Chereads / The Second Throne / Chapter 25 - Servant and The Master (12)

Chapter 25 - Servant and The Master (12)

PELAYAN DAN TUANNYA__12th Part

"Hormat hamba pada ayahanda," Illarion berlutut di depan Raja Abraham yang sedang menduduki tahtanya. Beberapa pegawai kerajaan tampak berbaris rapi membentuk lorong panjang di tepi karpet berwarna merah. Pada saat yang bersamaan, Ellgar digelandang masuk dan dipaksa berlutut di sisi Illarion. Kedua matanya sama sekali tak bisa menatap langsung wajah sang Raja. Keringat dingin pun bercucuran di seluruh tubuhnya. Berbeda dengan Illarion yang tampak tenang. Baginya prosesi menangkap penjahat seperti ini sudah biasa dia lakukan untuk menambah nilai plus dirinya di hadapan sang Raja.

"Apa dia benar-benar akan melaporkan aku karena penyamaranku?" Ellgar membatin. "Bukannya dia yang mengirim surat ke Axton untuk mencari Tuan Muda Luce dan mengembalikannya ke tempat ini. Apa-apaan dengan wajah santainya itu? Tuanku menghilang dan aku yang harus menanggungnya?"

"Ayahanda, mohon ampuni ketidakbecusan putramu ini dalam melaksanakan tugas," Illarion mengambil alih seluruh perhatian yang ada dalam ruangan megah beratapkan kaca tersebut. Semua orang langsung berbisik dan berasumsi sesuai keinginan hati mereka. Tak peduli benar atau salah. Pada dasarnya setiap manusia adalah sama. Lidah mereka lebih panjang daripada otak mereka. Yang mereka pikirkan hanya kepuasan hati mereka masing-masing. "Sebenarnya, hamba berhasil membawa kembali Pangeran Kedua kemari, tapi hamba terlalu sibuk berpesta sampai tidak tahu kalau ada orang asing yang menculiknya," Illarion melanjutkan. "Pria di sebelah hamba adalah saksinya. Archerias yang pernah menyerang Pangeran Kedua di Kerajaan Axton melakukan hal yang sama pada salah satu tamu penting hamba tadi."

Evan kemudian membawa sebuah baki ke hadapan Raja Abraham yang mencoba mencerna berita yang baru saja dilaporkan oleh Illarion. Di permukaan baki tersebut, diletakkan patahan anak panah dan sebuah liontin sebagai barang bukti. "Liontin milik Ireene," sang Raja berbisik ketika melihat salah satunya sementara ibunda Illarion, Ratu Dmitria yang duduk di sisi kanan sang Raja mencengkeram erat kedua tangannya sendiri yang gemetar. Wanita itu sama sekali tak menyangka suaminya akan menyebut nama orang yang sudah lama meninggal, yang selalu menjadi kenangan termanis sekaligus terpahit bagi sang Raja.

"Aku tidak tahu apa yang ada dalam benakmu sampai kau terpikir untuk membawanya kemari," Yang Mulia berkata. "Tapi kau sendiri tahu bahwa di kastil ini, tidak boleh ada dua bulan apalagi dua matahari. Kau harusnya sudah tahu konsekuensi yang akan kau dapat jika membawanya kembali ke tempat ini. Apalagi sekarang kau sendiri tidak tahu di mana keberadaannya."

Illarion terdiam dan tak berani mengutarakan apapun sampai seorang pegawai kerajaan membela dirinya di hadapan semua orang. "Yang Mulia, hamba dengar bahwa semalam Pangeran Kedua juga merayakan hari ulang tahunnya yang keenam belas secara pribadi dan pada usianya tersebut, kekuatan legendaris dalam tubuhnya akan segera bangkit. Putra Mahkota hanya berusaha untuk menyimpan baik-baik kekuatan itu di dalam kastil ini agar tidak disalahgunakan lagi, Yang Mulia. Kalaupun penjagaan semalam kurang begitu maksimal, mohon ampuni kami, Yang Mulia."

