Risa menatap tajam dengan wajah yang memerah, "Kamu berniat kabur kan? Jahat banget kamu ninggalin aku sendirian di belakang"
Ok, sekarang otakku berpikir keras mencari alasan yang tepat untuk mengatasi situasi ini.
Tapi aku sedang sedikit penasaran dengan alasan Risa bisa menemukanku begitu cepat.
Aku mencoba bertanya dengan sedikit gugup, "Kok kamu bisa tau kalau aku di sini"
Risa dengan entengnya menjawab, "Ardi yang kasih tau"
Teman kampret! Asem bener dah!
Jadi gimana nih sekarang?
Menyerah pada keadaan?
Baiklah, aku akan menerima keadaan ini untuk sekarang.
"Yaudah deh, aku ambil sepeda dulu ya"
"Gak pake lama"
Iya iya, sabar dikit dong, semua kan butuh proses. Seperti cintaku padamu, juga perlu waktu untuk tumbuh.
Ups, itu hanya gombalan renyah yang tidak akan banyak berefek. Entah kenapa itu terlintas begitu saja dalam pikiranku.
Aku sedikit penasaran, apa jadinya jika aku mengatakan itu pada Risa sekarang?
Nah, mungkin dia hanya akan mengabaikannya. Seperti pujian dariku sebelumnya, mungkin aku hanya akan dianggap sedang bercanda.
Mereka bilang cinta bisa merubah seseorang, jika memang seperti itu, aku harap Risa bisa berubah menjadi gadis yang lebih lembut dan feminim.
I-ini tidak seperti aku berharap berpacaran dengannya setelah dia menjadi lebih feminim, ok? Tidak seperti itu!
Hanya saja gadis yang disebutkan oleh Risa sebelumnya telah menarik minatku lebih dari yang aku bayangkan.
Aku mengambil sepedaku, Risa mengambil bantal kecil dari dalam tasnya dan duduk di kursi belakang. Serius, sampai sekarang aku penasaran dengan fungsi bantal itu dalam sekolah.
Sekarang Risa duduk lebih menempel padaku, aku bisa merasakan sensasi lembut di punggungku. Aroma… ini aroma yang menyenangkan dan lembut, meskipun aku tidak benar-benar yakin aroma jenis apa. Rambut Risa yang diikat ke belakang mengalir lembut diterpa angin dan membawa aroma yang sangat wangi ke hidungku.
Sial, kali ini semua tentang Risa meninggalkan kesan yang bagus untuk hidungku. Jantungku berdegub cepat, wajahku semakin memanas.
Sial, apakah setiap hari memang sepanas ini?
Aku mengayuh sepedaku dengan langkah yang berat. Kami meninggalkan sekolah dan melewati gerbang depan.
Ketika kami melewati Arin yang berada di depan gerbang, Risa menyapa dengan senyum riang, "Sampai jumpa, Arin. Kami pergi duluan ya"
Awalnya Arin sedikit melotot pada kami, tapi dia segera membuat senyum ramah, "Iya, hati-hati di jalan ya, kalian berdua"
Aku hanya diam saja dan tidak berani menyapanya.
Apakah aku laki-laki yang menyedihkan?
Yah, aku juga menyadari bahwa aku dapat memikirkan banyak hal ketika tidak berada di hadapan Arin. Lalu ke mana perginya semua keberanian itu saat aku paling membutuhkannya?
"Satria ~"
Sial, tolong jangan gunakan nada yang begitu manis untuk memanggil namaku. Kamu hampir saja menggoyahkan ketetapan hatiku.
"Apa sih?"
"Kamu tau gak?"
Maaf, tolong ulangi pertanyaanmu. Apa yang bisa aku jawab jika kamu tidak menyebutkan objek yang ditanyakan?!
"Gak"
Aku menjawab seperti itu dengan kurang peduli.
Risa mencubit pinggangku sangat kecil, ini puluhan kali lebih sakit dari gigitan semut.
"Aw aw, baiklah aku minta maaf, jadi tolong jangan mencubitku seperti itu"
Risa cemberut, "Itu akibat karena tidak menjawab pertanyaanku dengan serius"
Oh ayolah, bagaimana bisa aku menjawab dengan serius pertanyaan yang tidak jelas seperti itu?!
Risa memainkan nada suaranya dengan lembut, "Hei, Satria, Kamu pernah jatuh cinta?"
