Tatapan mata Antoni terhadapku terasa melebihi dinginnya angin yang kurasa di malam ini .
Aku mengakui kekhilafan ku kepadanya , mungkinkah ini rasa cemburu ku ? atau rasa pemberontakan dalam di dalam jiwaku . Akupun tidak dapat memahami jiwaku . Aku mencoba mendekati Antoni , dan berkata kepadanya ....
" Antoni , apakah lo masih marah sama gue ? lo masih belum terima maaf dari gue ?".
Antoni menatapku dan dengan nada pelan dia berkata kepadaku .
" Anjani , rasa marah gue sama lo lebih kecil dari rasa cinta gue ke lo..! walaupun gue masih harus menunggu puluhan tahun lagi, gue tetep akan selalu setia menunggu jawaban dari lo..".
Antoni memeluk tubuhku dan mencium keningku , aku pun merangkulnya dan tersenyum manis kepadanya . Mendengar semua ucapan yang di ungkapkannya, itu membuat ketakutan ku akan dirinya semakin besar ,
Aku takut untuk benar benar jatuh cinta kepadanya ,
tapi aku sangat menyayanginya , hanya dia yang selama ini menemaniku dalam suka maupun duka ku .
Aku merasa , saat ini aku harus bisa bangkit dari kubangan lumpur yang telah aku buat sendiri . Jiwaku sudah semakin gila dengan realita percintaan yang tidak pernah aku harapkan .
" Oh Tuhan... harus apa sesungguhnya aku ini ?".
Kami berdua hanya bisa saling menatap dengan harapan yang tersembunyi . Tidak terlalu banyak keberanian ku untuk bertanya tanya kepada Antoni .
Berbeda dengan Antoni kepadaku , dia terlalu paranoid untuk ku . Aku menyayanginya dengan segenap jiwa ku , tapi aku tidak pernah ingin mengusik kehidupan nya . Mungkin itu yang membuat Antoni selalu berfikir
jika aku tidak mencintainya . Bila berkata tentang cinta,
Sejujurnya aku takut akan cinta , karena cinta yang telah membuat hancur kehidupan mama dan papa .
Aku lebih menjunjung kata sayang dari pada cinta , karena sayang lebih kecil resikonya dari pada cinta . Banyak orang menjadi buta dan gila karena cinta . Tapi dengan rasa sayang , Orang cukup tersenyum dan bahagia jika orang yang diliatnya bukan lah impiannya .
Banyak pelajaran yang kuambil dari pengalaman papa dan mama , dan aku tidak mau seperti mereka , aku tidak percaya akan takdir , tapi aku percaya realita , hidup ku ditanganku , langkah ku di kakiku , dan masa depanku ada di pemikiranku .
Aku melihat Matahari terbit kali ini begitu indah , seindah rencanaku di hari ini . Kulihat wajah Antoni yang masih tertidur di pinggiran pantai ,
" Gila... malam ini kita berdua tidur disini , untung ngga di usir satpam !" . aku berkata dan tersenyum sendiri .
" Antoni .... antoni... banguun.. ayuk cari sarapan , aku lapar niih ". Dengan rengekan manja aku akhirnya membangunkan Antoni .
" Eeeh... iyaa... jam berapa sekarang ?". tanya Antoni kepadaku .
" Eh iyaa... kita semalam mematikan ponsel karena takut kehabisan baterai ". Aku pun segera menyalakan ponselku , " Astaagaaaa.....!".
terkejut aku melihat isi ponsel ku , puluhan panggilan tak terjawab dari Oman dan sms yang masuk di ponselku karena semalam ponsel ini ku matikan maksudku karena agar irit baterai , tapi tidak kusangka akan seperti ini jadinya .
" Ada apa Anjani...??" . Antoni bertanya kepadaku sambil menggoyang goyangkan pundakku . Aku masih tertegun memandangi sms yang ada di ponselku .
Mataku terasa gelap dan napas ini terasa sesak , aku hanya bisa menangis , aku tidak berani bertanya kepada Antoni apa tujuan ku kali ini , aku hanya bisa menangis dan menangis , aku merasa Tuhan tidak adil kepadaku . Tuhan tidak ingin melihat ku merasakan bahagia . Air mata itu harus menetes dan terjatuh lagi .
Akupun bangkit dari dudukku , dan aku berlari meninggalkan Antoni yang sedang serius menelepon.
Jiwa ku saat ini hanya merasa ingin berlari dan terus berlari , walaupun pantai ini begitu luas tapi diriku saat ini ingin sekali mengelilinginya . aku ingin berlari sampai jiwa raga ini tidak mampu lagi .
