"Lalu, ketiga. Karena wilayahku adalah hanya sebatas kamarku, dapur, ruang makan.. serta ruang santai yang sedang aku gunakan sekarang. Aku tidak diizinkan untuk melangkah ke ruangan manapun yang lain, tanpa seizin darinya. Bahkan jika suatu saat aku ingin menggunakan ruang tamu miliknya, aku diharusnya melapor dulu padanya. Dan jika disetujui, aku baru boleh menggunakannya?"
"Keempat. Aku tidak diizinkan untuk masuk ke kamarnya. Walaupun tentu saja, tidak ada alasan untukku melakukan itu. Tapi aku tidak diizin masuk ke dalam baik saat ada pemiliknya maupun tidak. Aku juga tidak diizinkan untuk masuk ke dalam ruang kerjanya sembarangan dan ruang bacanya tanpa permisi. Jika begitu, kenapa tidak sekalian saja kau meminta bosmu itu untuk menguncinya? Mengunci semua tempat yang tidak boleh kumasuki. Bukankah itu akan lebih mudah?"
Cleo meniup pelan rambutnya yang menggangu.
"Lalu, aku juga tidak diperbolehkan membuat keributan dan berisik. Mengganggunya dengan hal-hal lain yang tidak penting, juga tidak diperbolehkan. Dan karena aku hanya penghuni sementara di sini, aku diharuskan mengikuti semua aturan itu tanpa protes dan mengeluh. Aku harus bertindak sebagai bayangan. Yang bisa membuat bosmu itu merasa nyaman senyaman ia sebelum menikah. Benar-benar damai tanpa gangguan. Benar begitu 'kan?" ujar Cleo mengakhiri semua aturan gila yang ditekankan padanya dengan sikap meremehkan.
Dirga mengangguk.
"Anda benar," balas Dirga singkat.
Walaupun perjelasannya itu sedikit dilebih-lebihkan dan terkesan kurang baik, tapi semua yang dikatakan Nyonya Cleo adalah memang benar adanya. Ia memang telah meminta Cleo untuk melakukan semua itu atas perintah atasannya, Tuan Harry.
Dan jika wanita itu merasa kesal dengan semua aturannya itu, wanita itu jelas tidak bisa berbuat apapun. Karena itu sudah menjadi konsekuensi yang harus ditanggungnya.
***
Tuan Harry adalah pribadi yang sangat perfeksionis dan rapih. Ia tidak suka dengan segala sesuatu yang merepotkan dan membuang-buang waktu. Berinteraksi dengan orangluar, apalagi harus beramah-tamah dengan wanita yang tidak dicintainya, menurutnya itu akan sangat percuma.
Pernikahannya dengan Cleo adalah sebuah pernikahan yang terjadi atas dasar keterpaksaan yang harus diterimanya.
Harry tahu dengan pasti, sekalipun bukan saat ini tapi mungkin suatu saat, nenek pasti akan tetap memaksanya untuk menikah dengan cara apapun sampai ia berhasil.
Karenanya untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, Harry harus membuat beberapa batasan yang diperlukannya. Toh, istri kontraknya ini memang dibayar untuk itu.
Dan Dirga kebagian tugas sebagai pengingat dan juga penengah diantara mereka.
"Saya harap anda melakukannya dengan sebaik-baiknya," Dirga memberi penegasan kuat untuk menegaskan seluruh ucapannya di awal. Ia berharap Nyonya-nya yang baru ini bisa mengerti dengan baik situasinya sekarang. Wanita ini mau tidak mau harus menjalankan perannya dengan baik tanpa mengeluh.
Mendengar ucapan Dirga, Cleo kembali mengangguk dengan yakin.
"Kau tidak perlu khawatir. Aku tidak akan membuat masalah," balas Cleo dengan santai.
Dirga pun mengangguk.
"Dan satu hal lagi,"
Cleo melemparkan tatapan tidak senangnya lagi ketika Dirga kembali ingin menambahkan sesuatu.
"Masih ada lagi??" tanyanya kesal.
Karena kesal, Cleo mengira Dirga akan kembali menguruinya lagi dengan segala macam ceramah yang tidak menarik untuknya. Sampai-sampai ia sempat berpikir ingin menarik kembali kata-katanya dulu, soal Dirga yang dianggapnya punya dedikasi tinggi dan berprofesionalitas kerja yang luar biasa.
Untuk sekarang, dimatanya, pria itu tidak lebih dari sesosok ibu mertua yang cerewet dan banyak menuntut. Atau jangan-jangan sebenarnya Dirga memang adalah salah satu keluarga Harry yang tidak dipublish?
Ayah tiri Harry yang tidak diketahui khalayak ramai dan saat ini sedang berpura-pura menyamar menjadi asistennya? Sehingga, karena itu dia senang sekali merecoki pendatang baru di keluarganya?
Cleo melemparkan pandangan dengan malas.
Sementara Dirga, alih-alih berniat ingin memberikan ceramah, Dirga justru memberikan Cleo sebuah kartu hitam dari dalam saku jasnya. Cleo meresponnya dengan bingung.
"Apa ini?" tanya Cleo.
"Unlimited blackcard," jawab Dirga.
Cleo tak bergeming, "..??"
"Ini adalah kartu kredit unlimited yang bisa Anda gunakan untuk waktu-waktu tertentu. Jika ada yang mendesak atau ada sesuatu yang penting, anda bisa menggunakannya. Karena itu, saya sarankan anda menggunakannya secara bijak dan tepat. Semua transaksi akan selalu tercatat di bawah pengawasan saya," papar Dirga dengan beberapa intonasi yang mengisyaratkan bahwa dirinya akan selalu memantau apapun gerak-gerik Cleo melalui kartu yang diberikannya itu.
Apa kartu itu semacam bom berjalan?
Dimana jika Cleo menggunakannya diluar jalur, maka pria itu akan mengetahuinya dan bersiap untuk bertindak?
Cleo melemparkan senyum ramahnya sejenak. Ia menatap kartu hitam yang kini sudah ada di tangannya itu dengan perasaan ngeri sekaligus meremehkan. Seumur-umur, Cleo belum pernah melihat atau bahkan menyentuh kartu yang sangat langka dan berbahaya ini.
Tapi, berdasarkan apa yang pernah didengarnya, kartu langka semacam ini hanya bisa dikeluarkan dan diperuntukkan untuk orang-orang tertentu. Hanya mereka yang berasal dari kelas yang berbeda dan dari kalangan tertentu yang bisa memilikinya.
Dan siapapun yang memegang kartu tersebut, dia bebas menggunakannya sesuka hati tanpa perlu memikirkan batasan limit, yang mana kartu itu sendiri tidak memiliki limit.
Memikirkan begitu pentingnya kartu yang ia dapat, Cleo langsung buru-buru memasukkan kartu tersebut ke dalam dompet dan menyimpannya. Saat ini, ia masih belum menduga bahwa suatu saat kartu itu bisa menjadi bumerang untuk dirinya di kemudian hari.
***