Ugh, pertanyaan itu…
"Untuk apa kamu bertanya soal cinta? Tidak aku sangka gadis yang kasar sepertimu bisa tertarik soal cinta"
Risa kembali mencubitku, "Nol poin untuk jawabanmu"
"Aw, hei! Untuk apa penilaian itu? Apakah ini sebuah kontes atau semacamnya?"
"Yap, kalau kamu memenuhi kriteria, aku janji akan mempertemukanmu dengan gadis yang kamu temui tadi pagi"
Woah! Aku menjadi sangat bersemangat dengan ini, kayuhanku menjadi lebih cepat tanpa aku sadari.
Risa tertawa riang ketika angin yang menerpa menjadi lebih kencang saat sepeda melaju lebih cepat.
"Baiklah, aku akan berusaha yang terbaik untuk menjawab pertanyaan darimu"
"Nah, itu baru semangat"
Aku menunggu dengan sabar pertanyaan yang akan dilontarkan Risa sambil menerka pertanyaan macam apa yang akan muncul beserta jawaban terbaik untuk setiap pertanyaan.
"Pertama, gimana menurut kamu tentang Arin?"
Eh, aku tidak menyangka pertanyaan yang pertama keluar adalah itu. Baiklah, mari jawab dengan jujur.
"Arin orang yang baik menurutku, dia sopan dan ramah ke semua orang. Dan lagi dia cantik, populer juga"
Risa mengangguk seolah setuju dengan perkataanku. Baiklah, sepertinya aku akan mendapatkan nilai yang bagus kali ini.
"Minus sepuluh poin"
Eh, minus? Kau serius?!
Risa menambahkan, "Memuji gadis lain ketika kamu sedang berbicara dengan seorang gadis membuatmu mendapatkan nilai minus. Tapi aku akan memberikan bonus 10 poin karena kamu menjawab dengan jujur. Jadi poin totalnya masih nol"
Eh, sepertinya ada yang salah dengan sistem perhitungan poin ini.
"Pertanyaan kedua, bagaimana kesanmu terhadapku"
… Sejujurnya, sekarang aku ingin mundur dari tantangan ini jika memiliki kesempatan. Pertanyaan kali ini terlalu ekstrim, resiko jika aku salah menjawab bisa menjadi merepotkan.
Aku tidak yakin harus berbicara kejujuran yang pahit atau kebohongan yang manis. Tapi aku ingin menyingkirkan keraguan ini saat ini juga.
"Risa, awalnya aku menganggap kamu gadis yang galak, tomboi, merepotkan, menyebalkan, dan menganggu"
Risa hanya terdiam, dia tidak memperlihatkan tanda-tanda hendak melancarkan pukulan padaku.
Aku melanjutkan, "Tapi aku mendapatkan kesan yang berbeda darimu belakangan ini. Kamu sebenarnya gadis yang lembut, ceria dan baik. Aku bersyukur bisa mengenal dirimu yang sebenarnya"
Tangan Risa memelukku dengan erat dari belakang, sensasi lembut dan hangat ini datang bersama aroma lembut yang semakin kuat. Aku bisa merasakan Risa sedang menyandarkan kepalanya di punggungku.
Risa berbicara dengan nada yang sangat lembut, "Satria ~" hatiku hampir meleleh dibuatnya.
"Iya, Risa. Ada apa?"
"Nol poin"
Hah?!
Tunggu, sekarang di bagian mana aku salah hingga menghilang seluruh poin yang mungkin aku peroleh?
Pak Hakim, aku ingin protes!
Risa melanjutkan, "Tapi aku akan memberikan bonus seribu poin untuk kejujuran dan juga pujian itu. Ini pertama kalinya aku mendapatkan pujian tulus dari orang lain, terima kasih"
"Sama-sama"
Aku ingin berteriak histeris, ini lompatan kuantitatif yang besar, dari nol poin menjadi seribu poin. Jadi itu artinya…
"Jadi sekarang aku memiliki kualifikasi untuk bertemu gadis itu?"
"Belum. Ngomong-ngomong nilai minimal untuk mengetahui namanya adalah satu juta poin"
"Hah?!"
Bagaimana aku tidak terkejut? Itu jumlah poin yang gila untuk diperoleh dari sistem kuis yang memiliki sistem perolehan poin tidak jelas. Dan itu hanya sampai nama?!