Arjuna dan Caramel menghabiskan sisa hari mereka bersama, berusaha untuk lebih saling mengenal satu sama lain.
"Aku tau kamu suka banget sama sunset dan laut.", Arjuna berusaha membuka percakapan santainya dengan istrinya itu. "Makanya aku ajak kamu ke sini."
Caramel mengedarkan pandangannya. Dia merasa dejavu. Pemandangan ini kayak gak asing baginya. "Ini kita di Bukit Kosakora?", tanya Caramel yang kemudian dijawab dengan anggukan dari Arjuna. "Wow! Impressive!"
Arjuna mengangguk. "Kok kamu tau, Mel?"
"Bukit Kosakora atau biasa dikenal juga dengan nama Puncak Kosakora merupakan sebuah bukit yang terletak di kawasan Pantai Drini. Lokasinya ini berada di pinggir laut membuat pemandangan di Puncak Kosakora sangat mempesona. Di puncaknya kita bisa melihat hamparan laut biru dan perbukitan di Gunung Kidul. Di Puncak Kosakora ini kita gak cuma bisa lihat pemandangan laut aja, kalo kita lihat ke arah timur kita bakal lihat Pantai Kukup, nah kalo kita lihat kearah barat maka kita bisa lihat Pantai Drini. Di puncak Bukit Kosakora ini kita juga bisa nikmatin cantiknya sunrise dan sunset Gunung Kidul, bahkan Mercusuar di Pantai Baron yang letaknya cukup jauhpun bisa terlihat dari puncak Bukit Kosakora." Arjuna menjelaskan detail lokasi tempat mereka berada sekarang.
Caramel mengedarkan pandangannya dan ya, Arjuna benar! Dari tempat mereka berdiri sekarang, Caramel bisa menikmati pemandangan alam terindah yang baru sekali ini ditemuinya. Dia juga bisa menyaksikan detik demi detik saat senja mulai menampakkan semburat keemasan di ufuk barat semesta. Ditambah lagi suara kencang debur ombak yang memecah di bibir pantai kian membuat suasana semakin syahdu.
Dan satu hal yang baru Caramel sadari. Arjuna ternyata bukan seorang yang romantis, tapi cowok itu selalu penuh kejutan yang selalu membuat hatinya sedikit demi sedikit tercuri karenanya. Kayak tadi siang misalnya. Siapa sangka kalo Arjuna mengajaknya ke Kelapa Resto At Westlake Resort; sebuah resto pinggir danau yang terletak di tengah sebuah resort penginapan yang cozy. Kemudian sekarang cowok itu mengajaknya menikmati senja dari Bukit Kosakora.
"Terima kasih, Juna," sahut Caramel tulus. "Terima kasih."
Arjuna mengangguk. "Anggap aja ini sebagai penebus dosa sama permintaan maaf aku atas kejadian tadi pagi."
"Gue juga minta maaf ya. Gue .. Gue gak bermaksud buat bersikap kasar kayak gitu." Caramel merebahkan punggungnya ke atas rerumputan dan dibiarkannya angin yang berhembus sesekali memainkan anak rambutnya yang tergerai bebas.
Arjuna merengkuh tubuh Caramel dan membawanya ke pelukannya. Dia pengin menghilangkan celah yang memisahkan antara dirinya dan istrinya itu. Lekat-lekat dipandanginya wajah dan mata Caramel. Gak lama kemudian hidung mereka saling bersentuhan dan ...
*
Caramel masih terpukau. Tatapan matanya masih lekat memandangi Arjuna meski ciuman mesra mereka baru aja berakhir. Dia masih gak percaya cowok itu menciumnya yang akhirnya sukses bikin detak jantung Caramel berderu cepat.
Setelah Dave, ternyata adalah Arjuna yang berhasil menciumnya dengan lembut dan mesra. Bahkan jauh lebih lembut ketimbang yang pernah dilakukan oleh sang mantan.
"Please stay," pinta Arjuna lirih. "Please stay with me."
"I'm staying." sinis Caramel.
Arjuna menghela nafas dan memalingkan wajahnya. Ada gurat kesedihan yang terlalu gak tau malu untuk disembunyikannya. "I know you're not."
"Sok tau lo! Kalo gue gak stay, udah daritadi gue balik ke kamar sendirian." Sahut Caramel kesal.
