Chereads / Legendary the Devil Knight (Indonesia) / Chapter 13 - Chapter 13 - Pantai Selatan

Chapter 13 - Chapter 13 - Pantai Selatan

Setelah waktu yang lama, Mina akhirnya melihat sosok yang tidak asing lagi, di sana, mina melihat Jira yang sedang menggaruk kepalanya, Mina hanya tersenyum melihatnya.

"Mungkin dia sedang kebingungan!"

"Aku akan mengagetkannya hehe"

Mina pun menghampirinya dengan bergerak seperti ninja.

"Baaaaaa"

Jira pun sontak meloncat kaget.

Jira : "%$&%%^!"

Mina pun tertawa melihat ekspresi anehnya itu.

Jira : "Mina?"

"Kenapa kau ada di sini."

"Bukankah seharusnya kau mencari kemampuanmu?"

Mina : "Aku tidak mau sendirian Jiraa"

"Aku akan menemanimu, mencari kemampuanmu."

"Tapi nanti bantu aku, mencari kemampuanku ya"

Jira : "Iya, bawel amat!"

"Hayu ikuti aku."

Mina : "Kemana?"

Jira : "Ke rumahku yang dahulu."

Mina : "Tapi, aku lapar Jira."

Jira : "Sama, apakah kita harus mencuri lagi?"

Mina : "Kau sudah kehilangan akal!"

Kemudian mereka pun, pergi bersama.

Mina dan Jira akhirnya telah tiba di rumahnya yang dahulu, ketika mereka berdua telah masuk, rumah itu sudah tidak berpenghuni lagi, keadaannya seperti rumah horor, berantakan serta tak terurus, dan juga di penuhi debu-debu.

Mina : "Apa kau yakin baik-baik saja?"

Jira hanya mengangguk.

Jira : "Aku akan ke ruang bawah!".

Mina : "Aku ikut, tunggu aku!".

Di sana Mina melihat Jira menggeser sebuah lemari yang menghubungkan ke tempat ruang yang ada di bawah, tangga pun sudah terlihat, mereka berdua melihat ke arah bawah, namun ruangan itu dipenuhi bayangan, sehingga pandangan mereka gelap, sampai tidak terlihat apa pun. Jira lalu menyalakan sebuah obor sebagai sumber penerangan cahaya satu-satunya di ruangan bawah itu.

Jira : "Ayo Mina!".

Mina pun memegang lengan Jira dan mengikutinya menuruni tangga menuju ke bawah ruangan itu.

Mina : "Jira Ayahmu dulu bekerja apa?".

Jira : "Ayahku dahulu sering meneliti".

"Dia pergi begitu saja, ketika orang itu datang ke rumah kami".

"Aku tidak begitu ingat".

Setelah turun, ada sebuah pintu, dengan bentuknya yang aneh, Jira pun tanpa ragu membukanya,

di sana sudah terlihat sebuah ruangan laboratorium yang cukup besar, namun tempatnya kotor di penuhi debu dan di penuhi oleh benda-benda penelitian.

Mina : "Woaaah".

"Apakah Ayahmu bekerja di tempat seperti ini?"

Jira pun mengangguk dengan menjawabnya.

Jira : "Namun ada satu ruangan lagi yang belum pernah aku masuki, selama tinggal di sini, karena dilarang oleh Ayahku".

"Aku penasaran, kenapa ruangan itu, selalu terkunci".

Jira : "Apakah aku seharusnya masuk saja?"

Mina : "Masuklah mungkin itu suatu petunjuk yang selama ini kau cari".

Jira : "Baiklah, ayo kita masuk".

Dengan perasaannya yang berdebar-debar.

***

Di ruangannya yang besar dan mewah, Semanta yang sedang berdiri, mengamati pemandangan lingkungan dari jendelanya, dengan kemarahan yang membakar hatinya, karena seseorang yang dikirim untuk memata-matai Jack, telah mengirim pesan kepadanya dalam sebuah gulungan kertas.

"Tidak berguna!".

"Aku harus berhati-hati mulai sekarang".

Kemudian datang ketukan suara pintu dari arah belakangnya.

Bima : "Bos." (sambil menundukkan kepalanya).

"Aku sudah menemukan tempat para pemberontak itu".

Semanta : "Bagus".

"Tunjukan padaku!".

