Setelah mengobrol dan mencurahkan seluruh perasaan nya ke Resty beberapa hari yang lalu perasaan Kirana menjadi lebih plong, Resty memang tempat Kirana mencurahkan segalanya, namun karena pekerjaan suami Resty maka Kirana kesulitan untuk bertemu dengan nya.
Meskipun perasaan nya sekarang terasa lebih ringan tapi itu tidak akan merubah sikap nya sama sekali ke laki laki , karena sejujurnya hati Kirana benar benar sudah mati Rasa.
"Pagi mba" sapa Lidya yang melihat Kirana baru datang dan akan memasuki ruangannya. "pagi Lidya" balas Kirana ringan.
Seperti hari hari biasa nya Kirana akan sibuk dengan pekerjaan nya. seperti hari ini Lidya memberi tahu jadwal nya dan pekerjaan mana yang sudah mendekati dead line.
"mba, semua konsep sudah dikirim, dan ada beberapa yang minta sedikit tambahan semua sudah saya kirim kan ke email mba, dan sudah saya cantumkan juga tanggal deadline nya." jelas Lidya. Kirana pun mendengarkan dengan seksama setiap ucapan Lidya seraya matanya tak lepas dari komputer,, "hmmmm, okee" jawab Kirana ketika telah memeriksa komputer nya" "terus apa ada hal lain lagi?" tanya nya. "Iyaa mba, siang ini kita akan keluar untuk melihat langsung persiapan promosi produk yang akan dilaksanakan di gedung Sentra Plaza" lanju Lidya. "okee, Kalau gitu kita harus selesai kan ini dulu sebelum jam makan siang" ucap Kirana saat melihat email nya dan tumpukan dokumen di mejanya. "siap mba" jawab Lidya. Kirana memang orang yang gila kerja, tapi itu lah caranya untuk menghilangkan kepenatan pikiran nya tentang konflik batinnya.
Tak terasa jam menunjukkan pukul 12.30 siang, sudah lewat Waktu makan siang. "huuhh, akhirnya clear semua," ucap Kirana yang melepas pandangan dan tangan nya dari komputer, dia pun meregangkan sedikit tubuh nya. Kemudian dia meraih telpon kantornya dan menelpon Lidya. "jika sudah selesai semua, bersiap lah kita makan siang diluar saja sekalian langsung jalan ke Sentra Plaza" ucap Kirana dan langsung menutup telponnya.
Kini Kirana dan Lidya berada di Sentra Plaza untuk melihat persiapan Promosi Produk perusahaan mereka, namun disaat tengah berbincang dengan pihak pelaksana lapangan Kirana mendapatkan telepon dari rumah nya. Kirana pun menjauh mencari tempat agak tenang agar tak berisik, "assalamualaikum Bu" ucap Kirana menjawab telepon,
",,,,".
",iyaa Raka kenapa Bu?" ucap Kirana panik.
"...."
"iyaa Kirana pulang sekarang yaa Bu" ucap nya dan langsung mematikan telpon nya.
"Lidya saya harus pulang sekarang" ucap Kirana panik, "mbaa, tenang dulu, mba nggak bisa nyetir kalau panik, tarik nafas lalu buang" ucap Lidya dan diikuti oleh Kirana. "okee udah tenang" ucap Lidya Kirana pun mengangguk, "anak saya sakit Lidya, saya harus pulang, jadi tolong kamu handle sisa nya yaa" ucap Kirana tenang, "iyaa mba, jangan khawatir mba fokus aja sama anak nya, ini biar saya yang selesai kan" sahut Lidya, "Makasih yaa, saya duluan" pamit Kirana.
Kirana pun menyetir dengan kecepatan agak tinggi agar cepat sampai di rumah.
Kini dia sudah tiba di depan rumah dan bergegas masuk kedalam , dia pun langsung menuju kamar Raka. "ya ampun Bu , ayah ini kenapa ?" ketika masuk mendapati kamar Raka sangat berantakan mainan Raka terhambur tidak karuan, namun dia tak melihat Raka didalam kamar itu, "sekarang Raka nya mana?" tanya Kirana lagi "di bawa sama Yusuf beli es krim" jawab ibu nya. "Raka sebenarnya kenapa Bu?" tanya Kirana lagi ",Raka habis ngamuk,, dia nggak mau makan dari tadi, dan dia hambur semua mainan nya" jelas ibu Kirana, "tapi kenapa Bu?" tanya Kirana "Karena papa nya tak menelpon nya seharian ini dan Raka pun menelepon tapi tak ada jawaban" jawab Ariani ibu nya. "maksud ibu Raka seperti ini karena Farhan?" tanya Kirana meyakinkan dirinya , "iyaa lah, kan papa nya Raka Farhan" jelas ibu nya, "hmmmm, iyaa uda biar Kirana nanti ngomong sama Raka Bu, sekarang Kirana mau nunggu Raka di luar aja" ucap Kirana kikuk, Dia hampir membuat diri nya dalam masalah 'yaa iya lah semua orang taunya papa Raka Farhan Kii ,, ngapain coba pake diyakinkan segala,' ucap Kirana merutuki kebodohannya.