Chereads / Legendary the Devil Knight (Indonesia) / Chapter 18 - Chapter 18 - Tolong aku!!

Chapter 18 - Chapter 18 - Tolong aku!!

Jack yang terkejut, ketika melihat Hans sudah berada di depannya.

Jack : "Hanss?"

"Bagaimana kau bisa sampai kesini?"

Hans yagn tidak menjawab pertanyaanya, malah lebih tertarik kepada situasi yang sangat absurd ini, juga Hans yang terkejut, melihat Jack.

Hans : "Paman sendiri kenapa ada di sini?"

Jack : "Tentu saja, untuk menjemputmu bodoh!"

Lalu Hans melihat sekelilingnya, mereka sedang memandang dengan tatapan aneh kepadanya.

Hans : "Siapa mereka Paman?"

Jack : "Mereka adalah orang-orang dari kerajaan sini"

Hans : "Aku tidak mengerti lagi"

"Bisakah kau menjelaskannya padaku Paman!"

Lalu Kadita dari belakang datang menghampiri Hans, dengan memegang pundaknya.

Hans yang terkejut, setelah apa yang terjadi menimpanya, kewaspadaannya juga meningkat, dengan refleksnya dia menodongkan belati ke arah Kadita.

Kadita : "Tenang Hans, aku tidak akan menyakitimu!"

Kadita pun dengan tenang segera menenangkan Hans

Badar yang melihat Hans menodongkan belati ke arah Kaditu pun tidak terima

Badar : "Kurang ajar!"

"Sebaiknya kau bersikap sopan bocah!"

Jack : "Aeergh sebaiknya kau diam saja!!"

"Kau sama sekali tidak membantu"

Jack : "Woi Hans tenang dulu!!"

Hans pun kemudian tertegun mendengar perkataan Jack.

Hans : "Baiklah Paman"

"Sebaiknya Paman menjelaskan kepadaku, apa yang terjadi!"

Setelah melihat Hans sudah tenang, Kadita pun berbicara kepadanya.

Kadita : "Bisakah aku berbicara denganmu"

Jack : "Dia bisa menjelaskan apa yang terjadi Hans!"

Kadita : "Ikutlah denganku".

"Aku akan menjelaskannya"

Lalu Badar memotongnya

"Ratu, bagaimana dengan ujian terakhirnya?"

"Diam kau Badar!!"

Setelah badar mendengar perkataan dari Ratunya perasaannya menjadi tak menentu, seperti ada awan mendung di atas kepalannya.

Lalu Kadita pergi menuntun Hans ke ruangannya, Badar yang loyal, dengan refleks mengikutinya.

Kadita : "Aiiishh.. aku akan berbicaranya dengannya sendirian!"

"Jangan bergerak sedikit pun"

"Awasi dia Dinda!"

Dinda : "Baiklah Ratu!"

Dinda lalu berdiri di hadapan Badar dengan menyilangkan tangannya.

***

Di halaman luar rumah, Hana yang sedang berdiri melihat langit, dengan perasaan cemas dan kekawatirannya yang sangat dalam.

Hana : "Bagaimana kabar mereka?"

"Aku harap mereka tidak kenapa-napa"

Ekspresinya berubah kesal seketika.

"Duh, kenapa sih mereka ingin menjadi ksatria segala"

"Apa kerennya coba!"

"Aegrrh, aku sangat kelaparan!"

"Aku akan Mencari makanan"

Hana pun pergi mengambil mantelnya ke dalam rumah.

Ketika Hana sudah mendapatkan mantelnya dan keluar membuka pintu, dengan ekspresi terkejutnya ia melihat beberapa orang sudah berdiri di hadapan rumahnya.

"Sialan!"

Ketika Hana hendak menutup pintu rumahnya, seseorang telah bersiap untuk menahan pintu tersebut menggunakan kaki.

Orang-orang tersebut tidak asing bagi Hana, karena beberapa orang yang pernah di lihatnya ketika mereka menghajar Hans di hutan sampai pingsan.

Orang-orang itu adalah Bima beserta anak buahnya, dan juga Semanta yang berdiri memimpin mereka menggunakan seragam kesatrianya.

Setelah melihat Semanta, namun itu justru membuat Hana merasa cemas.