Semanta pun pergi meninggalkan tempat ruangan itu beserta Bima yang mengikutinya.

***

Jack keluar rumah membuka pintu rumahnya sambil membawa segelas teh hangat, dan melihat ke atas langit.

Jack : "Aegrrh, cuacanya buruk sekali".

Kemudian seekor burung merpati datang membawa koran berita, Jack pun mengambil koran itu dan membacanya sambil meminum segelas teh hangatnya dengan duduk santai, lalu ada sebuah halaman berita yang membuatnya tertarik.

"Ujian kesatria akan dibuka lagi?".

"Kenapa?".

"Apa yang dia sedang rencanakan?"

"Apakah ini berhubungan dengan yang di bicarakan Adam waktu itu".

Lalu Jack berpikir sejenak, merasa kebingungan, karena setelah Adam meminta bantuan kepadanya, untuk menemukan gerbang iblis tingkat tinggi, namun Jack tidak menemukannya satu pun.

"Kenapa perasaanku tidak enak".

Tiba-tiba saja Jack mendapat pesan dari alat traker flies nya, melihat bahwa traker flies yang dikirim kepada Hans, sudah tidak berfungsi, atau tidak muncul dalam layar alat traker flies tersebut. Otomatis, Jack pun tidak bisa mendeteksi daya energi Hans lagi. Jantung Jack, seketika berdebar cepat, dengan kaget Jack langsung berdiri.

"Hans?"

"Apa yang terjadi dengannya?" (Dengan muka kawatirnya).

"Jangan-jangan".

"Ah tidak mungkin".

Hana lalu muncul dari arah sampingnya sambil memakan buah apel, melihat ekspresi Ayahnya yang sedang tidak karuan, dan bertanya kepadanya.

Hana : "Ayah ada apa?"

Jack pun menjawabnya degan gelisah.

Jack : "Kurasa terjadi sesuatu pada Hans"

"Ayah tidak bisa merasakan daya energinya lagi"

Setelah mendengar Ayahnya, apel yang dimakannya pun terjatuh ke bawah tanah, Hana pun menjadi panik dengan kekhawatiran yang melandanya.

Hana : "Apa?"

"Jangan bilang Hans sudah mati?"

Jack pun tidak menjawabnya sama sekali.

Hana menarik pakaian Jack berulang kali sambil memohon.

Hana : "Bukankah Ayah harus menolongnya!" (dengan kekawatirannya).

"Kumohon!"

Lalu Jack tanpa berpikir panjang lagi, pergi begitu saja.

Jack : "Hana jaga rumah, jangan ke mana-mana!"

Hana : "Ayah selamatkan dia!!" (berteriak ke arah Jack).

Jack pun hanya tersenyum melihatnya, seolah-olah itu jawaban kepercayaan dirinya membawa Hans dengan selamat.

Jack pergi mengikuti jejak Hans, dengan rekaman traker flies pada terakhir kali, dan Jack pun menggunakan kemampuan matanya agar lebih mudah tergambarkan ke mana Hans melangkah.

"Terbukalah"

Kemudian terlihat jejak Hans melangkah, mata Jack menggambarkan kegiatan Hans sebelumnya. Jack terus mengikuti langkah jejak Hans sebelumnya, dengan kecepatan tinggi.

***

Seseorang bernama Willy berpakaian lusuh, berumur empat puluhan, dengan janggut tebal membawa sebuah gulungan kertas, masuk ke dalam bangunan gedung hancur yang tinggi, kemudian orang itu menembus tembok, tang menghubungkan ke ruangan misterius, yang di lindungi oleh sihir, sehingga orang-orang tidak akan bisa masuk kedalam tempat ruangan itu.

Setelah orang itu masuk, di ruangan itu sudah terlihat banyak orang, sekitar empat belas orangan yang sudah lama menunggunya, duduk di kursi-kursi yang mengelilingi, bersiap untuk rapat. Kemudian seorang remaja berdiri menyambut kedatangan Willy, remaja itu bernama Ramzi, seorang lelaki berumur empat belas tahun, tubuhnya tinggi, rambutnya yang berwarna cokelat berponi dan berpakaian lusuh seperti warga lainnya.

"Ayah kenapa kau sangat lama".

Willy : "Maaf aku terlambat, ada yang harus aku lakukan dulu sebelumnya".

Willy pun menjawabnya sambil menundukan kepalanya kepada orang-orang di sekitanya.