" Paaaaappaaaaaaaaaaaa......!!!!!!!" . Akhirnya aku pun terjatuh , akhirnya aku kalah dengan emosiku , aku kalah dengan keinginan ku , aku kalah dengan keegoisan ku . Aku.... Untuk yang kedua kalinya , aku harus merasakan penyesalan yang teramat sakit di jiwaku . dan hanya bisa memanggil manggil nama nya , sakit... terlalu sakit ....
" Anjani ...! Anjani... udah ya jangan lari lagi.... hoossh ... hooossh... hoosssh..! perut gue sakit dan tidak kuat lagi mengejar lo...!" .
Dengan napas tersengal sengal , Antoni berlari menghampiriku , dia terduduk dihadapan ku lalu dia menghapus air mataku ...
" Anjani , kita sarapan dulu ya , baru kerumah sakit , gue takut lo sakit nanti dari semalam lo kan ngga mau makan ".
Aku hanya bisa menangis mendengar kata kata Antoni, karena aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan .
aku benar benar tidak bisa berfikir untuk yang kedua kali . Mama pergi meninggalkan diriku pada saat usiaku 17 tahun , dan kini saat usiaku baru 22 tahun... kini ,aku hanya bisa menangis dan menyesali hidupku .
Aku merasakan seperti mayat hidup punya jiwa tapi tak punya nyawa , Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, aku hanya bisa terdiam dan menangis... terdiam lagi dan menangis lagi , Jangan kan untuk melihat Antoni yang tak segan segannya menghibur dan menenangkanku , suara nya pun tak ku hiraukan sama sekali . Karena aku sendiri tidak mengerti apa yang kurasakan ini .
Aku hanya bisa mengingat rasa kebencianku terhadap papa , rasa dendam yang begitu mendarah daging ke pada papa , sejak papa masuk penjara aku hanya datang sekali bertemu dengannya , itu pun karena aku harus memberitahukan tentang kepergian mama , dan kini setelah bertahun tahun aku tidak memikirkannya , aku mendengar kabar tentang dirinya .
Dan kini aku hanya bisa meneriakkan namanya dalam derasnya airmata yang keluar dari kedua mataku .
Aku menyesal tidak memberikan nya kesempatan untuk memeluk ku , aku menyesal tidak memberikannya kesempatan untuk berfoto dengan ku , aku menyesal tidak memberikan nya kesempatan untuk mendengarkan alasannya kepadaku ....!
Aku menyesal kenapa aku terlahir kedunia ini...!
" Aaaaaahhhhhhhhkkkk.... !" . tanpa sadar aku berteriak , karena aku merasakan kepalaku menjadi terasa sakit sekali .
" Anjani , lo kenapa ?" . Antoni dengan sigap memegangi tubuhku yang hampir terjatuh . Aku tidak kuat rasanya menahan raga ini lagi . Aku pun ingin pergi dari dunia ini .
" Antoni , Anjani ...! ayuk cepat ke tempat informasi untuk pengurusan papa lo.. !". Oman pun memeluk ku dan berkata kepada kami . Oman adalah orang yang lebih dari sekedar teman , dia adalah saudara bagiku , dia seperti kakak bagiku , karena disetiap masalah ku , dia adalah orang pertama yang memasang badannya untuk ku . Dia tidak pernah berkata tidak bisa untuk ku
Sekalipun baginya tidak mampu , tetapi dia selalu berusaha mampu untuk ku .
" Oman... papa pernah berkata apa sama lo !" .
Oman pun menatap ku dengan tatapan tak percaya , dia terkejut mendengar kata kataku .
" Anjani , lo tau dari mana ?" . Oman pun bertanya kepadaku . Dengan senyum aku pun menjawabnya
" Hampir tiap minggu papa mengirimi gue surat , walaupun gue tidak pernah membalasnya , tapi papa tidak pernah berhenti untuk terus menyurati gue , karena bagi gue kebencian itu lebih penting dari pada memaafkannya ".
" Dari siapa lo dapat surat surat itu ??...
dengan cepat Antoni bertanya kepadaku .
" Dari sipir penjara yang merasa kasihan kepada papa".
dengan tidak berani menatap wajah Antoni , akupun menjawabnya .
" Kapan lo bertemu dengan dia ?" .
Antoni semakin penasaran denganku.
" Gue tidak pernah bertemu dengan sipir itu sama sekali , gue mendapati surat surat itu dari mang Ali , karena dia setiap minggu selalu membersih kan rumah gue , lo kan... yang menyuruhnya untuk setiap minggu mengecek rumah gue ?".
Sambil menatap Antoni aku menjawab pertanyaannya.
" Haaaiiiizzzz sudah... sudah... nanti saja membahas masalah ini , kita harus menyelesaikan formulir pengurusan papa lo dulu " .
Oman mengingatkan ku akan papa , kami pun bergegas menuju ruang informasi .
========== °°° =========