Arjuna menggeleng. Dia tau, sedikit banyak pikiran istrinya masih ke masa lalu. "Gak bisakah kita memulai rumah tangga kita dengan lembaran baru? Gak bisakah kamu melupakan dia?"
Caramel menghela nafas. Bibirnya terkunci rapat-rapat, tapi membuka telinganya lebar-lebar. Sebenernya dia gak tau harus bilang apa.
"Darimana lo tau kalo gue ..."
*
"Darimana lo tau kalo gue ..." Caramel gak bisa melanjutkan ucapannya dan itu membuatnya jadi merasa bersalah.
"Mel, tanpa kamu bilang apapun, aku tau kamu masih mikirin dia. Sampe sekarang pun aku suka bertanya-tanya sama diri aku sendiri, sebenernya apa yang bikin kamu gak bisa lupain bajingan itu?"
Caramel membalikan badannya. Dia tau apa yang sedang dirasakan Arjuna. Dia pernah ada di posisi cowok itu. Menyaksikan cintanya ternyata mencintai orang lain.
"I love you," ucap Arjuna. Pengakuan perasaan Arjuna bikin Caramel balik berpaling menghadap cowok itu dan memandanginya lekat-lekat. "I love you."
"Arjuna?" Panggil Caramel lembut.
Hati Arjuna berdesir begitu mendengar panggilan Caramel barusan. Entah karena angin yang bersiut ataukah karna Caramel yang memanggilnya dengan sedemikian lembut. Sepanjang waktu kebersamaan mereka, bisa dihitung dengan jari kalo istrinya itu memanggilnya dengan nama depannya secara utuh.
"Sejak kapan?" tanya Caramel.
Arjuna mengerutkan kedua alisnya. "Sejak kapan apanya?"
"Sejak kapan lo jatuh cinta sama gue?"
*
"Sejak kapan lo jatuh cinta sama gue?"
"I don't know. Perasaan itu ada tanpa pernah aku sadar, Mel. Mungkin dari sebelum kita menikah. Mungkin dari saat-saat pertemuan awal kita. Dan .." Arjuna gak bisa melanjutkan ucapannya. Bibirnya mendadak terkunci rapat. Dia sebenernya gak mau kalo Caramel sampe tau soal Dave yang meneleponnya tepat di hari pernikahan mereka. Dia gak mau Caramel jatoh ke pelukan cowok bajingan itu lagi.
Damn! Bisa gila rasanya hati Arjuna. Setiap saat berpikir soal cowok masa lalu istrinya justru malah membuat kepalanya hampir aja pecah. Arjuna jadi paranoid sendiri dan entah kenapa semakin hari dia memikirkan itu semakin hari pula dia takut kehilangannya.
"Dan apa, Jun?" tanya Caramel. Instingnya mengatakan bahwa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Arjuna. "Katakan!"
"Aku takut kehilangan kamu, Mel," sahut Arjuna. Dia gak mungkin mengatakan yang sebenarnya kan? Soal cowok tengik yang meneleponnya itu. "Please, lupain dia dan kita mulai semuanya dari awal. Aku janji bakal bahagiain kamu dan gak bakal duain kamu. Kamu bisa kan lupain Dave?"
Caramel menghela nafas pelan. Bibirnya terkunci rapat-rapat. Sejujurnya, dia belum siap kalo harus melupakan Dave. Cinta untuk cowok itu masih seluas semesta. Lagipula, melupakan seseorang itu gak semudah membalikkan telapak tangan kan?
"Caramel Sayang," sapa Arjuna. "Kok diem? Kamu bisa kan?"
Caramel beranjak meninggalkan Arjuna. Bibirnya masih terkunci rapat-rapat. Dia gak tau harus jawab apa. Yang dia tau cuma dua hal saat ini. Pertama, dia belum bisa lupain Dave. Kedua, dia kesal. Inikah yang dimaksud Arjuna tempo hari soal honeymoonnya? Yang katanya sebagai moment yang tepat untuk mereka saling kenal dan dekat? Bulshit!!
*
"Caramel! Tunggu!!" Arjuna berusaha mengejar langkah Caramel yang udah terlanjur jauh di depannya. Dia sama sekali gak nyangka kalo ucapannya bisa bikin cewek itu bereaksi kayak gini. "Caramel!!"
