Chereads / The Second Throne / Chapter 31 - Servant and The Master (18)

Chapter 31 - Servant and The Master (18)

PELAYAN DAN TUANNYA__18th Part

Jean sempat mendengus saat mendengarkan Ellgar membela dirinya sendiri. "Pelayan setia apanya?" lirihnya. "Menerima suap dari seseorang yang akan membunuh tuannya sendiri, cih. Aku lebih baik mati dipenggal daripada mempermalukan diriku sendiri."

"Diam, kau!" Ellgar berteriak. "Setidaknya aku masih lebih baik daripada seorang kakak yang berpura-pura mati dan menerlantarkan adiknya selama sepuluh tahun di sarang kriminal."

"Orang ini..." Jean menggeram, tapi dia hanya bisa berdiri mematung menyaksikan Luce berjalan mendekati Ellgar. Semua orang di lantai satu pun dapat melihat pemandangan yang sama. Luce tak bicara sepatah kata pun sampai tangan kanannya meraih leher pria berambut pirang di hadapannya.

"Semua yang menghalangi jalanku harus dibinasakan," kata Luce. Netranya yang merah dan simbol Phoenix yang terlihat jelas di dahi Luce, semakin membuat Ellgar yakin kalau yang ada di hadapannya saat itu, bukanlah tuan yang dia layani selama ini. "Kalau kau tak bisa memberikan darahmu padaku, wahai anak manusia," Luce mengangkat tubuh Ellgar hingga kedua kaki pria tersebut melayang, "maka, menyingkirlah dari hadapanku!"

Ellgar kemudian dilemparkan menembus jendela kaca hingga jatuh di luar halaman. "Tuan Wagner!" Evan menjerit dan langsung berlari keluar untuk menyelamatkannya, sementara Illarion masih jadi penonton setia di tempatnya semula berada.

"Dan kau," Luce mengalihkan perhatiannya pada Jean kemudian mendekati pria itu. "Apa kau bisa memberikan darahmu itu lagi padaku? Darahmu itu benar-benar lezat tahu. Kalau hanya beberapa tetes saja, tidak akan bisa membangkitkan kekuatanku sepenuhnya. Bukankah kau yang paling menginginkan hal itu, Jean St. Claire."

"Kau... Kau adalah iblis api itu?" tanya Jean, kemudian tanpa perlu jawaban, dia melepas kembali perban yang membalut telapak tangannya kemudian menyodorkannya pada Luce.

"Aku tidak mau itu lagi," Luce menggeleng dan langsung memeluk Jean dengan lembut setelah berada di dekatnya. "Aku ingin darah yang lebih segar," pemuda itu berbisik, membuat tubuh Jean gemetar tak karuan. Dia tidak tahu harus melakukan apa. Menolak permintaannya, sama saja dengan minta dibunuh, tapi menurutinya juga merupakan hal yang sama. "Tenang saja, aku tidak akan menghabiskan semua darahmu kok. Hanya satu gigitan saja."

"Tuan Besar!" Terence berteriak sebelum tubuhnya terlempar jauh karena berusaha menyelamatkan Jean. "Sialan, apa yang dilakukan Tuan Muda pada Tuan Besar," lirihnya sembari menyengkeram perutnya yang sakit. Entah kenapa seperti tak seorangpun mampu mendekati Luce setelah dia keluar dari kamar. "Sepertinya Tuan Besar telah melakukan perjanjian darah dengan iblis itu. Aku sampai tak menyadarinya sejak tadi. Pantas saja Tuan Besar kelihatan tidak enak badan. Rupanya dia telah memindahkan seluruh kekuatan Phoenix ke dalam tubuh Tuan Muda dan sekarang Tuan Muda jadi tidak bisa mengendalikan tubuhnya sendiri. Iblis itu pasti sudah mengambil alih kesadaran Tuan Muda."

"Sekarang aku semakin leluasa bergerak dengan tubuh ini. Kau benar-benar tahu seleraku, Anak muda. Terima kasih," Luce mengelap darah di ujung bibirnya dengan lengan kemeja putih yang dia kenakan. Dia kemudian melompat turun ke lantai satu untuk berhadapan dengan Illarion yang mendadak tersenyum. "Ada apa dengan senyuman manismu itu, Putra Mahkota? Apa kau tidak takut aku membakar seluruh isi kota ini seperti sepuluh tahun lalu? Ah ya, aku lupa. Waktu itu kau hanya seorang bocah yang berlindung di balik gaun ibunya." Luce menahan tawanya.

"Aku tahu apa yang akan kau lakukan padaku sekarang, tapi aku tak akan membiarkanmu melakukannya di tempat ini," Illarion melirik Jean yang sedang berjalan menuruni anak tangga dibantu oleh Terence. Dia kemudian berkata, "Jadi ini rencanamu menculik Pangeran Lucas? Menjadikannya sebagai tameng untuk melawanku. Kakak macam apa kau ini? Aku berusaha mengembalikan posisinya sebagai Pangeran Kedua Alcander tapi kau mengubahnya jadi seorang iblis?"

*bersambung ke part berikutnya