tapi sekarang dia telah berubah menjadi pria tampan deng kepribadian yang sedikit 'bengkok'.

"Hahahaha, wajahmu masih terlihat tidak percaya. Baiklah, mari kita cari camilan dulu sambil bercerita. Bagaimana, kawan lama?"

"Bel, aku gak keberatan, tapi…"

"Tenang, aku yang bayar"

Mata Satria berbinar, Bel dulu adalah temannya yang paling pengertian, dia bahkan tidak berubah sejak saat itu.

Bel membeli dua potong es krim coklat, satu untuk Satria dan satu untuk dirinya sendiri.

Bel mulai bertanya sambil menggigit es krim miliknya, "Ngomong-ngomong, gimana kabar kawan-kawan lainnya?"

"Aku gak tau. Setelah kamu pindah rumah, temen-temen mulai bubar, dan cuma Ardi yang jadi temanku sampai SMA"

Bel nampaknya tidak terlalu terkejut, tapi dia masih menyesali keindahannya dulu.

Satria balas bertanya, "Kamu sendiri gimana kabarnya?"

"Aku baik kok, selalu jaga kesehatan juga. Ngomong-ngomong, sekarang aku jadi aktor"

Satria berhenti berjalan dan terdiam, dia masih tidak mempercayai apa yang baru saja dia dengar.

"Tunggu, aktor?"

"Iya, serius, aku jadi aktor di masa muda. Ah, aku baru inget kamu gak punya tv jadi gak tau aku jadi aktor. Tapi aku gak terlalu terkenal kok, cuman aku bentar lagi ada proyek pembuatan film"

(Bagaimana bisa itu disebut tidak terkenal?!)

Satria dah Bel terus berbincang santai sambil berkeliling, hingga akhirnya mereka bertemu dengan masalah.

Ivan dan gengnya menghalangi Satria dan Bel. Tidak seperti sebelumnya, sekarang mereka membawa beberapa orang dewasa yang tampak seperti preman sebagai bantuan.

Mereka cukup berani untuk tampil mencolok di kerumunan orang ini.

Bel sedikit mundur ke belakang Satria, dia tidak memiliki begitu banyak pengalaman bertarung atau bela diri. Seingatnya, Satria juga tidak pernah mempelajari hal seperti itu.

Tapi takdir selalu berubah, dan pengalaman selalu bertambah setiap bertambahnya umur. Bel telah berubah, tapi begitu juga Satria.

Satria telah siap bertarung, tapi dia sedikit khawatir tentang keselamatan temannya. Terlebih lagi lawannya banyak orang, ditambah beberapa orang preman. Cukup beresiko untuk meninggalkan Bel sendirian tanpa penjagaan.