"Apa? Dua belas juta.. t-tujuh ratus?" Cleo terbelalak tak pecaya ketika seorang kasir menyebutkan sebuah jumlah yang sangat fantastik untuk ia bayar demi sebuah makan siang yang tidak terduga. Ia melirik kasir itu dengan ragu.
"Apa kau yakin sudah menghitungnya dengan benar?" tanya Cleo penuh harap kasir itu salah menghitung jumlah bon tagihan miliknya.
"Sudah, Nyonya. Totalnya 12.785.000 rupiah. Anda bisa mengeceknya kembali sebelum membayar," Kasir ramah itu menyerahkan sebuah struk pada Cleo. Cleo hanya bisa menatapnya tidak berdaya.
Bagaimana ia bisa mengeceknya, jika ia saja tidak mengerti satupun nama-nama makanan yang tertera di dalam struk itu?
Ada sekitar delapan orang yang memesan makanan. Dan ia tidak tahu apa saja yang mereka pesan. Jadi darimana ia bisa tahu makanan mana saja yang benar disajikan di atas meja? Ia bahkan tidak tahu harga dari masing-masing menu!!
Buiankah ini adalah restoran berbintang dengan segala macam menu makanan yang memiliki nama yang aneh dan sangat tidak biasa dikuping Cleo? Cleo bahkan tidak ikut memesan apapun dan meminta nenek yang memesannya.
Jadi bagaimana mungkin Cleo bisa mengecek semua struk itu dengan baik dan benar?
Hari ini, karena tiba-tiba saja nenek Harry mengajaknya untuk keluar dan makan siang bersama, Cleo yang awalnya berpikir ia hanya akan diajak makan berdua saja dengan Nyonya Sofia, atau paling tidak kemungkinan mereka makan bertiga dengan Daniar yang mungkin saja juga akan diajak.
Siapa yang akan menyangka bahwa Nyonya Sofia justru malah mengajak serta semua teman dekatnya untuk ikut makan bersama tanpa Daniar!
Tak masalah memang. Tapi yang menjadi masalah adalah secara mendadak ketika kiranya hampir semua orang telah selesai dengan makanannya, Nyonya Sofia tiba-tiba mengujarkan sesuatu pada Cleo.
"Cleoku, sayang. Tolong kau bayarkan dulu ya makanan ini," bisik Nyonya Sofia pelan sambil menyunggingkan seulas senyum, yang menurut Cleo sama sekali tidak terlihat manis. Justru sebaliknya mematikan.
Apa? Aku yang bayar??
Seperti ada suara sel otak yang pecah. Pushh..!! Cleo mau tidak mau menjadi panik.
Ia mengumpat dalam hati. Ditatapnya Nyonya Sofia dengan ragu kemudian pasrah. Sambil berjalan ke arah meja kasir, Cleo bergumam pelan beberapa kali di dalam hati.
'Kenapa aku merasa ada sesuatu yang salah di sini? Bukankah nenek yang mengajakku keluar? Dan bukankah nenek yang memiliki lebih banyak uang daripada aku? Dan yang terpenting dari itu semua, bukankah mereka semua itu adalah teman-teman nenek?? Kenapa aku seolah merasa ada yang tidak benar dalam kasus ini?'
'Oh Tuhan! Berapa kira-kira harga semua makanan ini?' Cleo menggigut bibir bawahnya dengan gelisah.
Dan benar saja! Jumlah tagihan yang dibebankan benar diluar ekspetasinya. Cleo bahkan sampai harus meminta si kasir untuk memeriksanya ulang sangking tidak percayanya.
Tapi alih-alih menghitungnya ulang, si kasir wanita itu malah meminta Cleo untuk mengeceknya ulang sendiri. Benar-benar dibuat sakit kepala.
Beruntung, hari ini ia membawa kartu kredit milik Harry yang diberikan Dirga padanya kemarin. Jika tidak Cleo akan menangis kegilaan karena terpaksa harus menghabiskan uang 3bulan gajinya selama ia pernah bekerja dulu, hanya untuk satu kali makan, untuk satu keluarga. Keluarga yang bukan keluarganya!
