Ketika Pom membukakan pintu, terlihat sebuah ruangan kosong, hanya ada sebuah kain hitam yang terpampang.
"Ruangan apaan ini?"
"Aku merasakan tekanan sihir yang sangat kuat!"
Celengak celinguk melihat kiri kanan.
Kadita : "Aku baru menunjukkan ruangan ini baru hanya kepadamu saja!"
"Karena ruangan ini begitu sakral bagiku"
"Terutama benda di balik kain hitam di sana adalah benda yang tidak boleh dimiliki oleh orang-orang yang berbahaya"
"Maka dari itu, aku sangat berhati-hati memperlihatkan benda ini kepada seseorang"
Kemudian Kadita membuka kain hitam yang membungkus sesuatu di baliknya.
Ketika kain hitam terlepas, dan Hans kini melihat sebuah kaca yang panjang, dengan posisi potret dengan ukiran ornamen-ornamen yang menghiasi kacanya yang menjadi terlihat begitu mewah, namun terlihat seperti barang antik.
Hans : "Kaca?"
Lalu mendekat, Melihat dan menelik kaca itu.
Kadita : "Kaca ini bisa memprediksi suatu kejadian di masa depan, atau sering disebut juga meramal, kaca ini bernama kaca scrying"
"Apakah kau tidak merasakan sebuah tekanan sihir yang besar mengalir dalam kaca ini?"
Hans : "Ya, aku merasakannya!"
"Kupikir kau tidak membual"
"Terus apa maksudmu, kau membawaku ke tempat kaca ini?"
Kadita : "Kaca ini meramalkan bahwa suatu hari akan datang seorang lelaki yang akan menjadi raja dari segala lautan"
Hans : "Turus bagaimana?"
"Apakah kaca ini telah membuktikan kebenarannya?"
Kadita yang tidak menjawabnya, memilih untuk menatap Hans dengan tatapan yang seolah-olah kaca itu telah membuktikan kebenaran.
Hans : "Kenapa kau melihatku seperti itu?"
"Eiih, mana mungkin!"
Kadita : "Serius, mangkannya aku mengujimu juga".
Hans : "APA?!"
Hans yang terlihat syok terduduk, dengan pandangan melongo.
"Apa kau bercanda?"
"Kenapa harus aku?"
Hans masih tidak percaya dengan keadaan ini.
Kadita : "Hans, kau tidak apa-apa?"
Hans : "Ya, aku benar-benar masih tidak menduganya"
"Namun sepertinya ini hal yang keren bukan?"
"Raja dari segala penjuru lautan?"
"Huahahaha"
"Ini benar-benar membuatku gila"
***
Ketika Hana tersadar, membuka matanya perlahan dan melihat dengan samar-samar, Hana sangat terkejut ketika mengingat kembali terakhir kali kejadian bersama Semanta.
Hana pun ketika tersadar sudah berada di sebuah ruangan gelap, kotor, layaknya ruangan gudang yang tidak terurus, dengan sebuah rantai yang mengingat di kedua tangan dan kakinya.
Hana yang meronta-ronta berusaha melepaskan diri dari rantai yang mengikatnya oleh sebuah gembok yang di kunci.
"Sialan, di mana aku?"
"Awrrgh"
Hana merasakan kesakitan, akibat luka yang di terima saat pertarungan melawan Semanta.
Kemudian Hana berteriak keras.
"WOOOOOI LEPASKAN AKU!!"
"SESEORANG, TOLONG AKU!!"
Hana berulang kali berteriak, namun semua itu percuma tidak ada yang mendengarnya sama sekali.
Hana pun terdiam lesu meratapi nasibnya.
"Huft..."
Srrkkkk...
Terdengar suara pintu baja yang terbuka, Hana pun langsung melihat seseorang yang datang.
"Kau sudah sadar?"
Terlihat sosok yang di Hana yang datang menghampirinya, semakin jelas sosok yang menghampirinya, seorang itu ternyata adalah Semanta.
Hana hanya melihat Semanta dengan tatapan tajamnya, kemudian Semanta mendekatkan diri lebih dekat.
Tangannya menyentuh wajah Hana, mengusapnya dengan halus, lalu Hana berusaha menyingkirkan tangannya dengan memberontak dan kembli menatapnya dengan tajam.
