Para siswa telah secara alami membuat kelompok-kelompok kecil, beberapa hanya diisi perempuan atau laki-laki dan sisanya bercampur bersamaan. Ini bukanlah diskriminasi, tapi lingkaran interaksi sosial.
Hanya saja, ada sedikit pengecualian untuk sebagian orang, normalnya orang yang membangun kesan kuat di awal pertemuan akan menjadi pusat dari interaksi, namun untuk kelompok empat orang Leon, Elvi, Yui, Yue, adalah kebalikannya.
Hanya dinilai dari status, keempatnya memiliki latar belakang yang sangat kuat. Kedua orang tua Leon dan Elvi adalah pimpinan dari dua perusahaan besar. Keluarga Yui dan Yue sedikit misterius, namun tidak akan ada yang meragukan jika mereka tidak kalah dari dua orang tua Leon dan Elvi. Hal ini menjadi semacam celah dengan anak-anak lain.
Dan secara kebetulan, kelompok ini cukup unik, Leon dan Elvi bersaudara, begitu juga dengan Yui dan Yue. Hanya saja, bagi Leon berada dalam kelompok ini akan sedikit canggung, karena dirinya satu satunya anak laki-laki dalam kelompok.
"Elvi, Elvi, kulitmu terlihat begitu halus seperti boneka, boleh aku menyentuhnya," terdengar suara riang Yui yang sedang melemparkan tatapannya pada Elvi Farnos sembari menggerakkan jemarinya dengan aneh.
Melihat sikap Yui, Elvi merasa merinding, mata Yui dipenuhi dengan kilauan yang aneh.
Rasa sombong di hati Elvi Hanifa telah digantikan dengan perasaan terancam saat ini. Yue yang sedang duduk dengan sopan memahami apa yang ingin dilakukan Yui, namun hanya menolak untuk bertindak dan memilih untuk menonton. Selama mereka berdua bersama, Yui sangat suka bersikap menggoda dan jahil , anak yang periang dan ramah. Dimanapun Yui berada, dia akan selalu menjadi sumber kehangatan bagi sekitarnya.
Melihat Yui yang semakin mendekat, Elvi Farnos dengan cepat bersembunyi di balik punggung Leon. Matanya sedikit basah tampak hendak menangis. Melihat sikap adiknya, Leon hanya tersenyum masam.
Leon sedikit membujuk, "Tolong jangan berlebihan, Elvi sedikit kurang suka dijahili"
Yue bereaksi dan segera mendekatkan dirinya pada Leon, "Apa kamu juga sama?"
"Ya"
Leon menjawab tanpa pikir panjang.
…
Dalam ruang dapur, terlihat seorang pria paruh baya bersama seorang wanita. Si pria tampak memiliki otot-otot yang kokoh dan tinggi, seperti sebuah pohon raksasa yang tidak mudah roboh. Dirinya mengeluarkan aura yang tampak begitu mengintimidasi.
Si pria memiliki postur yang tegak dengan tangan yang tebal. Berlawanan dengan si pria, Wanita disampingnya tampak begitu halus dengan sosok yang ramping dan tinggi, sosoknya tampak begitu bercahaya tiap kali dirinya bergerak dengan anggun. Namun keduanya tampak sedang diliputi dengan rasa kekhawatiran yang cukup pekat.
"Aku sedikit khawatir dengan keadaan Leon dan Elvi ketika di sekolah, entah bagaimana, itu seperti firasat seorang ibu? Sejak kecil mereka selalu kita manjakan," wanita itu berbicara dengan kurang puas.
Wanita itu tentunya adalah ibu dari Leon dan Elvi, Anna Farnos. Dan tentunya pria disampingnya adalah suaminya, ayah dari Leon dan Elvi, Agra Farnos.
Keduanya akan memiliki jadwal yang penuh selama beberapa bulan atau mungkin beberapa tahun kedepan. Leon sejak kecil memang selalu terikat dengan ibunya, kemanapun ibunya pergi, dirinya akan selalu ikut. Di sisi lain, Elvi sedikit berbeda, meskipun sering ditinggal ayahnya keluar kota atau urusan lain, dirinya selalu berada dirumah bersama dengan pembantu rumah tangganya dan penjaga rumah. Hal itu membuatnya sedikit sulit berinteraksi dengan teman seumuran dirinya, kecuali kakaknya sendiri.