Bima : "Uh lihat siapa wanita yang tinggal sendiri di tengah hutan belantara"

Hana pun berjalan mundur perlahan dengan perasaan takutnya.

Hana : "Mau apa sebenarnya kalian ini?"

"Jika kalian mencari apa kalian cari, itu percuma"

Bima : "Apa kau tahu apa yang kita cari bocah?"

Hana : "Hans?"

Bima : "Wahaha.. kenapa aku harus mencari bocah sialan itu!"

Lalu Semanta berbicara dari belakang.

Semanta : "Apakah kau tahu Jack sedang pergi kemana?"

Hana : "Kenapa kau mencari Ayahku?"

Bima yang menjawab pertanyaan Hana dengan tengilnya

"Itu bukan urusanmu"

"Aku akan segera memberi pelajaran pada ayahmu"

Semanta dengan muka gelapnya memerintahkan anak buahnya.

"Bawa anak itu"

"Dan cari barang apapun yang berguna, lalu bakar rumahnya sampai habis!"

Semua menuruti perkataan Semanta, sedangkan Hana langsung mengeluarkan pedangnya.

Bima : "Kuharap kau jangan melawan"

Mereka malah maju perlahan menghampiri Hana dengan ekspresi menyeramkan.

"Menyebarlah.."

Pedangnya pun perlahan berubuh menjadi mawar-mawar putih yang bertebaran.

"Kalian tetap di situ kalau tidak..."

Ketika Hana belum mengucapkan seluruh kata-katanya, Bima sudah memotong perkataannya dengan kasar.

Bima : "Kalau tidak apa?.. HAH?"

Mereka tanpa memperdulikan apapun, tetap maju ke arah Hana.

BOOM...

Dinding rumah pun hancur akibat serangan Hana kepada mereka sampai-sampai mereka bertebangan di udara kecuali Bima dengan daya kontrolnya yang melindunginya.

"Bocah kurang ajar!!"

Bima memusatkan kekuatannya meninju ke tanah membuat getaran besar yang menyebabkan area sekitar pun hancur.

DUUUAR...

Hana dengan kemampuannya mampu melindungi dirinya dari kehancuran tersebut, sambil meloncati reruntuhan rumah dan berlandas di tempat yang aman.

Ketika Hana baru saja menepi, tiba-tiba Bima melesat dengan cepat dengan aura yang menyelimutinya.

Hana yang terkejut pun, tidak bisa apa-apa lagi, sudah terlambat untuk melakukan defence, kini Hana hanya menggunakan kedua tangannya yang di balut daya kontrol untuk menahan serangan yang Bima lancarkan.

DUUUAGGH..

Hana terpental sangat jauh saat menerima serangan dari Bima, sampai-sampai menghancurkan beberapa pohon yang tertabrak.

Hana : "Aiiish.."

Mendapat luka ringan, membuat Hana mengeluarkan darah dari mulutnya.

Belum sempat berdiri, Bima langsung menghampiri Hana lagi dengan kecepatannya.

Namun kali ini Hana sudah bersiap, sambil berdiri Hana menyerang menggunakan mawarnya kepada Bima yang sedang berlari ke arahnya.

Mawar-mawar menyerang Bima secara bergantian, namun Bima menangkis semua serangannya sambil tertawa sinting

"Wahaha.."

Semakin mendekat ke arah Hana, bersiap dengan tinju besinya Bima meloncat ke arah Hana sambil berteriak keras.

"YAAAAA.."

Hana segera menghindar dari tempatnya dan menggunakan kemampuan mawarnya untuk menahan pergerakan Bima.

BOOM..

Mawar yang di gunakan untuk bertahan pun hancur menyebar berantakan.

Hana terus menggunakan mawarnya untuk memperlambat Bima datang ke arahnya, sedangkan Bima terus menghancurkan mawar-mawar yang datang kepadanya.

"Cuma segitu saja kemampuanmu?"

Hana : "Hehe Paman kau membuatku kesal"

Bima : "AYO TUNJUKAN KEPADAKU!!!"

Hana : "Baiklah"

Hana pun memegang pedangnya dengan kedua tangannya.

"Rintihan rose arvensis"

Kemudian area sekitar pun berhembus angin yang sangat besar, serta mawar-mawar yang menari mengikuti irama ke atas udara.