Semanta dengan kasar menggunakan tangannya untuk membuat Hana tidak bisa bergerak lagi.
Semanta : "Kau tidak takut?"
"Cuiiihh.."
Hana meludahkan tepat ke wajahnya dengan tatapan dingin.
Semanta mengeluarkan sebuah sapu tangan di sakunya dan mengusap ludah di wajahnya.
"Hufft... (berdesah)
PLAAAK..
Tamparan keras pun di luncurkan Semanata.
Kemudian Semanta tersenyum dengan ekspresinya yang menyeringai.
"Aku akan membuatmu ketakutan, sampai kau memohon ampun"
"Cepat tatap aku seperti tadi.. HAH"
Hana yang tertunduk mengeluarkan darah dari mulutnya, kembali menatap Semnata dengan tatapan dinginnya.
PLAAAAK..
Tamparan keras kembali di layangkan Semanta.
Kemudian Semanta menjenggut rambutnya, untuk memalingkan wajahnya kepadanya, di sana terlihat wajah Hana yang lembab akibat tamparan kerasnya.
Namun Semanta tak berhenti sampai di situ, sekali lagi Semanta menamparnya sampai badannya terjungkir ke tanah.
"Ada apa?"
"Mana tatapan dinginmu tadi hah?"
Dengan kakinya Semanta menginjak wajah Hana yang sedang terbaring.
"Kau sangat beruntung hari ini, ketika aku sudah membunuh ayahmu, kau akan kujadikan budakku dan menjualmu kepada keparat bangsawan itu"
Mengatakan dengan senyuman yang menyeringai.
Kemudian Semanta mendekatkan wajahnya ke wajah Hana yang sedang terbaring, sambil berkata.
"Sudah untuk hari ini"
"Aku akan kembali lagi nanti"
Lalu Semanta berjalan meninggalkan ruangan itu.
Setelah Semanta keluar, suara tangisan dari Hana pun terdengar di ruangan itu yang sedang meratapi nasibnya.
***
Kadita : "Bisakah kau menunjukkan kekuatanmu"
Hans : "Kenapa aku harus menunjukkannya kepadamu?"
Kadita : "Aku akan mengukur kekuatanmu"
Kemudian Kadita berbicara lewat alat komunikasi.
"Bawa alat pengukur kekuatan ke ruanganku"
Kadita lalu berbicara lagi kepada Hans.
"Hans cepat!"
"Biar aku lihat kemampuanmu"
Hans yang sepenuhnya tidak mempercayai ramalan tersebut, akhirnya memilih mencobanya dan menuruti perkataan Kadita.
Hans : "Baiklah"
Kemudian Hans berjalan mengambil gelas yang telah di si air dari meja yang berada di ruangan itu, lalu menumpahkan air dalam gelas itu ke lantai.
"Ruanglah.."
Aura bulat yang muncul dari tubuh Hans hingga meluas ke seluruh tempat di ruangan, tidak, itu mungkin meluas sampai luar dari ruangan ini.
Kadita yang berada di dalam jangkauan kemampuan Hans, langsung mengerti dengan kekuatannya, dan merasakan lantai ruangannya yang menjadi lautan, walaupun visualnya tetap lantai yang sama.
Namun anak buah Kadita yang menjaga di luar ruangan itu, juga terkena jangkauan kemampuan Hans, yang membuat beberapa anak buahnya tenggelam tanpa sadar ke dalam lautan kemampuan Hans yang di buatnya.
"Apa-apaan ini!"
Orang-orang itu bisa melihat Hans dan Ratunya yang sedang berdiri di ruangan dari bawah, dan kebalikannya Hans juga bisa merasakan jika ada orang yang terkena kemampuannya.
Lalu Hans mengontrol air yang di dalam, untuk mengangkat anak buahnya ke atas ruangan tersebut.
Kadita pun bisa melihatnya, karena Kadita yang berada dalam jangkauannya.
Kadita : "Jadi kau bisa membuat ruang laut?"
"Dan juga dapat mengontrolnya?"
Hans : "Ya begitulah kira-kira"
Kadita yang penasaran bagaimana Hans bisa lolos keluar dari ilusi ruang air yang membuat Hans mati berulang kali, kini mengerti walaupun sudah menyadari dari tebakannya.
