Chereads / Rise of Grand Crest / Chapter 8 - Latihan

Chapter 8 - Latihan

Keesokan harinya, Leon dan kelompoknya mulai belajar tentang sihir dasar. Kelompok belajar dibagi menjadi dua, kelompok pertama terdiri dari empat orang yang pada dasarnya tidak memiliki kemampuan bertarung di garis depan. Ini terdiri dari Elvi Farnos, Yui, Yue, dan Ario Levian. Ketiga memulai belajar tentang ilmu bela diri.

Leon menilai bahwa kemampuan bela diri dasar cukup berpengaruh dalam pertarungan nyata. Setidaknya itu meningkatkan kemampuan pertahanan diri mereka sendiri sebagai penjaga garis belakang. Tim tujuh orang ini hanya memiliki tiga penyerang depan jika Leon dihitung. Ini jelas akan sulit untuk menyerang sambil melindungi garis belakang. Karena itu mereka harus mulai mengembangkan kemampuan pertahanan belakang mereka.

Kelompok kedua adalah kelompok penyerang depan, terdiri dari tiga orang termasuk Leon sendiri. Evan memiliki sihir yang mampu mendukung kekuatan namun kurang dalam kecepatan, sementara Astrid ahli dalam kecepatan tapi kurang dalam daya serang.

Leon memutuskan untuk melatih Evan dengan sihir percepatan dasar. Ini memang tidak bisa dibandingkan dengan sihir khusus seperti milik Astrid yang merupakan Green Magician, namun ini akan cukup membantu Evan. Sebaliknya, Astrid harus mulai belajar tentang sihir penguatan dasar dan cara mencari kelemahan musuh dengan cepat. Ini akan membantunya menyingkirkan musuh yang merepotkan lebih awal.

Leon tidak bisa ikut latihan, namun dia ikut membantu temannya belajar atau berpikir tentang ide yang mereka miliki. Yui membantu penyembuhan Leon dengan sihirnya selama masa ini.

Mereka belajar bersama setiap hari dan mulai mengembangkan kerja sama secara perlahan.

Akhirnya tiba saat hari ujian, tim Leon sebagai perwakilan kelas kelima, telah hadir di arena bersama Hana Irena sebagai pembimbing mereka. Hana Irena hari ini memiliki penampilan yang anggun dengan gaun biru cerah dan rambut yang indah, matanya terlihat dingin namun juga menarik karena wajahnya yang cantik.

Arena yang disiapkan akademi tidak terlalu besar untuk orang dewasa, namun itu sudah cukup besar untuk pertarungan tim anak kecil.

Ada enam tim yang terbentuk, setiap tim diharuskan memilih kapten mereka sebagai perwakilan untuk mengambil undian. Urutan pertarungan mereka akan diundi.

Tim Leon memulai diskusi mereka untuk menentukan siapa yang akan menjadi kapten.

Leon bertanya, "Baiklah, jadi siapa yang mau mengajukan diri?"

Ario menyela, "Tunggu, Leon, aku akan baik-baik saja dengan kamu sebagai kapten"

Leon menjawab, "Itu tidak bisa, aku hanya White Magician dengan tipe Avatar. Tim lain mungkin akan mengejek kita jika aku yang menjadi kapten"

Evan tertawa, "Hahaha, itu benar. Siapapun yang meremehkan kapten kita, pasti akan mendapatkan balasannya"

Astrid terkikik, "Hihihi, bicara dari pengalaman yah"

Evan sedikit malu, tapi itu adalah kebenaran, "Berisik, kamu pasti akan dihajar kapten jika mencobanya juga"

Astrid membalas, "Oh, aku takut. Sayangnya kapten bukan pria kejam yang akan memukul wanita. Tidak sepertimu yang bertindak tanpa berpikir"

Lima orang lainnya tertawa karena pertengkaran antara Astrid dan Evan, tapi tidak ada yang mengeluh tentang Leon yang menjadi kapten. Tampaknya mereka juga memiliki pemikiran yang sama.

Leon mengangguk lembut, "Baiklah, aku akan menerima tanggung jawab itu. Mari kita menangkan ini dan lulus, teman-teman"

"Ya!"

