*****
Alarm yang sengaja di pasang oleh Nana berbunyi, waktu menunjukkan pukul 01.50 a.m. Nana terjaga, lantas dengan gerakan sepelan mungkin Nana menyingkirkan lengan kokoh milik Calvin yang tengah memeluknya agar tidak terganggu. Nana berjalan pelan namun santai melenggang menuju kamar mandi tanpa sehelai benang menutupi tubuhnya. Nana perlu membersihkan diri, tubuhnya terasa begitu lengket, perpaduan keringat dan sperma milik Calvin.
Nana bersiap, ia memilih memakai T-shirt dan celana jeans untuk style-nya saat berangkat menuju Indonesia.Keberangkatan ke Indonesia dalam rangka menepati janjinya untuk menemui sahabatnya, yaitu seorang arsitek cantik bernama Amanda Altakendra. Amanda dan Nana adalah dua orang yang bertolak belakang. Jika Nana begitu mencintai dunia malam, pria tampan dan free sex. Maka Amanda lebih mencintai ruangan kerja yang dipenuhi dengan sketsa bangunan dan menjadi perawan selamanya sebelum menemukan pria yang tepat menjadi jodohnya. Namun hal itulah yang membuat persahabatan mereka berdua semakin erat layaknya saudara, karena bisa saling melengkapi satu sama lainnya.
Nana mematut wajah yang baru saja ia poles serta menatap ulang penampilannya lewat cermin besar yang berada di lemari dalam kamar hotel ini. Nana harus memastikan jika penampilannya sudah oke, karena wartawan bisa berada dimana saja dan kapan saja.
Tanpa Nana sadari, ada sepasang mata yang sudah cukup lama memperhatikan tingkah Nana. Pria itu selalu dibuat kagum dengan pesona yang ada di diri seorang Belina Carmella Rose. Simple namun tetap terlihat menarik dan seksi.
"Kau sudah siap? Kau akan pergi sekarang juga?" tanya Calvin yang posisinya kini tengah menyandar di kepala ranjang dengan mempertontonkan dada bidang serta otot kekarnya.
Nana menoleh dan tersenyum sembari membereskan semua barang-barangnya agar tidak ada yang tertinggal.
"Ya. Aku memilih untuk naik di penerbangan pertama dan aku juga harus kembali ke hotelku untuk mengambil koper serta barang-barangku yang lain," ucap Nana
Nana beranjak dari sofa yang ia duduki dan berjalan mendekati Calvin. Nana mendaratkan ciuman singkat pada pria One Night Stand-nya itu sebagai ucapan perpisahan.
"Aku harus pergi sekarang, terima kasih untuk malam yang mengesankan dan panasnya," bisik Nana
"Aku pasti akan merindukanmu," ucap Calvin
"Jangan terlalu berharap banyak padaku, Cal." Desis Nana
"Jika aku boleh jujur, aku sudah jatuh cinta padamu. Aku berharap setelah ini, kita masih bisa bertemu dan bisa menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih," ucap Calvin jujur
Nana tertawa mendengar ucapan jujur dari seorang Calvin Hegen. Ini bukan kali pertama untuknya, mendengar pria menyatakan perasaan mereka pada Nana secara terang-terangan.
"Simpan saja cintamu untuk wanita lain. Aku masih ingin bebas sendirian. Aku menghargai ungkapan perasaanmu, tapi aku hanya menganggap hubungan kita hanya sebatas bersenang-senang semata," Calvin mendadak kaku mendengar penolakan secara langsung dari mulut seorang Nana.
"Aku harus pergi sekarang. Sampai jumpa di lain kesempatan," Kaki jenjang Nana melangkah menuju pintu meninggalkan Calvin yang terdiam kehilangan kata setelah mendengar kalimat Nana tadi.
*****
Hingar bingar cahaya lampu dan musik EDM (Electronic Dance Music) yang dimainkan oleh seorang DJ menambah kemeriahan isi club malam terbesar di Jakarta. Lautan manusia yang tengah berjoget sekedar melepas penat atau memang mencari kesenangan menjadi pemandangan yang sangat biasa. Kedua wanita cantik menghempaskan bokong seksinya diatas kursi depan bar. Seorang bartender memekik riang saat matanya menatap kedua wanita cantik di hadapannya.
"Nana, Amanda! Wow, long time no see, babe!" Gilbert, nama bartender yang menyapa Nana dan juga Amanda
Ya, selepas landing di bandara dan mampir sejenak ke apartment Amanda, sahabatnya. Mereka memutuskan untuk segera pergi ke Club malam. Tidak ada lagi rasa jetlag yang menghampiri Nana, wanita itu sudah begitu rindu untuk meliukan tubuhnya di tengah lautan manusia di dalam club favoritnya.
"Aku sangat baik, Gilbert. Bagaimana denganmu? Tapi tampaknya kau terlihat sangat luar biasa baik," ucap Nana pada Gilbert
Amanda yang hanya tersenyum tipis melihat interaksi keduanya. Amanda bukan tipikal wanita yang mau berbasa-basi dan ramah pada sembarang orang. Ia terkenal begitu ketus dan pemarah, jadi Gilbert bahkan orang-orang di sekitarnya sudah memaklumi sifatnya itu.