Kadita pun tersenyum...
"Apakah kau bisa tahu jangkauan kemampuanmu sampai mana?"
Lalu Hans pun bertanya kepada Kadita.
Hans : "Apakah kau yang menciptakan ruang air itu?"
Kadita : "Ya"
Hans : "Apakah ruang itu sama seperti kemampuanku?"
Kadita : "Ruangan air yang dibuatku adalah sebuah perangkap, yang di rancang olehku"
"Namun hal itu berbeda dengan kemampuanmu"
"Kau bisa sesuka hati mengontrolnya"
Hans yang mendengarnya pun masih belum mengerti, Kadita yang melihatnya kebingungan pun tertawa.
"Nanti juga kau akan mengeti ketika kau sudah berkembang"
Lalu Kadita bertanya lagi.
Kadita : "Apakah cuma segini?"
Hans : "Ya kukira"
Kadita : "Eiihh..masa sih"
"Aku melihatnya saat kau melawan Tony kemampuan lainmu"
Hans : "Oh itu.. aku belum sepenuhnya mengembangkannya"
Coba biarkan aku meliahatnya"
"Baiklah"
Kemudian tempat itu bergelombang seperti menjadi laut yang riuh, dari dasar lantai itu keluar beberapa air berbentuk lonjong yang panjang, seperti tornado mengelilingi ruangan itu seperti air mancur.
Kadita : "Coba serang aku menggunakan teknik itu"
Hans : "Heh?"
"Apa kau yakin?"
Kadita : "Cepat!.. kau kira aku akan terluka hanya dengan kekuatan itu"
Setelah Kadita memanas-manasi Hans, akhirnya Hans yang kesal menyerangnnya tanpa ragu. Semua tornado air kecil yang mengelilingi tempat itu seperti air mancur serentak menyerang Kadita, sampai membawanya ke bawah lautan yang di buat Hans.
Suasana pun sedikit tenang, lalu Hans yang kawatir tentang Kadita yang di serangnya masih berada di bawah lautnya.
Hans : "Tante!!.. apa kau baik-baik saja?"
BUAAAR..
"Sialan.. sudah kubilang jangan panggil aku Tante"
"Panggil aku Ratu!!"
Kadita yang muncul dari bawah laut yang di buat Hans, dengan perasaannya yang kesal berubah menjadi sosok yang sangat menyeramkan dengan kemunculannya yang tiba-tiba membuat ruangan itu penuh dengan aura kekuatan yang dasyat.
Hans yang merasakan kekuatannya, menuruti perkataan Kadita tanpa sadar dengan rasa takutnya.
Hans : "Baiklah Ratu!"
Kadita : "Aeerrrgh" (mendesah).
Hans : "Apakah kau tadi sengaja menerima seranganku?"
Kadita : "Tentu saja"
Dalam hati Hans berkata.
"Sialan tante ini kekuatannya sangat kuat, bahkan lebih menyeramkan dibandingkan dengan Paman Jack ketika sedang marah"
Tok tok...
Suara ketukan pintu terdengar.
"Ratu ini alat pengukurnya".
"Tolong bawa masuk ke ruanganku!!"
Lalu terlihat dua anak buahnya membawa sebuah benda yang alas oleh meja yang bisa di dorong.
Hans yang melihatnya pun bertanya kepada Kadita.
Hans : "Benda apa ini?"
Terlihat benda bulat berbentuk bola, namun terlihat bening berkilau.
Kadita : "Benda ini adalah bola kristal yang dapat mengukur kekuatan seseorang"
Lalu setelah kedua anak buahnya mengantarkan benda tersebut, mereka berdua kembali meninggalkan ruangan tanpa di perintah Kadita.
Hans : "Bagaimana cara bekerja alat ini?"
Kadita : "Taruh kedua tanganmu di atas bola kristal ini, maka bola ini akan mendeteksi kekuatan di dalam dirimu".
"Tapi sebelum itu aku akan menjelaskan tipe-tipe kekuatan yang ada pada diri di setiap manusia"
"Kau tahu kan daya terbagi menjadi 2 bagian?"
