Tanpa Basa Basi...
Antoni segera meggandeng tanganku .
Seperti biasa setiap pagi sebelum berangkat sekolah dia harus menampakan mukanya kepada mamanya di ruang makan , sesungguhnya rasa kaki ini terasa berat bagaikan di rantai dengan bola bola batu yang segede gede gaban...
kaki ku seperti terseret seret melangkah menuju meja makan , kaku rasanya kaki ini ..
diujung meja makan sudah kulihatnya duduk anggun seorang wanita yang tak lain adalah mamanya Antoni .
Tapi hari ini kulihat 2 orang yang sudah duduk menunggu kami di meja makan.
Mama Antoni sudah duduk di kursi sebelah kanan , lalu ... siapakah dia yang duduk kursi tengah meja makan ini , apakah dia ayah nya Antoni.
Ku bertanya dalam hati , karena aku takut bersuara di tempat ini. Aku berfikir kenapa Antoni tidak belajar dari masalah yang terjadi kemarin.
" Pagi pa , ini Anjani , dia temanku , yang selalu kuceritakan kepada papa "
Dengan gaya santainya , Antoni menyapa papanya , dan duduk di sebelah kanan papanya.
Dan aku pun duduk di sebalah Antoni , sambil ku tersenyum hormat ku perkenalkan diriku kepada papanya..
" Saya Anjani Om..."
" Hmmmm... Kamu ternyata cantik yaa....
Pantas saja Antoni selalu memikirkan kamu "
Ternyata diluar dugaan ku, papanya Antoni sangat ramah dan baik . dan dia terasa tidak asing mendengar namaku..
" Paa... jangan memulai ricuh keadaan , nanti dia lari lagi dari rumah ini , papa harus tau , kemarin aku seharian membujuk dia untuk percaya kepadaku.
Hari ini , apakah papa mau membuatnya lari lagi , susah hidupku nanti paa.."
Aku merasa memang Antara Antoni dan papanya sangat terasa dekat , tidak ada rahasia yang di tutupi oleh mereka berdua..
Dimeja ini , aku merasa hanya aku dan mamanya yang seperti kambing conge , hanya diam megunyah makanan tanpa ada kata keluar sedikitpun dari mulut kami , sesekali mataku melirik wanita yang ada di hadapanku , aku berfikir ... seandainya aku menjadi dia , mungkin aku lebih baik lari jauh dari kluarga ini.
Daripada harus hidup bagai patung lilin di rumah ini.
" Pa , aku akan berangkat sekolah , pulang nanti aku akan pergi ke mall mau membeli peralatan buat Anjani , karena mulai saat ini dia akan tinggal disini sampai aku menikahinya ".
Tersedak rasanya aku di buat oleh Antoni , karena tanpa basa basi dia bicara kepada papanya seperti itu.
" Hadeh ini anak pagi pagi musti minum obat kayaknya.... !
Ku berkata dalam hati serasa menyimpan kesal dihati.
" Ooh... ya sudah , kalo itu yang menurut kalian benar, lakukanlah... tapi kalian musti ingat "
Papa kasih kamu kepercayaan sebagai anak yang sudah dewasa , maka buktikanlah jika kamu sudah dewasa..."
Dengan tangan kanan menepuk pundak Antoni , Papanya berkata bijak kepadanya.
Sungguh orang tua yang luar biasa bagiku.
benar benar berwibawa dimataku.
" Anjani , Papa titip Antoni bersama mu , tolong nasehati dia jika dia melakukan kesalahan .
Karena papa melihat dia sungguh sungguh terhadap mu "
Berdegup kencang rasa jantung ini , mendengar kata kata yang di ucapkan kepadaku .
Tidak ada nada amarah atau kebencian terhadap diriku , malah membuat ku menjadi malu dan salah tinggkah akan kepercayaan yang dia berikan kepadaku.
Mataku tertuju kepada wanita yang sedari tadi hanya diam tanpa patah kata sedikitpun.
Ingin rasanya ku menegurnya , tapi rasa takut ini lebih besar dari rasa keinginanku untuk menyapanya.
" Om .... Tante , Anjani pergi dulu ya.... terima kasih untuk semua kebaikannya "
Aku mencium tangan kedunya dan tersenyum bahagia melangkah kluar rumah Antoni .
Kamipun berdua berangkat kesekolah , ada rasa sungkan ku kepada Om dan Tante , karena kejadian hari ini diluar dari dugaan ku.
Aku benar benar tidak percaya , apa yang di katakan Antoni kepada Ayahnya , sehingga Om dan Tante tampak pasrah atas semua kelakuan Antoni.
" Anjani.... sudah puaskan lo... atas jawaban papa kepada gue . Gue dah bilang , papa bukan seperti yang lo bayangkan.
Apa yang gue ceritakan ke elo..semua tidak ada bohongnya .begitupun gue kepada papa..
Makanya dia tidak kaget saat ku perkenalkan dirimu kepadanya.
Akupun benar benar merasakan bahagia mendengar semua apa yang dikatakan Antoni.
Sepanjang perjalan kami kesekolah , kini Tak ragu lagi aku merangkul tubuhnya. ku pegang erat pinggangnya
Hingga sampai ke gerbang sekolah .
Akupun turun dari motornya dan berlari meninggalkannya...
" Anjani.... woooii Anjani , lo masih hidup...!!
" Alhamdulillaah.... ternyata ini bener elo , gue takutnya elo adalah arwah gentayangannya... "
Sudah tidak asing suara ini ditelingaku.
Rasanya ingin ku ketok kepalanya dengan batu bata yang besar supaya dia tidak menjadikanku lagi seperti tukang obat.
" Anjani...! dari mana aja sih lo , dari kemarin gue nyariin lo,,,, ga ketemu...!
sini lo... gue mo ngomomg !
Oman langsung menarik lenganku , dari sorot matanya akun melihat ada sesuatau yang harus dia ucapkan.
Anjani nyokap lo selalu nanyain lo , kenapa sih sebenarnya antara lo ma nyokap bokaplo.
gue ga tega liatnye.... tapi gue juga ga mau nge judge lo...gue tau perasaan lo...
tapi gue ga tau harus ngebela siapa , yang terpenting buat gue.. lo selalu baik dan sehat.
Oman tau seperti apa keluargaku , jadi di saat aku tertimpa masalah , dia tidak terlalu kaget mendengarnya
dan diapun tau mana yang baik dan buruk.
Sebenarnya aku ingin bertanya kepada Oman , bagaimana keadaan mama.
Jujur aku sangat merindukan mama.
Tapi aku masih belum berani.
Aku ingin kembali kepada mama.
============= °°° ==========