Chereads / Main Love / Chapter 60 - M Love M (2)

Chapter 60 - M Love M (2)

"Kali ini aku tidak akan gagal memilikimu sayang..." Bisik Marve tepat ditelinga Maya.

Maya memejamkan matanya, jantungnya berdebar tidak beraturan saat merasakan hembusan nafas Marve ditengkuknya, meskipun begitu ia menantikan saat Marve menyentuhnya.

Marve tersenyum, Maya sudah sangat bersedia dan bersiap, ia bahkan mengangkat sedikit kepalanya hingga leher jenjangnya dapat terlihat dengan sempurna, tapi kemudian Marve beranjak bangun.

"Mari kita berenang sayang." Ucap Marve, Maya membuka matanya dan Marve telah menanggalkan pakaiannya dan hanya mengenakan celana pendek.

Maya beranjak bangun saat Marve memberikannya baju renang tepat di hadapannya.

Menyebalkan karena Marve mempermainkannya! Dengan wajah ditekuk menutupi rasa malunya, Maya kemudian meraih baju renang pemberian Marve dan melangkah menuju kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.

Maya melangkah keluar, ia mencari cermin untuk melihat penampilannya.

Baju renang berwarna hitam yang dikenakannya tidak terlalu terbuka di bagian depannya bahkan dibawahnya ada seperti renda rok yang menutupi bokongnya.

Maya begitu menyukai baju renang ini kecuali bagian punggungnya yang sangat terbuka.

Setelah memastikan penampilannya, Mayapun berjalan kearah kolam renang dan mendapati Marve baru saja mengambil nafas setelah berenang dan rambutnya yang dia tarik kebelakang membuatnya sangat terlihat maskulin terlebih saat otot tangannya melengkung membentuk pola kekar yang membuat Maya tidak dapat mengalihkan pandangannya.

"Tampan sekali..." Maya menjerit dalam hati dan terus melihat Marve yang tengah berenang tanpa berkedip.

Maya membalikan tubuhnya yang merasa tidak kuat melihat kegagahan Marve yang berenang disana.

"Aku bisa gila..." Ucap Maya sambil memegangi dadanya yang seolah ingin meloncat keluar, tapi kemudian Maya merasakan tubuhnya menjadi basah dan perlahan ia merasakan jika seseorang menariknya kedalam air.

Maya mengangkat kepalanya dan mengambil nafas setelah secara tiba-tiba ia tercebur ke dalam kolam yang tentunya semua akibat ulah Marve.

"Kamu ingin membunuhku?" Maya mengoceh kesal, Marve sama sekali tidak perduli dengan ocehan Maya, ia hanya tersenyum dan kemudian mencium Maya singkat dan membuat Maya bungkam seketika.

"Kamu bisa berenang , dek?" Tanya Marve.

"Tidak..."

"Aku akan mengajari mu..."

Dengan perlahan Maya meraih tangan Marve yang berenang mundur dan mengajarinya berenang perlahan.

Sebenarnya Maya bisa berenang, saat kecil dulu kedua orangtuanya selalu mengajaknya berenang ketika mereka memiliki waktu senggang tapi kini Maya hanya berpura-pura untuk membalas Marve yang telah mengerjainya tadi.

"Aku lelah sayang... Aku akan beristirahat sebentar disini." Ucap Maya, ia bersandar ditepian.

"Baiklah.. tunggu mas sebentar ya sayang."

Maya mengangguk, ia melihat bagaimana Marve berenang dengan penuh semangat.

Lalu kemudian Maya mulai menenggelamkan dirinya dan berenang menyusul Marve.

Didalam air Marve membuka matanya lebar saat melihat Maya berada dihadapannya tengah tersenyum didalam air sama sepertinya.

Marve mengangkat tubuhnya dan mengambil nafas karena begitu terkejut, Maya masih berenang dan sekali-kali menyelam.

"Kamu menggodaku.." Marve kemudian kembali berenang mengejar Maya, Maya sangat pandai berenang dang begitu lincah membuatnya kesulitan mengejarnya sampai akhirnya ia dapat menyusulnya dan sedetik kemudian ia menarik Maya dan menciumnya didalam air.

Maya menarik nafas dalam, memasukan semua udara kedalam kerongkongannya saat berhasil menarik tubuhnya dari dalam air.

"Kamu gila.. aku bisa mati dibawah sana." Maya mengoceh sambil terus mengatur nafasnya.

Marve juga demikian, ia masih mengatur nafasnya tapi wajahnya tetap tersenyum "Kamu membohongiku soal tidak dapat berenang?" Marve menarik tubuh Maya dan membuat mereka tidak memiliki jarak lagi.

"Kamu yang terlalu pandai mengajariku." Jawab Maya menggoda.

"Biar aku ajarkan kamu satu hal lagi." Bisik Marve, sedetik kemudian ia kembali mencium Maya lembut dan menuntut, tangannya meraba punggung polos Maya membuat Maya menjadi lemas seketika.

"Aku masih belum selesai mengajarimu.." Ucap Marve, suaranya serak sungguh membuat Maya tergoda dan akhirnya mengikuti ajakan Marve untuk menenggelamkan tubuh mereka kembali dan berciuman didalam air dengan penuh gairah.