Para kapten tim maju secara bergantian untuk menarik kertas undian. Setelah semua selesai mengambil, pertandingan akan diurutkan dalam angka. Tim yang mendapat angka satu dan dua akan saling berhadapan di pertandingan pertama, itu adalah aturan dasarnya. Secara kebetulan, tim Leon mendapatkan angka tiga, mereka masih memiliki waktu untuk bersiap sambil menonton tim lainnya yang sedang bertarung.

Tim yang akan bertanding disediakan ruang tunggu peserta. Tim Leon berada di sini untuk pemanasan awal dan mengamati tim lain.

Leon memberi nasihat pada rekan timnya sebelum pertandingan dan menenangkan mereka yang gugup.

"Astrid, ingatlah untuk tetap tenang dalam mengambil keputusan dan amati lawanmu. Pastikan bahwa kamu tidak terlihat seperti tipe yang berfokus pada kecepatan pada awal pertandingan"

Astrid mengangguk, "Baik, aku mengerti"

Leon beralih pada Evan, Evan terlihat sedikit pucat dengan wajah yang berkeringat. Itu cukup aneh karena mereka bahkan belum mulai bertarung.

"Evan?"

"Y-Ya Kapten?"

"Apa yang terjadi padamu? Apakah kau gugup?"

"S-Si-Siapa yang gugup? Aku? Itu tidak mungkin"

Namun semua itu terlihat jelas di wajahnya. Evan terlihat tidak tenang dan khawatir terhadap sesuatu.

Leon berdiri di hadapan Evan dan memastikan Evan melihatnya secara langsung.

"Evan, tenanglah, kau tidak sendiri. Kita ada tujuh, tidak masalah jika kau melakukan kesalahan. Kita punya empat orang di belakang yang akan menutupi kesalahan itu"

Leon tersenyum cerah, hal itu cukup meyakinkan untuk Evan. Hanya sedikit dorongan lagi.

"Lagipula kamu adalah keturunan Enlight yang hebat, berdirilah dengan penuh kebanggaan dan tunjukkan kemampuanmu"

Semangat Evan membara seperti api, "Uuuuuoooohhhh! Itu benar! Aku adalah keturunan Enlight yang hebat, akan aku tunjukkan kemampuanku pada semua orang!"

Leon mengangguk sambil tersenyum, "Hum, itu baru benar"

Leon beralih ke Yui dan Yue.

"Kalian berdua tidak memiliki masalah?"

Yui dan Yue menggeleng secara bersamaan, mereka entah bagaimana hampir selalu kompak.

"Tidak ada masalah"

"Kami selalu mendukung satu sama lain, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan"

Leon mengangguk, "Itu bagus. Aku akan mengandalkan kalian untuk menjaga punggungku"

Leon melanjutkan ke Ario Levian. Ario entah bagaimana terlihat begitu tenang, dan itu cukup membuat Leon heran. Dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya.

"Ario, apakah kau tenang, atau begitu gugup hingga tidak tahu harus berbuat apa?"

"Sejujurnya Kapten, itu keduanya. Aku begitu gugup hingga pikiranku terasa kosong, tapi entah bagaimana aku justru terlihat tenang di luar"

"Hmm, yah, aku tidak terlalu mengerti situasi itu, jadi aku tidak tahu apa yang harus aku katakan ke padamu. Tapi… jika kamu merasa kesulitan, aku— tidak, kami akan membantumu"

"Terima kasih, Kapten"

Leon berniat untuk menyemangati Elvi, tapi kelihatannya itu tidak perlu. Elvi terlihat sangat tenang, bahkan dia terlihat sedang bersenang-senang bersama Astrid. Leon hanya mengangguk melihat itu meskipun Elvi terlihat sedang kesulitan menghadapi tingkah Astrid yang terus menggodanya.

Beberapa puluh menit berlalu dengan cepat, pertandingan pertama selesai. Nomor tim Leon segera dipanggil untuk memasuki arena.

Leon menyemangati timnya sekali lagi, "Baiklah teman-teman, mari tunjukkan pada semua orang kerja sama yang sudah kita bangun"

"Ya!"

Tidak ada lagi rasa gugup, semua orang telah siap untuk bertanding.

Tim Leon naik ke arena, tim lawan datang dari sisi lain arena.