"Baby, aku ingin kesana. Aku sudah rindu ingin berjoget di tengah mereka semua," ucap Nana pada Amanda sambil menunjuk lantai dance
"Perhatikan tingkahmu, jangan gegabah. Aku tidak ingin mengurusi kegaduhan yang kau perbuat," Amanda memberi peringatan
"Tenang saja. Disini tidak begitu banyak orang yang mengenalku, jadi aku bisa sedikit aman, tidak seperti di New York, di setiap sudut tempat banyak paparazi yang menguntitku," kata Nana santai
"Cepat pergi sana! Aku menunggumu disini. Jam 12 kau sudah harus kembali lagi kemari, kalau tidak--- aku akan meninggalkanmu," Ancam Amanda yang ditanggapi dengan sentilan di ujung hidung yang diberikan Nana pada Manda.
Nana berjalan meninggalkan Amanda yang masih duduk di depan bar. Nana tidak menyia-nyiakan lampu hijau yang diberikan oleh sahabatnya yang kejam itu. Nana meleburkan diri, berjoget meliukkan tubuhnya mengikuti irama musik yang dimainkan oleh DJ.
Nana terkesiap, saat sepasang lengan tengah memeluk perutnya yang rata dari belakang. Nana menoleh, matanya bertatapan dengan sepasang mata biru seorang pria tampan berkemeja putih yang kini tengah tersenyum miring kepadanya. Nana memicingkan matanya serta mengerutkan dahinya, mencoba mengingat siapa pria tampan yang memiliki tatapan tajam serta berwajah indo itu.
"Samuel?" ucap Nana ragu
Pria itu tersenyum lantas membalikkan tubuh Nana agar sepenuhnya menghadapnya. Sepertinya tebakan Nana tidak meleset. Pria itu benar, Samuel Axeleo. Seorang CEO, sebuah perusahaan jam tangan mewah yang berasal dari Swiss. Nana tidak membalas senyum yang ditampilkan pria itu yang terlihat senang bertemu Nana. Nana masih berusaha menebak-nebak, mengapa pria kaya itu bisa berada di Indonesia dan secara kebetulan bertemu dirinya di dalam club ini.
"Ya. Tebakanmu benar. Aku Samuel,"
"Hari yang begitu luar biasa bisa bertemu dengan seorang Belina Carmella Rose disini. Aku pikir, aku hanya berhalusinasi melihatmu disini," ucap Samuel dengan tatapan penuh minat pada Nana
Nana mengalungkan kedua lengannya pada leher Samuel. Senyum menggoda ditampilkan di wajah cantiknya. Nana juga tidak menyangka bisa bertemu dengan pria yang biasanya hanya dilihatnya di majalah atau televisi. Pria tampan dengan kekayaan yang melimpah ruah, menjadi incaran para wanita seluruh dunia dan sekarang pria itu berada di depan wajahnya. Surprised!
"Aku juga tidak menyangka bisa bertemu dengan seorang CEO tampan kenamaan dunia di sebuah club malam. Apa yang kau lakukan disini? Tanya Nana dengan suara sensual
Senyum miring serta tatapan menggoda di berikan oleh Samuel saat mendengar ucapan Nana.
"Aku sengaja mencarimu dan ternyata aku menemukanmu disini," Samuel menarik tubuh Nana agar lebih rapat padanya
Jemari Nana meraba wajah mulus Samuel dengan gerakan pelan yang membuat Samuel menggeram menahan desahan. Nana benar-benar wanita berbahaya, benar seperti gosip yang beredar. Namun sepertinya itu bukan gosip melainkan fakta yang ada. Dengan sentuhan jemarinya di wajah saja sudah berhasil membuat turn on seorang pria.
"Kau tidak ingin menciumku?" bisik Nana tepat di depan bibir Samuel.
Tanpa menunggu lama dan menyiakan kesempatan yang ada, Samuel langsung melumat panas bibir wanita itu. Menjejalkan lidahnya dengan ganas dan melilit lidah Nana dengan penuh nafsu. Nana tersenyum di sela ciuman bergairah mereka. Nana hanya mengikuti ritme ciuman panas yang diberikan Samuel padanya.
Nana melepas ciuman panas antara dirinya dan Samuel, saat seseorang tiba-tiba membisikkan sesuatu yang jauh lebih penting dibanding keinginannya bergulat dengan Samuel malam ini.
Samuel memandang Nana bingung, saat ciuman mereka terlepas. Kedua mata Samuel sudah dipenuhi kabut gairah dan Nana pun sebaliknya namun Nana tidak bisa melanjutkan aktivitas panas mereka.
"Aku harus pergi sekarang. Sampai bertemu lain kali," Pamit Nana sembari mendaratkan kecupan singkat pada bibir Samuel
"Oh, Damn! Shit!" Umpat Samuel saat menatap kepergian Nana dari hadapannya
*****