Sedikit menyedihkan untuk anak berumur 6 tahun.
Agra Farnos menggeleng, "Tidak banyak yang bisa kita lakukan, biarkan mereka hidup mandiri mulai sekarang. Lagipula Hana ada disana, mari kita percayakan padanya."
"Um," Anna Farnos mengangguk meskipun ada sedikit rasa khawatir di hatinya. Agra Farnos memberikan pelukan hangat untuk menenangkan istrinya.
…
Hana Irena membimbing kelasnya dengan ketat setiap harinya. Di pagi hari mereka akan menerima kelas materi, dan dilanjutkan latihan fisik pada sore hari. Kelasnya hanya diperbolehkan istirahat pada malam hari dan pada hari libur.
Kelasnya telah menjalani berbagaimacam pelatihan fisik darinya selama tiga bulan. Hanya tinggal 3 bulan lagi sebelum ujian dimulai.
"Guru, Apa latihan fisik kita kali ini?" Leon bertanya dengan penuh semangat.
Untuk mereka yang sekarang, latihan fisik tidak akan terlalu sulit. Mereka telah membangun otot yang kokoh untuk ukuran anak 6 tahun dan stamina mereka telah meningkat. Lagipula Hana Irena tidak akan memberikan pelatihan fisik yang tidak mungkin mereka selesaikan.
Dalam tiga bulan ini, tidak hanya fisik mereka telah meningkat, pengetahuan mereka juga telah bertambah.
Hana Irena berkata dengan wajah tenang, "Kali ini kalian tidak akan latihan fisik, kita akan mulai dengan praktek sihir. Kalian akan membentuk empat kelompok yang diisi lima orang, lawan kalian adalah aku. Tenang saja, aku akan menekan sihirku hingga sama pada tingkat kalian"
Memang benar mereka telah meningkatkan kemampuan fisik dan pengetahuan, tapi itu semua tidak ada artinya tanpa pengalaman yang mencukupi.
Seperti kata pepatah, 'Guru terbaik adalah pengalaman'.
Mereka mulai membentuk kelompok, kelompok yang mendapat urutan pertama adalah kelompok Leon Farnos, Elvi Farnos, Evan Enlight, Yue, dan Yui.
Arena yang digunakan adalah lingkaran pusat lapangan yang memiliki diameter 200 meter, yang dilengkapi dengan perangkat pelindung berbentuk kubah dari sihir.
Baris depan adalah Leon dan Evan, Elvi tepat di belakang mereka dengan Yue dan Yui di sisinya. Barisan ini memfokuskan penyerangan pada Leon dan Evan, karena Crest milik Leon yang bertipe Avatar, dan milik Evan adalah tipe War. Selain itu, barisan depan bisa sedikit lebih tenang dengan Yue dan Yui bertipe Enchant dan Support, dibantu dengan Elvi yang bertipe Control, barisan mereka cukup proporsional untuk kelas pemula.
Meski begitu, lawan mereka adalah Hana Irena, dirinya adalah seorang penyihir tipe Tamer. Tidak akan mudah untuk melawannya, terlebih dirinya saat ini telah mencapai level 73. Meski sihirnya ditekan, jarak diantara mereka tidak akan mudah dilalui.
Kedua sisi berdiri dalam jarak 50 meter, Hana Irena berdiri dengan tenang dan penuh percaya diri, setelan ungunya tampak kontras dengan pola emas pada kedua sisi lengannya. Dirinya tidak akan kalah cantik dari saudarinya, namun dengan dirinya yang menjadi lawan kelompok Leon, tentu akan memberi penekanan yang besar pada mental mereka.
"Mulai"
Hana Irena melambai tanpa menunggu lawannya menenangkan diri.
Evan melesat secara langsung menuju Hana Irena, sebuah Crest putih bersinar di lengan kanannya. Dengan cepat legan kanannya berubah menjadi cakar harimau. Dengan cepat cakarnya merobek kedepan.
Hana Irena mengambil beberapa langkah maju sembari melakukan gerakan minim untuk menghindar. Hana Irena terus menerus menghindari setiap cakaran Evan dengan gerakan yang minim. Tak bertahan lama, dirinya memukul dada Evan dan membuatnya melesat puluhan langkah ke belakang sebelum bisa menyeimbangkan tubuhnya.
Leon yang telah berada di belakang Hana Irena berusaha mengambil celah namun dengan cepat dipukul balik hingga tepat di samping Evan.