Caramel tetiba menghentikan langkah tepat beberapa meter sebelum lobi hotel. Dadanya naik turun dan nafasnya terengah-engah. Air mukanya kusut. Sangat ketara kalo moodnya memang sedang gak baik. "Gue mau pulang ke Jakarta malam ini juga!" ucapnya sesaat begitu Arjuna berhasil menyusulnya.
Arjuna cuma bisa menghela nafas dan menggaruk kepalanya yang sebenernya gak gatel. Semenjak menikah kayaknya sifat Caramel kagak ada berubahnya sedikitpun. Istrinya itu masih aja tetep galak kayak singa betina dan semaunya sendiri. Lagian juga, masa dia gak boleh sih minta istri sendiri buat seratus persen move on dari sang mantan? Masa karna permintaan sederhana itu istrinya malah ngambek kayak gini?
"Kamu yakin mau pulang ke Jakarta malam ini?" tanya Arjuna.
"..."
"Aku gak tau kita masih bisa dapet tiket dadakan gak kalo kayak gini. Kalopun dapet, pasti harganya mahal."
"Ya gue gak mau tau. Pokoknya gue mau pulang ke Jakarta malam ini."
"Trus kalo misalnya aku udah berusaha cari tiket go show buat pulang ke Jakarta tapi ternyata masih gak dapet juga, gimana? Pulang besok pagi aja, gak apa-apa?"
Caramel bergeming. Ucapan Arjuna ada benernya juga. Malem-malem gini nyari tiket dadakan emang bukan perkara yang gampang. Belum lagi harganya yang udah pasti mahal, namanya juga tiket go show.
"Give me some time ya, Mel." Arjuna menautkan jemarinya di antara jemari Caramel dengan sangat erat. "Aku bakal berusaha cari tiket pulang secepatnya ke Jakarta. Dan aku juga minta maaf karna aku belum bisa bikin kamu nyaman saat bersamaku."
"..."
"Sama kayak yang pernah aku bilang ke kamu di awal sebelum kita nikah. Kamu berhak mengajukan gugatan cerai atas diriku dan pernikahan ini. Aku udah berusaha bikin nyaman, tapi aku aku gak bisa maksa kamu buat kamu nyaman ato enggak sama aku. Lagipula, hati dan rasamu bukan buat aku, Mel."
Caramel mengerucutkan bibirnya. Alih-alih ilang, kekesalannya justru bertambah berkali-kali lipat. Dia jadi heran sendiri. Apa sih yang ada di pikiran Arjuna? Berkali-kali dia menyinggung soal perceraian, padahal mereka menikah masih hitungan hari.
Toh kalo memang dari awal Arjuna gak siap dari awal, mending cowok itu gak usah ngebujuk Caramel untuk menerima perjodohan mereka. Arjuna gak perlu capek-capek mengintimidasinya dengam alasan bakal menghamilinya kalo sampe dia nolak perjodohan itu.
Caramel bener-bener gak habis pikir. Dimana otak Arjuna?!
"Kenapa sih lo selalu bahas perceraian?!" Caramel makin jengkel. "Pernikahan itu bukan buat dipermainkan, Jun! Kalo lo belom apa-apa dengan pernikahan ini udah bolak-balik nyinggung soal perceraian, trus buat apa kita nikah? Buat apa lo bujuk gue, plus ngacem gue segala cuma demi gue nerima perjodohan kita dan pernikahan ini?! Sekarang gini aja, daripada lo juga bentar-bentar nyinggung soal gugatan cerai, mending lo jatohin talak sekarang buat gue. Terserah, mau talak satu kek, talak dua kek, ato langsung talak tiga sekalipun GUE TERIMA!!"
"..."
"Dan satu lagi. Soal permintaan lo. Sorry to say, tapi jujur, gue belum bisa lupain Dave."
Apa? Caramel barusan bilang apa?
Dunia Arjuna seketika bergoyang. Dinding dan fondasi yang sedang dibangunnya seketika menampakkan keretakan yang sangat terlihat dengan mata kepalanya sendiri.
"I got it, Mel." Arjuna berjalan gontai. Entah kenapa ucapan Caramel barusan membuat asanya terhempas entah kemana.
Ya, Arjuna mengakui kesalahannya. Dia gak seharusnya berulang kali memancing bahasan gugat-menggugat cerai dengan Caramel. Apalagi dengan kondisinya yang perlahan udah jatuh hati kepadanya. Bodoh! Arjuna memang bodoh!!
*