Chereads / THE HOTTEST WOMAN / Chapter 6 - Bab Enam

Chapter 6 - Bab Enam

JANGAN LUPA TINGGALIN JEJAK KALIAN YAH... 

*****

Nana berusaha mengendalikan dirinya agar tidak melakukan hal-hal bodoh yang akan mempermalukan dirinya sendiri di depan Fabino.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Nana memberanikan diri

"Mengapa kau menghindariku?" Fabino balik bertanya dan mengabaikan pertanyaan yang diajukan Nana padanya

Nana berusaha agar dirinya terlihat biasa saja dan tidak gugup menghadapi Fabino yang menunjukkan raut wajah kesal padanya.

"Aku? Menghindarimu? Untuk apa? Aku tidak menghindarimu," Jawab Nana mengelak

"Kau tidak pandai berbohong, Belina. Kau jelas-jelas menghindariku," tegas Fabino

Nana menghela nafas panjang. "Aku tidak menghindarimu. Please, jangan mengada-ada. Jika kau tidak memiliki kepentingan lainnya, aku akan masuk," ketus Nana

Baru selangkah Nana ingin beranjak meninggalkan Fabino, namun ternyata Fabino lebih cepat untuk mencekal pergelangan tangannya.

"Apa yang kau lakukan! Lepaskan tanganku," desis Nana

"Aku menunggumu di Airport. Kau mengganti jadwal penerbanganmu secara tiba-tiba. Kau terbang lebih awal dari jadwal sebelumnya yang telah kau pesan. Kau menghindariku, jika kau tidak berniat menghindariku, maka kau tidak akan merubah jadwal kepulanganmu,"

"Kau bukan kali ini saja menghindariku. Tapi sudah beberapa tahun terakhir, kau menolak untuk bekerja sama denganku. Apa salahku padamu? Aku hanya butuh penjelasan darimu," penjelasan Fabino seketika membungkam mulut Nana

Demi Tuhan, Nana ingin segera pergi dari sana. Masuk ke dalam apartment dan menangis sekencang-kencangnya. Mengapa Fabino harus menunggunya, ia tidak ingin berharap lagi pada pria ini. Tiga tahun sudah berlalu, Nana hampir melupakan keberadaan pria ini. Tapi, pertemuan mendadak mereka, membuat perasaan Nana hadir kembali.

"Tidak ada yang harus aku jelaskan. Lepaskan tanganmu!" desis Nana

"Tidak akan! Sebelum kau menjelaskan semuanya. Oh, Come on, Belina. Jangan bertingkah kekanakan. Menghindari masalah tidak ada untungnya sama sekali,"

"Fabino, lepaskan! Aku tidak ingin wartawan melihat kita seperti ini. Aku tidak ingin namaku muncul di Headline berita," Nana menyentak kasar pegangan tangan Fabino namun sia-sia

"Aku tidak masalah!" jawab Fabino enteng

Nana lelah terus berdebat tidak ada habisnya dengan Fabino. Lebih baik ia mengalah, ia menarik Fabino untuk masuk ke dalam apartmentnya. Tidak! Nana tidak akan mengajak Fabino berbuat mesum, hanya saja ia berusaha menghindari gosip jika terus berdiri di depan apartmentnya dan bercekcok mulut dengan Fabino.

Tidak ada yang membuka mulut selama berada di dalam lift. Mereka berdua larut pada pikiran masing-masing. Saat berada di dalam apartment, Nana berdiri menghadap Fabino. Mata mereka saling bertatapan.

"Jelaskan padaku, alasan kau menghindariku?" Pertanyaan yang sama yang diajukan Fabino untuk Nana

Sifat keras kepala sudah mendarah daging pada Nana. Ia lebih memilih untuk tidak mengungkapkan alasan jelasnya mengapa menghindari Fabino selama ini.

"Aku sibuk. Pekerjaanku begitu padat. Lagi pula, ponselku sempat hilang saat pindah ke agensi yang baru. Aku kehilangan semua kontak termasuk milikmu," Nana memberikan alasan yang tidak sepenuhnya berbohong pada Fabino

"Benarkah? Jika pekerjaanmu padat, tentu kau tidak akan memiliki waktu untuk bersenang-senang setiap malam dengan pria yang berbeda," Nana menggertakan gigi-nya saat mendengar ucapan itu dari mulut Fabino

Secara tidak langsung, Fabino mengejeknya. Mendengarkan kalimat seperti itu keluar dari mulut pria yang disukainya, begitu terasa menyakitkan. Nana berusaha agar tidak menangis di depan Fabino.