Yui bereaksi cepat, sebuah halo hijau mengitari tubuhnya, dengan cepat aura kehidupan dipancarkan darinya menuju Leon dan Evan. Sementara itu rentetan bola api telah dijatuhkan pada Hana Irena, sebuah Crest naga merah memancar dari Yue dan segera meliputi mereka berlima. Dalam sekejap, rentetan bola api yang dilancarkan Elvi membesar hingga beberapa tingkat.
Pada saat ini langit telah berubah menjadi lautan api yang menghujani Hana Irena. Para siswa lain yang saat ini melihat dari pinggir arena sedang menahan keterkejutan mereka. Apakah mereka benar-benar baru pertama kali bekerja sama?
Terlalu kuat! Kerja sama mereka terlalu kuat!
Rentetan ledakan api kecil terus menerus berlangsung beberapa saat, namun mereka segera terkejut setelahnya, sosok panjang dengan sisik berwarna merah cerah melingkar di sekitar Hana Irena, dapat terlihat jelas bahwa sosok itu melindunginya, bahkan serangan seperti itu tidak meninggalkan debu sedikitpun pada pakaian Hana Irena.
Sosok yang melilitnya memiliki kepala yang agak runcing dengan rahang yang lebar. Kepalanya diselimuti sisik merah yang runcing layaknya duri, matanya yang emas tampak begitu mengintimidasi. Dapat dilihat dengan jelas bahwa Crest pertama Hana Irena bersinar, itu artinya sosok ini adalah familiar pertamanya, dan itu adalah seekor Flame Eater Dragon.
Meskipun panjangnya mencapai lima meter, untuk ukuran seekor Flame Eater Dragon, itu hanya satu yang belum dewasa, saat mereka dewasa, ukurannya bisa mencapai seratus meter dengan sayap dan aura tirani. Ini adalah salah satu Demon Beast tingkat tinggi! Dan itu hanya Crest pertamanya?!
Leon dan Evan yang telah sembuh segera merasakan tekanan yang dipancarkan dari naga itu. Diam-diam Crest pertama Leon bersinar putih dan dengan cepat melebar di langit. Avatar seekor ular puih dengan cepat melesat ke dalam awan di langit. Perlahan Crest ular putih di udara berubah menjadi warna ungu, bersamaan dengan itu ular cahaya emas melesat turun dari langit, ular putih yang semula hanya sepanjang setengah meter, telah berubah menjadi ular emas sepanjang dua meter.
Pada saat ini mata Leon berubah menjadi celah vertikal emas layaknya mata seekor hewan buas, Yue bangkit dengan cepat dari tekanan dan dengan segera memandu sihirnya menuju Leon. Leon dapat merasakan dengan jelas perubahan dalam tubuhnya, setidaknya kekuatannya telah meningkat hingga setingkat dengan penyihir level 10. Sihir khusus pertama Yue, Dragon Blood adalah sihir yang meningkatkan kekuatan serangan dan kecepatan target selama satu menit sebanyak 180%.
Dengan cepat, Elvi mengikuti koordinasi, dia memunculkan api merah emas lalu membuat Avatar milik Leon menyerapnya. Flame Soul, api yang membuat pemakainya memiliki beberapa kemampuan api dasar untuk lima menit. Tidak lama setelah api diserap, mulut Avatar ular tampak berkobar, seolah siap meludahkan semburan api setiap saat.
"Pseudo Awakening…" Leon berbicara dengan suara yang dalam, "First Crest of Lust, Mental Curse"
Hana Irena menyipitkan matanya, dirinya merasa seperti Mananya telah menghilang hampir lima persen, tidak hanya itu, tubuhnya terasa lebih berat untuk digerakan. Itu nilai yang cukup besar untuk sihir yang dihasilkan oleh penyihir level 2, terlebih lagi dia hanya anak berumur enam tahun! Sihir apa itu sebenarnya?
Hana Irena dengan cepat melaju kedepan dengan cepat seperti anak panah yang ditembakkan, dengan kendalinya, Flame Eater Dragon menerkam ke arah Avatar Leon. Ular emas memecutkan ekornya, namun berhasil dihindari. Flame Eater Dragon berusaha menggigit kepala Ular emas, keduanya berusaha saling menggigit di udara layaknya pertarungan di alam liar, memakan atau dimakan.