Kemudian seseorang berbicara dari bangku arah jam dua.

"Kapan kita akan bergerak willy?"

Ketika orang itu melontarkan perkataannya, ruangan itu pun menjadi ricuh, orang itu kembali berbicara.

"Kita tidak punya waktu lagi, sebelum mereka menemukan kita!"

Willy adalah seorang ketua pemberontakan yang di tunjuk orang-orang di ruangan itu untuk menuntut keadilan di salah satu desa yang berada di Bandung, termasuk orang yang terkuat di antara mereka semua.

Kemudian Ramzi, yang berdiri di samping Ayahnya, menggebrak meja dengan keras, yang membuat suasana pun menjadi kondusif kembali, kemuidan berbica kepada mereka dengan nada yang tegas.

"Aku percaya ayahku akan menemukan jalan keluar dan strategi agar tidak ada lagi korban berjatuhan"

"Kita tidak boleh gegabah lagi"

"Sudah banyak teman kita di luar sana sudah menjadi korban"

"Maka dari itu kumohon untuk tetap berada di jalur rencana ayahku" sambil menundukan kepalanya).

Ramzi adalah orang yang dipercayai untuk mengatur semua kegiatan yang di rencanakan Ayahnya.

Mereka pun tertegun setelah mendengarkan Ramzi berbicara karena mereka adalah satu-satunya harapan dari keadilan di desa ini.

Pria dari arah jam 2 itu berbicara lagi kepada Willy

"Baiklah, jadi apa rencanamu Wil?" (dengan nada rendah).

Willy : "Kita akan menggulingkan wali kota sialan itu!"

"Kita akan mengumpulkan seluruh bukti dan menyerahkannya kepada Raja".

"Hari kamis, tiga hari yang akan datang, akan ada pencucian gudang".

"Kita akan mencari kejahatan mereka semua disana"

"Tapi kita harus mengambil risiko yang besar"

"Tempat itu di jaga oleh seorang kesatria bernama Semanta, dia tidak mudah untuk dikalahkan!"

"Jadi nyawa adalah taruhannya"

Tiba-tiba seisi ruangan matanya teralihkan oleh kedatangan orang yang sedang membuka pintu, orang-orang seisi ruangan itu pun seketika membisu, terkejut bukan main, mereka melihat Semanta dan Bima serta anak buahnya berjalan di ruangan itu sedang menghampiri mereka semua.

Semanta : "Huft, menarik sekali"

"Apa maksudmu nyawa adalah taruhannya?

Lalu bersiul sambil berjalan ke arah mereka.

Ruangan pun menjadi sebuah ketakutan yang tidak bisa tergambarkan, disana Bima tersenyum dengan jahatnya.

Bima : "Kalian semua adalah mayat yang berjalan". (dengan senyum jahatnya).

Willy : "Bajingan!!"

"Kenapa kalian bisa masuk ke ruangan ini?"

Kemudian Willy pun melihat ke arah orang-orang yang berada di meja dengan wajah ketakutan kecuali satu orang, bernama Andi, dia berumur 34 tahun, tubuhnya yang kurus dan janggutnya yang tebal.

Andi pun berdiri dan berbicara.

"Maafkan aku Willy, aku tidak akan mau hidup sengsara lebih lama lagi"

Willy : "Bangsat kau, Andi!!"

Andi : "Aku tidak mempunyai pilihan lagi, selain itu keluargaku terancam"

Ramzi memperlihatkan ekspresi kemurkaannya, melihat Semanta dengan tatapan tajam.

Semanta yang berdiri bersebrangan dengan Willy dan Ramzi, berbicara kepada mereka.

Semanta : "Apakah kau ketuanya?"

"Siapa namamu tadi? Willy bukan?"

"Dan kau mirip sekali dengannya".

"Apa kau anaknya?"

Mereka berdua pun terdiam hanya bisa menatap dengan kemarahan yang luar biasa

Semanta : "Aku sangat suka dengan tatapanmu nak!"

"Itu membuatku muak"

"Apakah kalian tidak mempunyai tempat duduk lagi?"

Mereka pun membisu, tanpa bersuara, karena ketakutan.

Orang yang duduk dengan ketakutan, berada di sebelah Semanta sedang berdiri, seketika mendapatkan tusukan besar di dadanya, dengan kondisi tubuhnya terbakar. Semanta lalu mengangkat tubuh dengan menyingkirkannya ke bawah lantai.

