PELAYAN DAN TUANNYA__13th Part
"Aku hampir lupa memberitahumu," Illarion menimpali ucapan Ellgar dengan seulas senyum. "Pengawal kelas senior bukanlah jabatan tertinggi di kemiliteran Alcander. Masih ada Guardians dan prajurit elit lain yang akan mengawasimu. Jadi sesuai perjanjianku dengan Raja-Tertinggi Axton, kalau kau dan Pangeran Kedua tidak bisa membunuh Pangeran Jean dalam waktu yang sudah ditentukan..."
Ellgar terperangah. Jemarinya berhenti bergetar dengan sendirinya karena terkejut. "Membunuh Pangeran Jean? Apa maksud anda, Yang Mulia?" potong Ellgar. Raut wajahnya seolah tak mengetahui apapun tentang isi perjanjian yang baru saja diucapkan oleh Illarion. Dia bahkan bertanya lagi meski, pertanyaan sebelumnya belum terjawab. "Apakah anda benar-benar bertemu dengan Yang Mulia Raja-Tertinggi yang sebenarnya? Saya dengar tidak ada satupun manusia pernah menemui sosoknya kecuali orang tersebut adalah seorang raja. Kalau Raja Hamlet yang mengatakan hal barusan saya masih bisa mempercayainya, tetapi anda..."
"Aku memang hanya seorang Pangeran, tapi mungkin kau lupa kalau aku sudah dinobatkan menjadi seorang Putra Mahkota yang artinya aku adalah calon raja di masa depan. Karena itu aku mendapatkan izin khusus untuk menemuinya," Illarion berkata dengan sedikit bangga tapi kebanggaannya itu sama sekali tak terpancar dari kedua netranya yang justru terlihat merana. "Aku tidak ingin memperpanjang penjelasan ini lagi karena aku pikir Pangeran Lucas telah memberitahumu tentang hal itu sebelum datang kemari. Kemudian soal isi perjanjiannya. Jika kalian berdua tidak bisa membunuh Pangeran Jean dalam waktu yang sudah ditentukan, maka selamanya kalian akan tinggal di kastil ini dan mengabdi sepenuhnya pada Alcander. Karena jika kalian kembali ke Axton dengan tangan kosong, Raja-Tertinggi sendiri yang akan menghabisi Pangeran Jean dan juga Pangeran Lucas sekaligus."
"Apa semua ini berkaitan dengan serpihan kekuatan yang dimiliki oleh mereka berdua?" Ellgar tiba-tiba mendapatkan ingatannya kembali tentang tragedi Grissham sepuluh tahun lalu di mana seluruh anggota keluarga Luce dibantai oleh ayahnya sendiri.
Illarion mengangguk. "Aku hanya berusaha agar peristiwa sepuluh tahun lalu tidak terulang lagi. Lebih baik, kita mengorbankan salah satunya agar Pangeran Kedua mendapatkan seluruh kekuatan tersebut. Setelah itu, baru kita pikirkan cara mengembalikanmu dan Pangeran Kedua ke Axton. Raja-Tertinggi hanya memberi waktu kalian selama satu minggu sebelum purnama bulan ini tiba karena pada saat itu akan sulit mengendalikan serpihan kekuatan milik Pangeran Lucas."
Ellgar kembali mengingat masa lalu, "Benar. Saat itu Pangeran Jean juga berusia enam belas tahun kemudian setiap malam purnama Tuan Besar Fletcher selalu menyegel kekuatannya. Tapi kali ini beliau sudah tidak ada."
"Ditambah lagi serpihan kekuatan milik Pangeran Lucas jauh lebih besar," imbuh Illarion. "Kau pastinya akan tahu apa yang akan terjadi jika kita terlambat membunuh Pangeran Jean. Pada saat itu, Pangeran Lucas mungkin akan membakar seluruh wilayah Alcander tanpa dia sadari. Kemudian dia hanya akan menjadi iblis liar yang tidak tahu harus menggunakan kekuatannya untuk apa. Lalu jika Raja-Tertinggi tahu, dia akan datang sendiri ke tempat ini untuk merebut kembali kekuatannya dengan membunuh Pangeran Lucas."
Ellgar tiba-tiba tertawa dan membuat Illarion semakin terlihat khawatir. "Ada apa? Kenapa kau menertawakan hal itu? Apa kau tidak ingin menyelamatkan Tuanmu?"
"Saya hanya berpikir terlalu jauh, Yang Mulia," jawab Ellgar. "Saya pikir di masa lalu atau masa depan sekalipun. Pangeran Jean dan Tuan Luce, mereka tidak akan pernah punya kesempatan untuk hidup meskipun mereka melawan. Mati di sini atau di Axton, kita hanya berusaha memperlambatnya saja, kan. Meskipun nantinya Tuan Luce bisa kembali ke Axton setelah Pangeran Jean terbunuh, kita juga tak bisa memastikan kalau Raja-Tertinggi tidak akan membunuhnya di sana."
"Kau benar," Illarion setuju. "Tapi daripada memikirkan hal itu, lebih baik kita cepat bergerak sekarang. Memperlambat atau mempercepat, itu adalah takdir Tuhan. Kita hanya bisa berusaha semampunya, bukan?"
Sejak pertemuan pertama mereka sepuluh tahun yang lalu, ini pertama kalinya Ellgar merasa sangat berterima kasih pada Illarion. Semua yang terjadi sekarang, terasa jauh berbeda dengan apa yang terjadi di masa silam. Perlahan, Ellgar mulai memahami pemikiran pria di hadapannya. Pria yang dahulu hanya dia kenal lewat tatapan mata saja. "Saya menyesal baru mengatakan ini pada anda, Yang Mulia tapi mulai hari ini saya akan berusaha melakukan apa yang saya bisa dengan apa yang saya punya."
Illarion tersenyum senang mendengar keputusan Ellgar tersebut sementara Ellgar menyambutnya dengan penuh kehangatan. Entah kenapa, rasanya Ellgar seperti menemukan kembali rumah dan keluarga lamanya. Meskipun semua bangsawan, selalu menghina Luce dan Jean dan selalu membandingkan kedudukan mereka dengan Illarion, tapi Ellgar sadar kalau dia belum pernah mendengar hinaan sekecil apapun dari bibir Illarion sendiri. Sepuluh tahun yang lalu, Ellgar dan Jean selalu mengawasi Illarion dari kejauhan, begitupun sebaliknya. Mereka dilarang saling bertemu walaupun mereka sebenarnya adalah saudara seayah, apalagi berteman. Karena itu, mengobrol panjang-lebar dengan Illarion seperti saat ini, bagi Ellgar seperti harapan yang nyaris usang kemudian menjadi kenyataan.
*bersambung ke part berikutnya