Chereads / The Second Throne / Chapter 30 - Servant and The Master (17)

Chapter 30 - Servant and The Master (17)

PELAYAN DAN TUANNYA__17th Part

"Kau sembunyikan di mana Tuanku?" tanya Ellgar dengan napas terengah-engah. Terence langsung memapah Jean yang nyaris tersungkur karena hantaman Ellgar barusan.

"Aku tidak menyembunyikan dia," jawab Jean. Tangan kanannya kembali mencengkeram dadanya yang semakin terasa sesak. Jantungnya juga berdegub kencang seperti habis berkelahi. Padahal jelas sekali kalau dia tak melakukan perlawanan apapun saat Ellgar meninjunya. Bahkan untuk berdiri sekarang pun sudah tidak sekuat biasanya. Tubuhnya bertumpu pada pagar kayu yang membatasi teras lantai dua.

"Diam kau, dasar laki-laki brengsek!" umpat Ellgar. "Jangan berharap aku mempercayai ucapanmu barusan. Aku tidak akan tertipu lagi. Kau pasti menyembunyikan Tuanku di salah satu ruangan di tempat ini," Ellgar melirik pintu yang ada di sebelahnya.

"Jangan sentuh pintu itu!" Terence nyaris melukai tangan kanan Ellgar yang hendak membuka pintu dengan sebuah belati. "Langkahi dulu mayatku," ucapnya dengan kedua tangan yang mengarahkan bilah pedang pada Ellgar. Pria di hadapannya tidak tinggal diam. Dia pun mempersiapkan senjata yang sama dan mulai menyerang.

"Aku tidak tahu siapa dirimu, tapi aku tahu kau sedang meremehkanku," Ellgar sudah tidak sabar lagi. Tubuhnya bergerak cepat mangadu pedangnya dengan milik Terence yang jauh lebih ramping. Tapi Terence sangat lincah. Dia melompat mundur kemudian menerjang balik, membuat Ellgar kewalahan.

Bunyi desing pedang sepertinya membuat perhatian Jean terpecah. Dia bisa melihat Illarion yang berdiri di lantai satu bersama dengan Evan yang tengah berhadapan dengan Eleanor. Sementara pertarungan antara Ellgar dan Terence seperti jadi tontonan gratis untuk publik dari balik jendela kaca. Mereka tak tahu harus menyoraki siapa karena tak satupun dari kedua orang itu mereka kenal dengan baik. Warga desa hanya berteriak riuh ketika salah satu dari mereka jatuh atau berhasil memukul mundur lawannya.

"Illarion sepertinya berhasil mempengaruhi Ellgar," lirih Jean mendapati lencana perak yang menggantung di sabuk pedang milik Ellgar. Pria itu semakin marah ketika tahu Illarion justru tersenyum menyaksikan Ellgar dan Terence beradu pedang di hadapannya dan seolah yakin Ellgar yang akan menang. Beberapa saat kemudian, pintu kamar Jean terbuka dan Luce berdiri di sana sambil menatap Ellgar yang langsung menghentikan serangannya.

"Tuan!" seru Ellgar nyaris tersenyum senang sebelum angin kencang menghempaskan pedang miliknya jatuh berkelontang di lantai satu. Pria itu menggenggam pergelangan tangan kanannya yang mati rasa dan sadar kalau seluruh tubuhnya tiba-tiba tak bisa digerakkan. "Tuan Luce, ini aku, Ellgar Wagner, pelayan setiamu."

*bersambung ke part berikutnya