Hans : "Ya aku tahu, Paman Jack sudah menjelaskan kepadaku"
Kadita : Nah, itulah yang akan di deteksi oleh benda ini"
"Ada 6 dasar tipe kekuatan"
"Yang pertama adalah tipe kekuatan tank, tipe ini adalah tipe yang kebanyakan berkembang di daya fisik, dengan pertahanannya yang kuat namun skill kemampuannya yang lemah untuk menyerang"
"Kemudian tipe kekuatan Pendukung adalah tipe yang mampu membantu orang-orang yang ada di sekelilingnya, kebanyakan orang tipe pendukung ini tidak mampu menyerang sendirian, atau membutuhkan orang lain saat menyerang"
"Tipe kekuatan pembunuh adalah kekuatan yang berkembang di daya fisik maupun mental, keduanya bisa di asah, dalam penyerangan dan kelincahan tiepe kekuatan ini tidak di ragukan lagi, jika kamu bertemu orang dengan tipe kekuatan ini, sebaiknya kau harus berhati-hati"
"Tipe kekuatan petarung adalah tipe yang mengandalkan daya fisik dan daya mental, tipe ini biasanya pertahanannya kuat dan kemampuan dalam menyerang juga sangat kuat namun biasanya orang-orang tipe petarung ini kurang dalam strategy, mungkin sangat bodoh, mereka hanya menyukai pertempuran tanpa menggunakan otaknya, tapi yang berbahayanya kekuatan ini bisa mengerikan di tangan yang benar"
"Yang kelima adalah tipe kekuatan penyihir, kekuatan ini biasnya lebih besar daya mentalnya, tipe penyihir kebanyakan mengandalkan kemampuannya di banding kekuatan fisiknya".
"Kurasa itu saja"
Sambil memikirkan apakah masih ada lagi selain yang di jelaskannya.
Hans : "Ratu bukankah kau menyebutkan ada 6 tipe!"
Kadita : "Oh iya?.. masa sih"
"Salah dengar kali"
Hans : "Aeegh (mendesah)..
"Aku mendengarnya dengan sangat jelas!"
Kadita : "Baiklah ayo kita coba Hans"
"Letakkan kedua tanganmu di atas bola kristal ini"
Kemudian Hans menuruti perkataan Kadita secara sadar.
Setelah Hans meletakan tangannya, Hans pun terkejut ketika bola kristal itu bereaksi. Bola kristal bening itu bersinar dan berputar- putar secara acak dengan kecepatan.
Belum sampai situ, di dalam bola kristal itu menjadi berwarna biru seperti aliran listrik yang menyinari sekitarnya, dan yang membuat terkejut lagi bagi Kadita adalah saat aliran di bola kristal itu berubah warna menjadi warna hitam
"Apa yang terjadi?"
Kadita yang terkejut pun enggan menjawabnya.
Lalu Kadita mengambil alat komunikasinya.
"Bagaimana datanya?"
Di ruangan lain tempat di mana deteksi kekuatan dari bola kristal itu terhubung. Disana terlihat beberapa orang-orang yang bersiap mendata kekuatan Hans dan sebuah aliran hitam di tempat segi empat di mana sebuah aliran tersebut adalah kekuatan Hans yang terhubung dari bola kristal.
"Ra-ratu saya belum pernah melihat aliran seperti ini!"
Setelah statistik menunjukkan di sebuah layar, orang-orang di sana pun mulai mencatat.
"Sebutkan angkanya"
"Baiklah Ratu"
Kemudian orang itu menyebutkan satu per satu data angkanya.
Tipe : -
Daya lif : 200
Daya Pow : 139
Daya Int : 157
Daya Spd : 220
Daya Def : 80
Kelas Kemampuan : E
Kadita berpikir sejenak karena bingung.
Kadita : "Hmmm"
Hans : "Apa seburuk itu tante?
Kadita : "SUDAH KU BILANG PANGGIL AKU RATU!"
Hans : "Baiklah"
Dengan tertunduk takut.
Kadita : "Hans kekuatanmu sepertinya sama seperti manusia biasa pada umumnya"
"Dan kekuatannya masih level E"
Kemudian dalam hati Kadita bertanya.
"Apakah bola kristal ini rusak?"
