Kelas hari ini berakhir dengan normal namun Hana Irena belum beranjak sedikitpun dari tempatnya.
"Hari ini aku akan menyampaikan keputusan dari kepala sekolah mengenai tes yang akan kalian laksanakan"
Kalimat ini telah membawa jantung mereka berdetak lebih cepat, pikiran mereka telah cukup tengang saat ini dan terlarut dalam suasana yang berat di dalam kelas.
"Tes yang semula hanya diikuti dua orang dari tiap kelas, telah dirubah menjadi pertandingan antar tim berisi tujuh orang. Akibat perubaan ini, pengajuan nama yang ikut serta dimajukan. Aku akan menyebutkan setiap nama dari kelas ini."
Lima nama yang pertama disebutkan adalah anggota kelompok Leon. Itu cukup dapat dipahami karena mereka adalah yang menampilkan performa terbaik sejauh ini, yang menjadi misteri adalah dua nama selanjutnya.
"…Ario Leivan, Astrid Lilian. Itu saja, bagi yang namanya disebutkan tolong bersiap dengan baik dan saling membantu, karena pada dasarnya ini adalah pertandingan antar tim."
Seseorang mengangkat tangannya hendak menanyakan sesuatu, Hana memberikan izin untuk bertanya.
"Guru, bukankah jumlah kelasnya ada lima, lalu bagaimana jika jumlah tim yang berpartisipasi menjadi ganjil?"
"Pertanyaan yang bagus, karena hal ini, sekolah memutuskan untuk membentuk tim keenam yang berisi campuran antara kelima kelas, kalian yang tertarik bisa mendaftar untuk ini dan sekolah akan menyeleksinya. Menang kalahnya tim keenam tidak akan mempengaruhi kelulusan dalam tes ini, namun jika mereka menang, setiap anggotanya akan mendapatkan hadiah seratus koin emas dan dijamin lulus dalam tes, tentunya hadiah ini setara dengan tim lain. Peraturan lainnya akan dibahas ketika tes, jadi jangan terlalu diambil hati."
Dengan kalimat terakhir itu, Hana Irena meninggalkan kelas, dan para siswa segera beranjak pergi.
Hanya tinggal tujuh orang yang tersisa di kelas, tentu saja ini adalah kelompok yang dipilih untuk mewakili kelas.
Leon berniat diam sementara untuk mengamati situasi, Yui mengambil inisiatif untuk memulai diskusi.
"Hei, bagaimana rencana kita? Adakah yang punya saran?"
Semua terdiam… yah, itu bisa diduga. Tidak akan mungkin membuat tim yang sempurna dengan orang yang baru kau temui, namun mereka tetap harus melakukan hal itu meskipun sulit. Untuk anak yang berumur enam tahun, mereka telah didiorong dengan beberapa masalah dan tekanan.
Orang-orang secara bertahap mengalihkan pandangan mereka pada Leon. Dia memiki beberapa kemampuan untuk mengubah situasi, namun mereka tidak bisa benar-benar yakin terhadap hal itu karena Leon sendiri bahkan tidak terlihat memahami kekuatannya saat itu. Mereka tidak bisa bergantung pada sesuatu yang tidak pasti seperti itu.
"Anu…" Evan Enlight mengangkat tangan untuk mengatakan sesuatu. "Aku memiliki beberapa ide di kepalaku, hal yang pertama harus kita lakukan mungkin adalah mengatur koordiansi kita"
Setelah Evan mengatakan itu, mereka mulai mengingat bahwa Hana Irena pernah mengatakan hal yang serupa. Itu bukan ide yang buruk, karena pada dasarnya mereka memang harus melakukan hal itu untuk mulai terbiasa dengan rekan satu tim.
Yue mengusulkan ide untuk mendukung gagasan Evan, "Kalau begitu kita perlu mengetahui posisi masing-masing serta sihir yang dimiliki, lalu kita akan mulai menentukan kombinasi apa yang tepat untuk pertandingan tim nanti."
Elvi mendukung ide itu, "Aku setuju"
Anggota tim lainnya juga tidak keberatan, lalu mereka mulai memperkenalkan diri sekali lagi dengan detail yang ditambah.
