Maya telah menyerahkan anting yang ditemukannya pada Agung, dan Agung mengatakan akan menyelidiki lebih dalam lagi dengan meminta bantuan detektif kenalannya sedangkan ia sibuk mencari informasi tentang saudara laki-laki Rahayu tapi untuk itu ia harus menemukan dulu keberadaan pasti kediamannya karena itu adalah kunci untuk mendapatkan hak Maya kembali.
Meskipun begitu Maya tidak diam saja menunggu, dia tetap belajar dengan Verronica dan mempersiapkan dirinya agar nanti setelah semua menjadi miliknya kembali ia pantas dan telah siap mengelola grup Wings.
Tapi ia tidak melupakan tugasnya sebagai seorang istri, ia tetap merawat Marve dengan baik dan fokus pada kesembuhan Marve lebih lanjut.
Marve masih belajar berjalan kini, setiap pagi Maya selalu rajin membantu Marve berjalan meskipun terkadang ia harus terjatuh seperti saat ini membuat tubuh Maya terhimpit.
"Astaga mas, aku rasa aku harus memeriksakan tulangku pada dokter, sudah berapa kali kamu jatuh diatas tubuhku?" Gerutu Maya saat Marve baru saja mengangkat tubuhnya dan kini berbaring bersamanya diatas rumput di halaman belakang rumahnya.
"Ayolah sayang, aku tidak seberat itu." Protes Marve tidak terima.
Maya kemudian memiringkan tubuhnya dan menghadap kearah Marve, wajahnya ditutupi rumput-pumput yang memanjang membuatnya terlihat sangat tampan.
"Kalau dilihat-lihat kamu tampan juga mas.."
Marve menoleh dengan cepat "Tampan juga? Aku memang sudah tampan sejak lahir, dek.." Protes Marve tidak terima.
"Benarkah? Aku rasa biasa saja." Ucap Maya sebenarnya ia hanya menggoda Marve saat ini.
Marve memiringkan tubuhnya dengan cepat.
"Lihatlah baik-baik, dek. Ketampanan suami mu yang hakiki ini." Ucap Marve, ia tidak terima Maya mengatakan jika ia baru menyadari ketampanannya.
Maya masih dengan ekspresi menyebalkannya yaitu bermain-main dengan wajah tampan Marve.
Ia menyentuh alis tebalnya, mata ovalnya, hidung mancungnya, juga bibir merahnya.
Bibir merahnya.
Mengapa Maya seperti merindukan kecupan manis dari bibir ini, ini sudah lama sekali setelah hari berdukanya ia tidak lagi bermesraan dengan Marve dan kini ia mulai menginginkannya.
Marve sebenarnya merasakan hal yang sama tapi ia menahan diri, Maya tengah berduka ia tidak mungkin meminta Maya bermesraan dengannya jadi ia hanya menunggu Maya kembali ceria.
Dan saat Maya memandang bibirnya seperti saat ini, hatinya seakan ingin meloncat karena debaran yang begitu kencang terasa.
Matanya terpejam, merasakan bagaimana Maya mengecup bibirnya singkat.
Mereka masih saling memandang dan tersenyum, Marve membelai lembut rambut Maya.
"Kamu telah kembali..." Ucapnya pelan.
Maya mengangguk dan menjawab, "Terima kasih karena telah menungguku.." Sahutnya tidak kalah lembut.
Dewi tahu apa yang akan terjadi selanjutnya jadi ia meminta semua pelayan untuk pergi meninggalkan halaman dan membiarkan Maya dan Marve menghabiskan waktu indah mereka.
"Langit hari ini sangat cerah, tapi tidak secerah wajahmu." Ucap Marve berbisik.
Wajah Maya memerah, setiap kali Marve merayunya dengan mengatakan hal manis yang terkadang berlebihan, ia selalu merasa tersipu seperti saat ini.
"Angin yang berhembus juga terasa sejuk tapi ucapanmu lebih menyejukan hatiku, mas..." Balas Maya, entah darimana kalimat semanis itu datang, ia hanya ingin mengatakannya saat angin berhembus lembut membelai wajahnya.