Luar biasa!!
"Pakai ini," seru Cleo sambil menyerahkan kartu CC Harry dengan enggan.
Walaupun ia tahu kartu itu bukan miliknya, tapi Cleo merasa cukup berat untuk menyerahkan kartu kredit tersebut pada si kasir. Bagaimanapun Dirga telah berpesan padanya untuk mengunakan kartu itu dengan sebaik dan sebijak mungkin.
Kini situasinya mendesak. Untuk keperluan neneknya sendiri, Cleo yakin Harry tidak mungkin akan protes. Bukankah ini salah satu tindakan yang bijak?
Jadi karena itu, Harry tidak mungkin akan marah bukan?
"Terimakasih, Nyonya. Ini kartu anda," setelah selesai mengesek kartu Cleo di mesin pembayaran, kasir itu mengembalikan kartu Cleo.
Cleo langsung mengambilnya dan tersenyum.
"Sama-sama," serunya sambil berlalu pergi dan kembali ke kerumunan orang yang bersamanya tadi.
***
"Nenek, aku sudah membayarnya. Apa kita akan langsung pulang?" tanya Cleo pada Nyonya Sofia ketika ia kembali.
"Tentu tidak, sayangku. Ini masih terlalu pagi. Aku ingin kamu menemaniku jalan-jalan lagi. Kita akan pergi ke destinasi berikutnya," jawab Nyonya Sofia sambil tersenyum senang.
Ia berjalan keluar dari restoran diikuti oleh teman-temannya yang lain.
Awalnya semua orang berjalan keluar scara bersamaan. Tapi, karena masih ada beberapa hal yang harus dikerjakan oleh teman-teman nenek yang lain, semua teman nenek memilih untuk pulang lebih dulu.
Hingga akhirnya, tinggallah Cleo dan Sofia berdua saja di dalam mobil dengan supir pribadinya. Mereka pergi ke sebuah pusat perbelanjaan yang ada di pusat kota yang ada di dekat restoran tempat mereka makan tadi.
"Cleo.. lihatlah! Bukankah batu ini sangat bagus?" tanya Nyonya Sofia pada Cleo, ketika ia melihat sebuah perhiasan yang sangat menarik hatinya.
Sebuah liontin berbatu zambrut warna hijau kebiruan yang berpendar-pendar dengan cantiknya di bawah sinaran lampu salah-satu toko yang mereka kunjungi.
Mendengar namanya disebut dan dimintai komentar. Cleo yang sejak tadi terus mengikuti Nyonya Sofia di belakang, langsung mendekat.
"Benar, Nek! Batu liontinnya sangat cantik!" jawab Cleo. Ia sendiri tidak memahami terlalu banyak soal perhiasan. Tapi sepertinya perhiasaan itu sangat mahal harganya dan juga cantik.
"Pilihan Anda sangat tepat, Nyonya. Liontin ini baru saja dikeluarkan oleh salah satu desainer liontin ternama Aidem Smirtz yang baru saja dipasarkan. Jika Anda adalah pengamat perhiasan, Anda tentu mengenal nama itu," ujar si penjaga toko yang sejak tadi sudah terus mempromosikan produk miliknya dan berada di dekat terus-menerus sejak tadi.
"Oh, benarkah?" balas Nyonya Sofia.
"Benar, Nyonya. Dan mereka hanya mengeluarkannya beberapa buah saja untuk model ini," ucap si penjaga toko menambahkan.
Cleo yang tidak mengerti siapapun itu desainer terkenal yang disebutkan si penjaga toko hanya bisa manggut-manggut tak mengerti.
"Apa Nenek ingin membelinya?" tanya Cleo.
"Ya, Nenek ingin sekali membelinya. Tapi.." Nyonya Sofia menampilkan sikap ragu-ragunya.
"Tapi..?"
"Apa kamu mau membelikannya untuk Nenek?" tanya Nyonya Sofia.
Cleo spontan melongo, "Ya?"
"Nenek lupa membawa uang atau kartu kredit," lanjut Nyonya Sofia.