Hana segera mengarahkan gagang pedangnya ke arah Bima, seolah-olah mawar-mawarnya mendapat perintah, dan serentak mawar-mawarnya menyerang Bima.

Bima yang melihat serangan dari Hana langsung meninju tanah, sampai bergetar di areanya.

"Ayo datanglah"

Bima tidak takut, malah mengadu kekuatan dengan serangan mawar-mawarnya sambil berteriak keras.

Namun serangan yang dilancarkan Hana tidak ada habisnya setelah hancur berhamburan mawar-mawar itu kembali menyatu dan bergerak lagi menyerang Bima.

Sedikit demi sedikit mawar-mawar itu berhasil menyakiti tubuh Bima goresan demi goresan.

Hana : "Hehe bagaimana Paman?"

"Kau menyerah?"

Sekujur tubuh Bima sedikit demi sedikit mengeluarkan darah, sampai sesekali Bima terduduk dengan sabetan mawar yang menyerang di bagian kakinya.

"Kau tidak akan bisa menyentuhku lagi"

Bima : "Kurang ajar!!"

"Dasar wanita jalang, awas saja!!"

Hana : "Kekuatan pertahananmu sangat kuat, kemampuan armor yang sangat bagus"

"Namun percuma saja mawar-mawarku akan menghancurkan semua pertahanan apapun seperti pisau tajam yang menggores kulitmu semakin dalam"

Kini situasinya mawar-mawar itu mengelilingi Bima yang terus bergantian menyerang Bima.

"Aku akan menyudahinya Paman, sampai jumpa lagi"

"Dan ini untuk temanku Hans!"

Bima : "Sialaaaaan!!"

Dengan tenang Hana dengan pedangnya, menunjuk ke arah Bima yang menjadi sasaran targetnya.

Kemudian mawar-mawar pun berbarengan menyatu menyerang Bima secara bersamaan, sehingga tak ada lagi celah untuk lolos dari mawar-mawarnya.

Sedangkan detik-detik terakhir, Bima hanya berdiri kesal memandang Hana dengan mata tajamnya.

BUUUUSSSSSSHH...

"Sudah cukup!"

Sabetan api besar memurnikan serangan mawar yang Hana gunakan untuk menyerang Bima.

Semanta : "Kemampuan yang menarik"

Bima : "Bos?"

Bima yang merasa lega melihat Semanta berdiri di hadapannya, sedang menggunakan kemampuan pedang apinya yang melindunginya dari serangan mawar-mawar Hana barusan.

"Dasar tidak berguna!!"

Tanpa menengok le belakang Semanta berbicara kepada Bima.

Hana : "Siapa kau?"

"Apa tujuan kau mencari Ayahku?"

Semanta : "Kau tak perlu tahu, dan aku adalah orang yang telah di bayar untuk membunuh Ayahmu"

Lalu dari arah belakang Bima berteriak dengan keras.

Bima : "Wahaha kamu akan mati wanita jalang beserta Ayahmu itu!!"

Hana : "Kelihatannya dia orang kuat"

"Aku bisa merasakan kekuatannya dari auranya"

"Bagaimana ini?!!!"

Hana yang terlihat cemas, berkata dalam hatinya.

Kemudian Semanta pun berjalan ke arahnya dengan aura yang menyelimuti di bagian permukaan luar tubuhnya.

Tidak hanya itu, Semanta menancapkan pedang apinya ke tanah sambil berjalan, yang membuat tanah itu terseret dan terbakar mengeluarkan api.

Hana : "Sebaiknya aku pergi dari sini!"

"Mana dayaku sudah hampir habis lagi"

Semanta : "Kenapa kau memasang tampang seperti itu?"

"Sepertinya kau sangat ketakutan"

Semanta yang membaca pikiran dari instingnya.

"Menyebarlah"

Mawar-mawar pun kembali di panggil Hana, bergerak, menyebar secara acak di daerah bagian Hana berdiri.

Semanta : "Pergerakan itu akan sia-sia"

Kemudian Hana mengarahkan gagang pedangnya ke arah Semanta, yang membuat mawar-mawarnya membentuk tornado panjang dalam beberapa grup, bergerak menyerang Semanta secara bergiliran.

Semanta dengan tenangnya sambil berjalan, menyerang balik.