"Kau tidak berhak mengurusi apa yang aku lakukan!" ketus Nana

"Sebagai temanmu, aku berhak peduli atas apa yang kau lakukan. Sekarang kau terlihat seperti jalang," ucap Fabino

Demi Tuhan, ucapan Fabino tepat menghujam ulu hatinya. Selama ini, Nana mengabaikan ucapan orang lain ketika kata JALANG padanya. Nana menggeleng menatap nanar Fabino. Jika saja, Fabino tahu apa yang dilakukan Nana itu merupakan bentuk usaha untuk melupakannya dan membunuh perasaan yang hadir untuk Fabino yang sudah memiliki kekasih.

"Kenapa kau menciumku saat itu? Apakah teman melakukan hal itu?" tanya Nana penasaran

"Kau mempermasalahkan ciuman singkat itu? Itu bukan hal aneh yang dilakukan antar teman. Seharusnya, kau lebih memikirkan apa dampak yang dibawa jika kau selalu berganti teman tidur," ucap Fabino santai

Tamparan keras mendarat di pipi Fabino. Sudah cukup, Nana tidak sanggup untuk mendengar ucapan Fabino lagi. Mulai detik ini, Nana membenci Fabino Orlando.

"Keluar dari apartmentku sekarang juga," desis Nana. Jari telunjuknya mengarah ke pintu keluar.

Fabino terkejut, tidak menyangka jika Nana akan menampar sekaligus mengusirnya.

"Aku tidak menyangka kau akan mengusir temanmu sendiri. Aku datang kemari hanya ingin memperbaiki hubungan pertemanan kita. Tapi, kau ternyata sudah berubah. Kau bukan Belina yang ku kenal dulu,"

"Ingat ucapanku, pria akan berpikir seribu kali untuk berhubungan serius padamu. Pria baik, tidak akan memilih jalang untuk menjadi pasangannya," Fabino menekankan kalimat sindiran itu bentuk kekecewaannya atas tindakan Nana padanya

Nana memejamkan mata. Berupaya agar airmatanya tidak jatuh mendengar kalimat pedas yang keluar dari mulut Fabino.

"KELUAR!!" bentak Nana

Fabino melemparkan kertas yang lumayan keras berwarna merah ke atas sofa. "Ini untukmu," Selepas mengucapkan itu, Fabino melangkahkan kaki meninggalkan apartment Nana.

Tubuh Nana luruh ke lantai. Airmata yang sedari tadi ditahannya, kini jatuh begitu saja di pipinya. Ternyata patah hati begitu menyakitkan. Hatinya hancur berkeping-keping atas ucapan yang dilontarkan Fabino padanya. Tidak menyangka Fabino dengan tega-nya mengucapkan kata 'Jalang' secara langsung padanya. Keadaannya malam ini begitu kacau, sekacau hatinya.

Tangannya terulur, mengambil sesuatu yang sempat dilemparkan oleh Fabino di atas sofanya. Sesuatu yang berwarna merah bertuliskan Happy Wedding. Nana sudah mempersiapkan diri untuk membaca nama yang tertera di dalam undangan itu.

Fabino Orlando dan Gabriella Carmen

Fabino datang menemuinya, bukan hanya penasaran karena Nana menghindarinya tapi ia juga ingin membagikan kabar bahagia atas pernikahannya dengan Gabi. Nana menutup lembar undangan itu dan memantapkan hati untuk melupakan kehancurannya malam ini dan kembali menjadi Nana yang kuat serta tegar.Nana akan menjadikan sesuatu yang terjadi pada hari ini sebagai pengalaman hidup berharganya.

*****

Piazza Novona merupakan alun-alun yang sangat besar dan indah, berada di pusat kota Roma, sebelah barat Pantheon. Lokasi ini selalu ramai dikunjungi oleh warga lokal maupun turis asing. Pada bagian sisi kanan dan kiri Piazza Navona terdapat deretan gedung-gedung megah khas arsitektur eropa.Untuk hari ini, Piazza Novona semakin ramai pengunjung, karena seorang aktor sekaligus model yang tengah naik daun sedang mengadakan pemotretan.

Pria berwajah tampan, yang memiliki rahang tegas, bola mata berwarna abu-abu terang serta tubuh yang dipenuhi otot-otot kencang, membuatnya terlihat begitu sempurna.

Pria itu tampak sibuk berdiskusi dengan fotografer sambil melihat hasil bidikan lensa kamera tersebut.

Pria itu juga memanggil managernya, ia memerintahkan untuk mengurusi persiapan keberangkatannya ke New York dalam rangka pemotretan sebuah majalah terkemuka di New York sekaligus menjalani misi terselubungnya. Bertemu dengan kekasih jarak jauh-nya yang kebetulan akan menjadi pasangannya di pemotretan majalah tersebut.

"Can't wait to see you, baby!"

***** 

JANGAN LUPA FOLLOW AKUN INSTAGRAM SHIN, BIAR GAK KETINGGALAN INFO TERBARU

[ Instagram : Akubebbyshin ]