"Mohon ampuni kami, Yang Mulia!" semua pegawai berseru membuat sang Raja mendengus kesal. Berkali-kali kedua matanya menatap tajam ke arah Ellgar yang tak berkutik sedikitpun. Pria tua itu ingin sekali marah dan melampiaskan semua kekesalannya pada Ellgar karena telah menipunya, tapi begitu tahu kalau semua itu adalah ide dari putra kesayangannya, Illarion, dia hanya bisa menyerah saja dan pasrah. "Aku tidak akan memaafkan kesalahan kalian sebelum bisa memastikan di mana keberadaan Pangeran Kedua. Sampai saat itu tiba, kalian harus mengerahkan seluruh tenaga kalian untuk mencarinya dan kau... Pria berambut pirang yang sempat menipuku dengan penampilan sempurnamu tadi malam, aku memberi kesempatan padamu untuk menebus semua kesalahanmu dengan membantu semua ide gila dari Putra Mahkota mulai saat ini, sampai dia berhasil menemukan majikanmu dalam keadaan hidup-hidup."

"Te... Terima kasih, Yang Mulia," Ellgar bersujud sangat dalam untuk mengurangi rasa takutnya. Bahkan hingga sidang berakhir, dia masih saja terlihat gemetaran saat berdiri di ujung koridor. "Ah, sial hampir saja. Tuan Muda tidak ada di sini. Pangeran Jean juga tidak ada. Siapa yang akan membelaku kalau sampai aku dihukum mati tadi," gumamnya.

"Tentu saja aku yang akan membelamu," Illarion menepuk bahu Ellgar, membuat pria itu terkejut. Ellgar kemudian berbalik dan menerima sesuatu yang tiba-tiba disodorkan oleh Evan. Sebuah tanda pengenal berwarna keemasan dengan tali merah sebagai gantungan. "Mulai saat ini, kau adalah pengawal kelas senior di Alcander. Tugasmu seperti biasa; mengawal, menemani, dan melindungi Pangeran Lucas. Kau juga mendapatkan hak untuk memerintah prajurit di bawah kelasmu, terutama untuk menemukan di mana keberadaan Tuanmu itu."

"Pengawal kelas senior?" Ellgar memandangi benda tersebut di tangannya dengan mata berbinar dan nyaris menangis karena terharu. Dalam hatinya berbisik, "Ini... Ini adalah cita-citaku sejak dulu. Bagaimana mungkin aku menerima benda seperti ini dari orang-orang yang telah menyakiti Tuan Luce. Meskipun keadaan sudah berubah, aku yakin Tuan tidak pernah menginginkan hal seperti ini. Tapi kalau aku menolaknya, akan menyia-nyiakan kesempatan yang aku dapatkan hari ini. Tuan, maafkan aku. Aku harus menggunakan segala cara untuk menemukanmu." Ellgar akhirnya menyerah juga. Diikatnya tanda pengenal itu pada sabuk pedangnya, sama seperti yang dilakukan oleh semua orang yang tinggal dan bekerja untuk kastil Alcander.

"Terima kasih, Yang Mulia," katanya pada Illarion.

*bersambung ke part berikutnya

catatan:

Ada sebuah kiasan kuno yang menyatakan bahwa di suatu kerajaan tidak boleh ada dua matahari (dua orang raja) dan dua bulan (dua orang ratu). Dalam kisah ini, dua orang raja yang dimaksud oleh Raja Abraham adalah Putra Mahkota (Pangeran Illarion) dan Pangeran Kedua (Luce).

Bahkan sebenarnya ada matahari ketiga di Kerajaan Alcander, selain dua orang tersebut, yaitu Pangeran Pertama (Jean). Namun karena dia sudah kehilangan status kerajaannya sejak kecil, dia tidak akan pernah bisa menjadi seorang raja. Tidak seperti Luce yang baru saja mendapatkan kembali gelarnya, walaupun belum secara resmi.

Walaupun begitu, Illarion sama sekali tidak takut kalau suatu saat nanti Luce bisa saja mengambil alih tahta mahkotanya. Kenapa bisa begitu ya? Illarion yang terlalu percaya diri atau Luce yang sama sekali tidak punya keinginan menjadi seorang raja?

Stay tune on TST.....