"Aku Leon Farnos, Tipe Avatar, White Magic, level 6"
"Aku Elvi Farnos, Tipe Control, Red Magic, level 5"
"Aku Evan Enlight, Tipe War, Red Magic, level 7"
"Aku Yui, Tipe Supporter, Green Magic, level 6"
"Aku Yue, Tipe Enchanter, Orange Magic, level 6"
"Aku Ario Levian, Tipe Tamer, Brown Magic, level 9"
"Aku Astrid Lilian, Tipe War, Green Magic, level 6"
Leon dan Ario cukup membuat terkejut semua orang. Mereka memandang keduanya dengan tatapan tidak percaya. Beberapa waktu lalu, Leon bahkan hanya penyihir Avatar level 2, dan sekarang telah naik sangat pesat?!
Sementara itu, untuk Ario, dia hanya berlevel 5 saat perkenalan di kelas, perkembangannya bahkan melebihi tipe War yang dikenal dengan perkembangan paling cepat. Pertumbuhan keduanya bahkan melebihi rata-rata kecepatan pertumbuhan tipe sihir mereka.
Warna sihir adalah warna mana yang biasanya didapatkan ketika hari kebangkitan, itu akan menentukan jenis sihir apa yang bisa orang gunakan.
White magic : mencakup sihir penyembuhan dan pemurnian
Black magic : mencakup sihir kutukan dan efek negatif
Red magic : mencakup sihir dengan elemen utama api dan penguatan
Blue magic : mencakup sihir dengan elemen utama air dan fleksibilitas
Green magic : mencakup sihir dengan elemen utama angin dan kecepatan
Brown magic : mencakup sihir dengan elemen utama tanah dan ketahanan
Yellow magic : mencakup sihir dengan elemen utama cahaya dan waktu
Purple magic : mencakup sihir dengan elemen utama kegelapan dan ruang
Gray magic : mencakup sihir ilusi dan panca indera
Orange magic : mencakup sihir pendukung dan segel.
Ini adalah sepuluh dasar warna sihir dan merupakan pondasi awal untuk seorang penyihir menentukan perkembangan mereka. Sekaligus alasan mengapa Wizard Tower berjumlah sepuluh, itu adalah untuk mewakili setiap departemen warna sihir yang berbeda.
Untuk kali ini, Leon mengutarakan idenya, "Kita akan memiliki kombinasi yang bagus dengan dua War Magician sebagai penyerang depan, tapi lima pendukung tampaknya cukup berlebihan. Karena itu, aku punya sesuatu untuk kalian"
Leon mengeluarkan sejumlah buku mantra sederhana dari tasnya, itu bukan mantra sihir yang rumit atau sangat kuat, hanya sihir dasar. Namun karena kebanyakan orang lebih memilih melatih warna sihir dasar mereka, sihir dasar yang tertulis dalam buku seperti ini tidak terlalu populer dan dianggap tidak berguna. Enam orang lainnya juga memiliki pemikiran yang sama seperti masyarakat normal lainnya. Bagaimanapun, mereka masih anak-anak yang hanya tertarik pada hal yang keren.
Ario bertanya, "Untuk apa buku-buku sihir dasar itu?"
Leon menjawab dengan enteng, "Tentu saja untuk kita pelajari"
Evan menolak keras ide itu, "Jangan bercanda denganku! Buku sihir dasar itu tidak berguna, jika kau punya waktu untuk belajar, mempelajari sihir khusus adalah pilihan yang lebih baik"
Harga diri Evan sebagai anggota keluarga ternama menolak gagasan itu, keluarganya telah menanamkan gagasan bahwa sihir dasar itu tidak berguna sejak dia kecil. Jadi tindakannya saat ini cukup bisa dipahami.
Leon membalas dengan tenang, "Benarkah? Kalau begitu kenapa tidak kita coba?"
Dengan persetujuan bersama, Evan dan Leon memutuskan untuk melakukan sparing di luar. Leon dan Evan menyewa sebuah arena untuk uji coba, lima orang lainnya menonton dari tepi arena.
Arena memiliki diameter tiga ratus meter, cukup besar untuk ukuran anak kecil. Suara yang dihasilkan oleh sihir memulai hitungan mundur, sementara itu keduanya mulai bersiap.
"Tiga… dua… satu… Mulai!"
Evan merapal mantra paling pendek yang dia ketahui, sebuah mantra yang menguatkan tubuhnya untuk sementara waktu.
"Api kebijaksanaan… berkobar sebagai kekuatan yang menghancurkan musuh. Red Magic, Iron Arms"
Kedua lengan Evan berubah warna menjadi seperti baja yang telah ditempa. Dia maju dengan kecepatan penuh menuju Leon. Leon tidak terlihat tertarik untuk menggunakan sihir khususnya juga, sebaliknya, dia hanya merapalkan mantra sihir dasar.