"Tidak mungkin sih, dengan kekuatan itu dia mendapatkan hasil yang biasa-biasa"
Kadita teringat kembali sewaktu Hans menyerangnya.
Saat Kadita menahan serangannya Kadita hanya menggunakan kedua tangannya untuk menahan serangan, sampai dia terbawa ke bawah laut yang di manipulasi Hans.
Kadita terus terbawa sambil menahan serangannya, namun itu sia-sia ketika di bawah sana air itu semakin besar kekuatanya berkumpul menjadi satu menyerangnnya sampai kadita mendapat luka di bagian dadanya.
Kadita pun terpaksa memakai dayanya untuk menghentikan serangan air tornado yang Hans luncurkan.
"Ini di luar perkiraanku"
Saat Kadita melamun memikirkan kekuatannya, Hans pun berusaha menyadarkan Kadita.
Hans : "Haloo"
"Ratu... Ratu.... apa kau memikirkan sesuatu?"
Kadita : "Tidak, tidak, bukan masalah"
Hans : "Syukurlah"
Kadita : "Ayo kita keluar"
Hans : "Sudah selesai?
Kadita : "Ya, apakah ada yang ingin kau tanyakan lagi?"
Hans : "Tidak ada Ratu"
Kemudian mereka berdua meninggalkan ruangan tersebut.
***
Di ruangan di mana Jack berada, tiba-tiba saja mendapat sebuah tanda dari tricker fliesnya yang di tempel kepada Hana.
Ketika Jack melihat tricker flies yang menempel pada Hana hilang, Jack sontak langsung berdiri terkejut bukan main lagi.
"APA?!"
"Apa yang terjadi?"
Badar yang melihat ekspresinya pun bertanya kepadanya.
"Oi Jack, kenapa wajahmu begitu?"
"Aku harus pergi dari sini Badar!!"
Lalu Kadita dan Hans pun muncul dari arah pintu yang baru saja masuk.
"Hans!!"
"Hana menghilang!!"
Hans yang baru saja tiba pun tidak mengerti apa yang dikatakannya
Hans : "Apa maksud Paman, Hana menghilang?"
Jack : "Dasar bodoh!!"
"Kau tahu kenapa aku mencarimu ketika kau hilang?"
"Aku menggunakan alat sihir ini dan mendeteksi ketika kau sedang dalam bahaya"
Hans : "Jadi maksudmu, Hana keadaan dalam bahaya Paman?"
Jack : "Kurasa begitu"
"Aissssh anak itu!"
Hans : "Baiklah Paman, ayo kita bergegas pergi"
Lalu Jack menoleh ke arah Kadita dengan wajah yang ragu untuk memperbolehkannya pergi begitu saja. Lalu Kadita bertanya kepadanya.
Kadita : "Siapa Hana?"
Jack : "Anakku!!.. ini bisa membuatku gila"
"Biarkan aku pergi, dan Hans tetap berada di sini untuk pelatihan sesuai perjanjian kita"
Hans : "Apa? Kenapa aku harus berada di sini"
"Aku akan ikut denganmu Paman!"
Kadita : "Kau tahu kan Hans betapa pentingnya dirimu"
Hans : "Ramalan itu belum tentu aku kan?"
Jack : "Kadita tidak ada waktu untuk berdebat, anakku sedang dalam masalah"
Kadita : "Aisssh.. baiklah sebagai gantinya Badar akan ikut dengan kalian ke sana"
"Badar kau bersedia kan?"
Badar : "Baiklah Ratu"
"Suatu kehormatan untukku"
Kadita : "Baiklah kupercayakan padamu"
Jack : "Ayo kita pergi Hans"
Hans dan Jack pun tanpa berpamitan pergi begitu saja meninggalkan ruangan.
"Oi.. tunggu aku!!"
Badar pun menyusul mereka berdua.
Ketika mereka sudah pergi meninggalkan ruangan, lalu Kadita duduk di tempat duduknya yang di khususkan, kemudian Dinda bertanya kepadanya.
Dinda : "Ratu bagaimana hasil test nya?"
Semua orang menunggu jawaban dengan ekspresi penuh penasaran seolah-olah mereka haus akan ketidak sabaran.
"Hasilnya Kelas E"
Kadita pun menjawanya dengan nada datarnya sambil menggaruk kepalanya.