"Aeegrh menyingkirlah aku ingin duduk"

Orang itu berbicara pelan sambil terbata-bata dengan nyawanya yang sudah berada di ujung tanduk.

"Ba-bajingan kau!"

Semua orang di ruangan itu pun melihatnya dengan ketakutan yang bercampur aduk dengan kemarahan.

Ramzi : "Aku akan membunuhmu!" (dengan kemarahan yang besar).

Ramzi yang tidak bisa lagi menahan emosinya pun bergerak dengan kemarahannya, namun Willy pun menahannya, sambil menatap matanya, yang membuat kondisinya menjadi tenang kembali. Willy pun mencoba berbicara kepada Semanta.

Willy : "Biarkan mereka hidup"

"Biar aku yang akan menanggungnya"

Semanta : "Apa itu sebuah lelucun?"

"Kau ingin menanggungnya?

"Hahaha"

Kemudian Semanta menghampiri Willy dengan memegang bahunya

"Kau harus membayar mahal Willy".

"Kau saja tidak akan cukup"

"Aku lebih senang membiarkanmu hidup dan membunuhnya"

Sambil memegang kepala Ramzi dengan tawanya.

"Itu lebih seru bukan?"

Willy pun terpancing emosinya dengan perkataannya.

Willy : "Memang Bajingan kau!" (dengan amarahnya yang meluap)

Semanta : "Baiklah, aku akan membuatmu 2 pilihan"

"Anakmu atau mereka?"

"Permainan sudah di mulai Willy"

"Kau hanya mempunyai sepuluh detik".

Kemudian Semanta mengeluarkan bunyi dari mulutnya persis seperti detik jam. Kemudian Semanta, memerintahkan Bima dengan pergerakan gestur kepalanya, Bima pun mengerti apa yang dimaksud Semanta.

Bima perlahan mendekati orang yang duduk di dekatnya, kemudian membunuh tanpa rasa belas kasihan, dengan menggorok lehernya dengan pisau.

"Sreeeetz"

Orang yang digoroknya, kini terjatuh ke lantai dengan kesakitan, memegang lehernya untuk menutupi darahnya yang keluar.

Orang-orang di ruangan pun menutup matanya, melihat hal yang mengerikan tersebut, kemuidan Semanta pun mulai menghitung kembali.

Semanta : "Sepuluh detik Wil"

Bunyi detik jam dari mulutnya pun kembali berbunyi.

Willy : "Kumohon jangan lakukan ini kapadaku!"

"Biarkan mereka hidup!" (sambil berlutut dan menangis)

Ramzi : "Ayah jangan terintimidasi olehnya!"

"Sadarkan dirimu"

"Ingat apa yang menjadi mimpi kita!"

Willy pun menangis setelah mendengarnya.

Semanta : "Waktumu habis!"

"Bunuh mereka semua!"

Bima pun berjalan ke sebalah orang selanjutnya, ketika Bima menghampirinya, orang itu mencoba kabur dari situasi itu, Namun Bima menggenggam pakaiannya dari belakang.

"Tidaaaaaak tidaaaaak!!"

Orang itu memohon kepada, Namun Lagi-lagi Bima tanpa rasa kemanusiannya, membunuh orang tersebut dengan kejam.

Mata Willy menjadi merah, kemarahan yang tak tertahankan lagi.

Willy : "Cukup!"

"Hentikan semua ini!!" (dengan kemarahannya, namun nadanya datar).

Semanta : "Apa kau mengatakan sesuatu?"

"Ini yang kau impikan menjadi pahlawan hah?"

"Cepat selamatkan mereka Wiily?"

"Bukankah kau yang bertanggung jawab dengan semua orang di ruangan ini?"

"Ada apa Wiily?"

"Kenapa kau hanya diam"

"Apa kau marah?"

Mukanya menatap dari lebih dekat kepada Willy yang menunduk sedang menggigit bibirnya dengan keras, sampai mengeluarkan darah.

Kemudian Willy pun tersenyum ke arah mukanya

Willy : "Mungkin aku tidak bisa melihatmu mati"

"Namun aku akan menunggumu di kehidupan selanjutnya"

Lalu menguarkan sesuatu di tangannya, Ramzi menyadari apa yang akan di perbuat Ayahnya.