"Kemarahan api suci..."

Semanta hanya menebas dengan tangan pedang apinya dari tanah yang di tancapkannya, membuat efek api melesat jauh membersihkan mawar-mawar yang baru saja menyerangnya sampai tebasan itu memotong dan membakar pohon-pohon yang berada jauh di belakang Hana.

Sedangkan Hana hanya bengong, sampai ia tidak merasakan pipinya tergores meneteskan darah dari serangan barusan yang di lancarkan Semanta kepadanya.

Hana : "Aiiish"

Kemudian Hana mengacungkan gagang pedangnya ke atas, lalu mawar-mawarnya berputar dengan cepat sehingga mawar-mawar itu membuat debu-debu beterbangan yang membuat pandangan Semanta tak bisa melihatnya dengan jelas.

Tanpa menyia-nyiakannya, Hana langsung berlari kabur dari Semanta.

"ini saatnya!!"

"Aku harus kabur.."

"Dia bukan tandinganku.."

Setelah Semanta menyadari kebul debu yang di buatnya itu, tidak di buat untuk menyerangnya, melainkan untuk kabur darinya.

Semanta hanya tersenyum ringan dan bersiap dengan kuda-kudanya akan menebaskan tangan pedangnya.

"Rasakan kemarannya.."

WOOOOSH...

Tebasan api yang dasyat melesat begitu jauh, menghilangkan pandangan debu-debu serta mawar-mawar yang menghalanginya.

Hana yang berusaha berlari kabur dari Semanta, begitu beruntung karena tebasan jarak jauhnya tidak mengenainya, Hana merasa panik, ketika tebasan itu menghancurkan dan membakar pohon-pohon dan batu besar yang berada di dekatnya.

"Aiiisssh... sialan!!"

"Kenapa dia melakukan ini kepadaku!!"

Semanta dari tempatnya melihat Hana dengan jelas sedang melarikan diri darinya, dengan senyum jahatnya, Semanta melakukan skill tebasannya lagi secara terus menerus.

Ketika merasa sudah cukup, Semanta pun berhenti.

Daerah yang di tebasnya pun kini sangat kacau dipenuhi dengan asap dan api-api yang masih menyala.

Semanta kemudian berjalan ke arah Hana, di mana terakhir kali dia sedang berlari.

Di tempat Hana berada ternyata tebasan-tebasan dari Semanta telah mengenai punggung belakangnya, yang kini membuatnya harus terkapar di tanah dengan luka yang serius.

Hana dengan tenaganya yang masih tersisa berusaha merangkak dengan wajah yang menyedihkan, serta darah yang mengucur dari belakang punggungnya.

"Ayaah.."

"Tolong aku.."

***

Setelah mereka berdua masuk ke dalam ruangan Kadita, untuk berbicara empat mata dengan Hans.

Kadita : "Aku tahu, banyak sekali yang ingin kau tanyakan, namun sebelum itu aku mau kau tahu, bahwa kau adalah milikku mulai dari sekarang"

Hans : "Bisakah kau memakai bahasa manusia?"

Ekspresi Kadita menjadi malas, seakan-akan dunia ini akan runtuh.

Kadita : "Kenapa harus anak ini!!"

"Cepat!.. apa yang ingin aku jelaskan?

Hans : "Pertama-tama.. siapa kau?"

"Dan kedua.. kenapa aku bisa berada di sini?

"Ketiga.. apa yang kalian lakukan kepadaku?

"Ketiga.. kenapa aku bisa..."

Kadita : "Bentar-bentar"

"Satu-satulah.. pusing aku"

Ketika Hans belum selesai dengan ucapannya, Kadita sudah menyelanya.

Hans : "Baiklah tolong jelaskan dulu yang pertama kepadaku!"

Kadita : "Aku adalah Kadita, Ratu dari kerajaan ini"

Hans : "Kau seorang yang berkuasa di tempat ini?

Kadita pun hanya mengangguk.

Hans : "Terus bagaimana aku bisa berada di sini?

Kadita : "Bukankah seharusnya kau yang harus berterima kasih kepadaku?"

Hans memasang wajah bingung setelah mendengarnya, lalu Kadita menjelaskan apa yang terjadi.