Marve mengangkat tubuh Maya, agar Maya dapat mengambil nafas dan setelah itu kembali menciumnya, Maya kemudian melingkarkan kakinya dipinggang Marve saat Marve perlahan berenang keluar dari dalam kolam.

Air menetes dari tubuh mereka saat Marve menurunkan tubuh Maya

Marve kemudian menurunkan baju renang Maya yang basah membiarkannya tergeletak dilantai begitu saja bersama dengan sisa pakaian yang dikenakannya.

Ia membawa Maya menuju kamar mandi untuk membilas diri, Marve menciumnya tanpa jeda saat air membasahi tubuh polos mereka, mengecup setiap lekuk bahu Maya yang melengkung sempurna sedangkan Maya ganya mampu perpegangan agar tidak terjatuh karena setiap sentuhan yang Marve berikan padanya sungguh membuatnya lemas sekaligus candu yang membuatnya menginginkan lebih dan lebih lagi.

Maya mengangkat kepala Marve dan menatapnya lekat, nafas mereka masih terengah tapi bibir Marve seperti memanggilnya hingga ia menjinjitkan kakinya agar dapat menjangkau bibir Marve dan menyesapnya kuat.

Marve memejamkan matanya, bagaimana Maya dapat membuatnya mabuk kepayang seperti ini hanya dengan esapan lembut dibibirnya dan membuatnya sangat tidak sabar hingga mengangkat tubuh Maya dan membuat Maya melingkarkan kakinya dipinggang polosnya.

Tubuh Marve memanas kwtika perlahan Maya menyesap lidahnya dan menautkannya, ia sudah tidak dapat menahan diri lagi dan setelah membungkus tubuh Maya dengan handuk , Marve membawa tubuh Maya keluar dari kamar mandi lalu mendudukannya di atas tempat tidur dwngan lembut.

"Sekarang adalah pelajaran sesungguhnya.. bersiaplah sayang.. karena aku akan memberikanmu pelajaran yang indah." Bisik Marve, ia kembali mencium Maya dan menyesap bibirnya penuh tuntutan dan kemudian mengingkirkan handuk ditubuh Maya.

Mata Maya terpejam saat merasakan setiap kecupan hangat yang Marve lakukan pada setiap lekuk tubuhnya.

"Marve.." Maya mengerang, Marve kemudian kembali mencium Maya dan menyesap lidahnya, ia menikmati setiap detik saat Maya membalas kecupannya.

Maya mengalungkan tangannya ke leher Marve, ciuman mereka yang sangat memabukkan membuat Maya tanpa sadar meraba dada Marve dan merasakan detak jantung Marve yang bersetak kencang tidak berirama.

"Maya.. aku menginginkanmu." Marve mengerang saat Maya mengecupi tengkuknya dan menyesap lembut leher Marve.

"Aku juga menginginkanmu Marve.." Balas Maya, nafasnya terengah, ia kemudian kembali mengangkat wajah Marve dan menciumnya, menyesapnya dan memasukan lidahnya kedalam rongga mulut Marve.

"Kamu cepat sekali belajar sayang..." Marve membelai lembut rambut Maya setelah ciuman mereka selesai.

"Aku belajar dari seseorang yang sangat ahli.." Jawab Maya, wajahnya sangat menggairahkan membuat Marve tidak dapat menahan diri untuk tidak mencium Maya kembali.

"Seumur hidupku.. hanya kamu wanita satu-satunya yang pernah ku sentuh "

Maya tersenyum, ia begitu senang mendengar bahwa tidak adalagi wanita lain yang berada dibawah tubuh Marve selain dirinya.

"Sungguh?"

Marve mengangguk laku berbisik "Tidak ada yang dapat mengalahkan naluri seorang pria."

Wajah Maya memerah "nalurimu sangat.." Maya tidak sanggup melanjutkan ucapannya jadi kemudian ia berbisik membuat wajah Marve berbinar.

"Aku mencintaimu Maya.."

"Aku juga mencintaimu Marve.."

Tubuhnya memanas saat perlahan Marve menyatukan tubuh mereka, begitu sakit hingga Maya tidak sadar jika ia menggigit bibir Marve hingga memerah dan sedikit berdarah.

"Maafkan aku.." Maya meneteskan air matanya saat tersadar akan apa yang baru saja dilakukannya membuat bibir Marve sedikit membengkak.

Marve tidak menjawab, ia tahu Maya jauh lebih merasakan rasa sakit jadi ia hanya mengecup bibir Maya kembali lembut dan mulai menguasai tubuh Maya perlahan dengan hentakan lembut dan kecupan manis mengecupi setiap centi lekuk tubuh Maya yang mampu membuat Maya mengerang.

Suara erangan terdengar memenuhi kamar mereka saat penyatuan cinta yang menyempurnakan pernikahan mereka terjadi disore ini.

Hujanpun perlahan turun membuat suasana dingin melengkapi percintaan mereka yang hangat dan lembut penuh cinta dan kasih sayang.

....