Ramzzi : "Ayah jangan lakukan itu"

"Apa kau sudah kehilangan akal!"

"Sadarkan dirimu Ayah!"

berteriak dengan nada keras kepadanya.

Willy pun tersenyum sambil menatapnya, yang bercampur aduk dengan tangisannya. sambil berkata dengan nada yang rendah.

"Lari Ramzi!!"

"Aku serahkan semuanya kepadamu"

Ramzi, dan orang-orangnya melihat sebuah aura kuning bulat di sekeliling areanya, yang melindungi dirinya dari reruntuhan bangunan.

Tiba-tiba gempa terasa di ruangan itu, situasi pun berubah menjadi ricuh, tidak terkendali.

Semanta : "Apa yang kau lakukan?"

Bajingan!" (sambil memegang kerah Willy yang berada di sampingnya)

Willy pun melemparkan bom asap, sehingga pengelihatan Semanta pun terganggu.

Semanta : "Bunuh mereka, jangan ada satu orang pun yang selamat!"

Karena asap yang menutupi ruangan itu, pandangan Bima dan anak buahnya pun terganggu, sampai-sampai Bima menangkap anak buahnya sendiri.

Aura kuning itu mebawa mereka keluar ruangan tersebut.

Ramzi : "Ayaaaah"

"Tidak, tidaaaaaak"

menagis histeris, sambil memanggilnya berkali-kali.

Andi : "Ramzi kita harus selamat, Ayahmu telah berkorban untuk kita"

Semanta : "Aeegrrh tidak berguna"

Semanta merubah tangannya menjadi pedang api untuk menusuk tepat di dada Willy

Willy : "Aku akan membawamu bersamaku"

Kemudian Semanta yang kesal pun menusuknya lagi, sampai berkali-kali.

Semanta : "Mati, mati, mati sana!"

Mulutnya mengeluarkan darah setiap kali Semanta menancapkan pedang apinya.

Ruangan itu pun hancur perlahan, atap pun mulai berhamburan ke bawah tanah.

Bima : "Bos kita harus pergi"

Semanta : "Baiklah"

***

Setelah Jack mengikuti jejak langkah Hans cukup jauh, Jack tiba di sebuah desa yang sepi, tidak ada satu orang pun disana, kemudian Jack melihat langkah Hans terlihat sedang memakan jamur-jamur hitam.

"Ah yang benar saja!"

"Apakah dia memakan semua jamur beracun itu?"

Melanjutkan mengikuti langkahnya, Jack melihat Hans bertarung dengan para serigala-serigala di desa itu, lalu Jack menyadari ada yang mengawasinya dari kejauhan, namun Jack hanya melihat mata-mata merah yang bersinar sedang bersembunyi di balik kegelapan, Jack menyadari mereka adalah para serigala-serigala yang menyerang Hans.

Ketika Jack sibuk melihat pertarungan Hans dengan para serigala, Jack sadar serigala-serigala itu mulai mendekatinya sambil mengaung.

Suasana pun berubah, angin-angin di sekitarnya menjadi ricuh tak beraturan, di tubuh Jack muncul aura besar berwarna biru.

Ketika Jack menengok ke arah serigala-serigala itu, mereka sangat ketakutan dan melarikan diri ketika melihatnya.

"Aku akan membunuh mereka semua!"

Jack kemudian mengambil senjata dari dimensi yang dibuatnya, bergerak dengan cepat membantai para serigala itu tanpa tersisa satu pun.

"Sring sing sing."

Serigala-serigala berjatuhan menjadi mayat di tanah dengan mengeluarkan darah di sekujur tubuhnya seperti sungai, kemudian Jack melanjutkan mengikuti jejak langkah Hans melangkah.

"Jangan-jangan"

Pertarungan itu membawanya ke tempat pantai yang tidak asing lagi bagi Jack, setelah melihat jejak langkah Hans, Jack pun terkejut melihat langkah Hans yang melarikan diri ke laut itu.

Jack terlemas, duduk setengah badan, bulu-bulunya naik ketika melihatnya, ketika di terjang ombak yang sangat besar.

"Tidak, tidak, ini tidak mungkin, kenapa dia harus pergi ke laut itu!"

Jack yang merasakan energi yang luar biasa dari pantai itu, tersujud Kepalanya yang menyentuh pasir, sampai meneteskan air matanya.