Kadita : "Seharusnya kau sudah mati sesungguhnya di atas sana, karena kau keracunan".

"Apa kau ingat?"

"Saat kau hampir mati, Mojun datang untuk menyelamatkanmu?

Hans pun berusaha mengingat apa yang terjadi.

Hans : "Siapa Mojun?"

Kadita : "Ikan besar yang melahapmu!"

Hans : "Oh iya, jadi ikan besar itu bernama Mojun?"

"Bukankah ikan besar itu telah melahapku?"

Kadita : "Dia malah menolongmu.. aduh"

"Sakit kepalaku"

Hans : "Terus kenapa kau membuatku memecahkan teka-teki sialan itu?

"Dan kau menyiksaku dengan membuatku mati berulang-ulang!!"

Kadita : "Itu adalah suatu ujian"

Dengan dinginnya Kadita mengatakan.

"Bukankah itu bagus untukmu"

"Seseorang yang ingin mencari kemampuan?"

Hans : "Hah?.. Apa kau tidak lihat?"

"Bagaimana menderitanya aku saat itu!!"

"Aku sudah menduga ada seseorang yang sedang mengawasiku"

"Sialan kau!"

Kadita : "Kau!!.. Lancang sekali kau yah!"

"Aku adalah seorang Ratu!!"

Hans : "Bla bla bla.. aku tidak peduli jika kau seorang Dewi sekalipun"

Kadita pun tidak bisa melampiaskan kekesalannya.

Kadita : "Aeegrh panas sekali di sini"

"Sayang sekali aku tidak bisa membunuhmu"

"Situasi sialan macam apa ini"

Hans : "Oh ya tante Kadita, kenapa kau mengujiku?"

Kadita : "!!.. Apa katamu? Tante?!!"

"Hancur sudah wibawaku"

Wajah Kadita, yang menahan kekesalan begitu dalam.

Kadita : "Aku akan menunjukkanmu sesuatu.."

"Tapi kau harus berjanji akan selalu melayaniku?"

Hans : "Eh.. kenapa aku harus melayanimu?"

Kadita : "Aissh.. lupakan saja"

"Ayo! ikuti aku!"

Hans mengikutinya, sampai terlihat ada sebuah pintu misterius, di bagian pintu tersebut terlihat bentuk mimik wajah yang aneh sedang memejamkan matanya.

Di belakang Hans melihat Kadita yang mengangkat kedua tangannya, sambil membaca mantra yang tidak terdengar jelas olehnya.

Tiba-tiba pintu berbentuk mimik wajah itu bergerak membuka matanya sambil berbicara.

"Selamat datang kembali Ratu"

Memberi hormat kepada Kadita sambil tersenyum.

Kadita : "Ya.. Pom, bagaimana harimu?"

Pom : "Aku tidak mengeri yang kau bicarakan Ratu, maafkan aku"

Kadita : "Tentu saja , aku hampir lupa kau adalah pintu"

Hans yang baru pertama melihat bahwa ada pintu yang bisa berbicara, merasa aneh. Kemudian Hans berjalan maju mendekat ke arah pintu tersebut sambil merabanya.

"Wah.. Ini sangat unik"

Kemudian pintu tersebut berbicara.

"Siapa anak ini Ratu?"

Kadita : "Hmmm... dia adalah Hans".

Pom : "Hans?"

Hans : "Kau mempunyai nama pintu?"

Pom : "Tentu saja, namaku adalah Pom"

"Senang bertemu denganmu Hans"

"Ratu apakah aku bisa berteman dengan Hans?"

Pom yang bertanya kepada Kadita, tapi Hans langsung menjawabnya.

Hans : "Tentu saja, aku akan menjadi temanmu hehe"

Kemudian wajah Pom bersinar bahagia setelah mendengarnya.

Kadita : "Pom cepat buka pintunya".

"Nanti lagi ya ngobrolnya".

Pom : "Oh iya Ratu maafkan aku"

Pintu pun terbuka perlahan.

"Terima kasih Pom.."

***

Keadaan Hana yang sedang merangkak berusaha kabur sambil menahan kesakitan, terlihat di depannya Semanta yang sudah berdiri di hadapannya.

"Bagaimana harimu?"

"Apakah menyenangkan?"

Lalu Semanta tersenyum dengan wajahnya yang gelap.