"Fuel Oil"
Mantra selesai dan sejumlah minyak mulai muncul di lantai arena, akibat hal itu gerakan Evan menjadi sedikit tidak stabil dan mulai tergelincir di atas minyak. Leon melanjutkan ke mantra selanjutnya.
"Flame Ball"
Sebuah api kecil berkobar di tangan kanannya, api itu lalu membakar minyak yang menggenang, Evan terperangkap api yang membakar arena. Untungnya arena ini secara khusus dibuat untuk melindungi peserta dengan meminimalkan kerusakan pada tubuh, namun Evan masih akan merasakan luka bakar dari hal itu.
Evan yang tertutup api menolak untuk menyerah, dia melanjutkan mantra Iron Arm ke versi penuh yang disebut dengan Iron Armor.
"… Melindungi nyawa, sekuat besi, jiwa yang tangguh berkobar di medan perang, hidup dalam kejayaan abadi. Red Magic, Iron Armor"
Seluruh tubuh Evan berubah menjadi seperti besi. Namun Evan tidak tahu, bahwa besi masih bisa dibakar dan dilelehkan oleh api. Leon bermaksud untuk memanfaatkan ini untuk menguji seberapa jauh pengetahuan dan pemahaman rekannya dalam logika, namun sepertinya Evan kekurangan hal itu.
"Water Shot"
Sebuah lingkaran sihir kecil muncul di tangan Leon, sihir itu menghasilkan semprotan air kecil yang memadamkan api. Evan menilai itu sebagai penghinaan terhadapnya, tubuh Evan mengaktifkan Crest miliknya. Lengan kiri Evan mulai ditumbuhi bulu harimau putih dan sedikit menebal. Evan melompat tinggi langsung menuju Leon. Leon mundur sedikit menghadapi serangan Evan.
Evan terus melancarkan pukulan pada Leon, pukulan lengan kirinya adalah yang paling berbahaya pada Leon. Dengan kekuatan di lengan yang sudah berubah dan diperkuat dengan sihir Iron Armor sebelumnya, itu tidak akan mungkin ditahan Leon yang bukan seorang War Magician.
Evan melancarkan pukulan lurus dengan tangan kirinya, Leon melihat celah, dia menyelinap dari serangan itu lalu menyerang lengan atas Evan dengan pukulan keras. Untuk kemampuan fisik Leon saat ini, dia hanya mampu sedikit menggeser arah serangan Evan, meskipun tangannya sedikit sakit sebagai hasilnya. Kekerasan tubuh Evan benar-benar hampir seperti besi, namun itu masih bisa dihadapi.
Leon mundur dan menilai ulang situasi lalu maju kembali. Evan langsung menyambut gerakan itu dengan pukulan lengan kiri. Leon mengetuk ringan lengan atas Evan dan membuatnya jatuh tersungkur. Pukulan Evan mampu menghancurkan lantai arena, itu sangat kuat, sayangnya Evan terjebak di sana.
Leon memberikan tendangan telak langsung ke wajah Evan, Evan dikirim kembali oleh dampak serangan itu beberapa meter. Leon menahan rasa sakit di kakinya, sedikit sulit untuk berlari dengan kondisi itu. Menahan rasa sakit adalah sesuatu yang cukup sulit untuk anak kecil, namun dia masih harus melakukan itu untuk tidak memperlihatkan kelemahan pada lawan.
Evan terbaring di lantai dan tidak segera bangkit. Leon kebingungan dan mengira ada yang salah pada Evan. Lima orang lainnya yang selama ini hanya menonton dari tepi arena segera menuju Evan. Evan tidak terlihat mengalami luka yang serius, dia hanya terlihat kehilangan minat untuk bertarung. Leon juga mendekati Evan.
Setelah melihat Leon yang mendekat, Evan bertanya dengan sedikit heran, "Hei, katakan padaku, meskipun aku sudah menggunakan sihir khusus dan Crest milikku, kenapa kamu begitu sulit dikalahkan?"
Leon tersenyum lembut, "Kau tahu, ini hanya tentang kerja keras dan pemahaman tentang kekuatan yang kau miliki. Sejujurnya, melawanmu juga sulit untukku. Lihat, kakiku yang aku gunakan untuk menendangmu tampaknya mengalami patah tulang"
Evan tertawa keras, lalu berbicara, "Baiklah, aku akan menerima idemu untuk mulai belajar sihir dasar, tapi kau juga harus mulai mengajari kami cara yang tepat untuk menggunakannya"
Leon tersenyum, "Sepakat"