Mereka kembali tersenyum kini, Marve sedikit menopang tubuhnya dan mengalihkan kilau matahari yang akan menyilaukan mata Maya lalu sedetik kemudian ia menciumnya lembut dan hangat.
Meskipun tangan kirinya belum sembuh total tapi itu tidak menghalanginya sama sekali untuk mencium Maya lembut.
Ia mengecup kelopak mata Maya yang terpejam, lalu mengecup hidungnya dan kemudian menyesap bibirnya lembut.
"Mas.."
"Ya sayang.."
"Aku mencintaimu..."
"Aku juga mencintaimu... "
Maya kembali memejamkan matanya saat merasakan kecupan mesra yang dilayangkan oleh Marve padanya.
Seperti haus akan perasaan masing-masing yang semakin dalam, mereka hanyut dalam buaian kecupan hangat penuh cinta.
"Jangan pernah bersedih lagi, aku akan selalu ada untukmu dek."
Maya mengangguk, setelah semua ciuman mesra itu, Marve merebahkan tubuhnya kembali disebelah Maya.
Mereka tersenyum saat melihat bagaimana pesawat terbang melintasi langit menembus awan putih di atas langit yang biru.
Musim hujan sepertinya hampir berakhir, dan awan cerah mulai terlihat belakangan ini.
Dengan tangan saling menggenggam mereka memulai kehidupan baru penuh cinta dan perjuangan dalam diam Maya untuk mendapatkan kembali haknya.
Ya sampai saat ini Maya belum menceritakan tentang masa lalunya pada Marve, ia menunggu Agung kembali membawa pamannya, sampai saat itu tiba Maya akan tetap seperti ini, hidup bahagia tanpa membebani Marve.
Sementara itu, Agung baru akan pergi ke Beijing dan telah berada di dalam pesawat kini tapi sebelum itu ia telah berpesan pada Andre.
"Jika kamu ingin aku mempertemukanmu dengan Maya sebagai Andrean sahabat kecilnya maka lakukan sesuatu untuk ku agar aku dapat mempercayai jika niatmu memang benar untuk menolong Maya."
Andre mendengar dengan jelas ucapan Agung saat ia baru melangkah memasuki pintu masuk grup Wings.
Ia berjalan kearah resepsionis dan resepsionis mengantarnya menaiki lift.
Maya...
Aku akan membuktikan padamu bahwa cintaku tidak main-main!
Aku akan melakukan apapun untukmu...
Meskipun kamu tidak mengetahuinya...
Aku tidak masalah...
Asalkan kamu bahagia...
Mati dalam kesakitanpun aku bersedia...
Agung mengatakan padanya bahwa Maya hanya memiliki mereka saat ini sebagai keluarganya, jika hubungan suami istri bisa retak tapi tidak dengan hubungan kekeluargaan.
Jika tidak dapat memiliki hatinya sebagai seorang kekasih maka miliki hatinya sebagia seorang keluarga.
Dengan menahan nafasnya dan mengepalkan tangannya, Andre melangkah masuk kedalam ruangan yang telah di tunjukann oleh resepsionis yang membawanya.
Andre menyunggingkan senyumnya saat menatap Kania yang tengah duduk dibalik mejanya.
"Selamat bergabung dengan perusahaan kami pengacara Andrean Halim." Ucap Kania menyambut.
Ya, Andre baru saja diterima sebagai kepala penasehat hukum di grup Wings.
Kania sama sekali tidak tahu jika Andre adalah putra dari Agung, pria yang pernah dipecatnya enam tahun yang lalu.
Kini ia malah merekruitnya sebagai kepala penasehat hukumnya.
Dan kisah baru telah dimulai, mungkin di babak pertama mereka kalah dan kehilangan tapi tidak untuk kali ini..
Mari berjuang bersama hingga Kania tercekik hingga tidak mampu lagi bernafas.
...