Hari terus berganti waktu terus berlalu, kadang terasa begitu lambat dan kadang terasa begitu cepat. Itu lah yang dirasakan oleh Kirana dan Farhan. Rumah tangga mereka akan terlihat bahagia dan normal jika dilihat dari kejauhan , namun jika mendekat dan lebih mendekat akan terlihat banyak duka di dalam nya, namun hal itu hanya di rasakan oleh Kirana maupun Farhan.
Kirana melaksanakan tugas nya sebagai istri, dia selalu bangun pagi-pagi untuk membuat kan Farhan sarapan dan menyiapkan pakaian Farhan. Farhan memperlakukan Kirana tetap seperti biasa, tapi mereka memang tak pernah melakukan hubungan intim, bahkan ciuman bibir pun di hindari Farhan, setiap Farhan sedang dalam keinginan nya untuk melakukan itu dia akan memilih tidur di kamar sebelah, awalnya Kirana tidak paham namun seiring berjalannya waktu Kirana pun mengetahui nya, dan dia hanya bisa menangisi kesalahan, keegoisan, dan kemarahan pada dirinya sendiri. Farhan sangat tahu bahwa Kirana pun merasa sangat terluka.
"kak, udah jam setengah 7 , kakak harus bersiap" ucap Kirana lembut seperti biasa membangun kan suaminya. "hari ini aku nggak kerja, hari ini kan jadwal kamu buat ke dokter kandungan" ucap Farhan, "aku bisa minta tolong ibu kak, buat nemenin," sahut Kirana, "nggak aku yang akan nemenin, kandungan kamu sudah 7 bulan itu masa masa Risk kan jadi aku nggak mau ambil resiko" ucap Farhan seraya mengelus lembut perut Kirana dan mencium pucuk kepala istrinya itu, dan bergegas menuju kamar mandi. Kirana hanya bisa menarik nafas panjang dan semakin merasa bersalah karena sikap Farhan yang seperti ini.
Jam menunjukkan pukul 10 pagi, Farhan dan Kirana sedang di dalam mobil perjalanan menuju ke rumah sakit. Tapi ntah kenapa perut Kirana tiba tiba terasa sakit dia merasa gelisah, namun sakit itu hanya terasa seperkian detik dan menghilang, Melihat ekspresi dan kegelisahan Kirana, Farhan pun menangkap sesuatu yang aneh "kenapa duduk mu gelisah seperti itu?"tanya Farhan, "perut ku rasanya tidak enak kak, sebentar sakit sebentar berhenti," jawab Kirana, "tenang lah, kita sebentar lagi sampai" ucap Farhan, dan Kirana hanya meangguk.
Tak lama mereka pun memasuki parkiran rumah sakit. Farhan turun untuk membuka kan pintu Kirana, "kamu masih kuat jalan?" tanya Farhan satu tangannya merangkul Kirana dan satu lagi memegang erat tangan Kirana untuk masuk kedalam rumah sakit., "masih kok kak" jawab Kirana, "sakit nya udah nggak terlalu kok, takut nya kontraksi palsu aja, soalnya aku baca di google kalau udah masuk semester ketiga begini yaa emang harus hati-hati karena ada beberapa kehamilan yang mengalami kontraksi palsu" ucap Kirana untuk mengurangi kekhawatiran Farhan. " ya udah pelan pelan aja sayang jalannya." ucap Farhan. Mereka pun memasuki pintu rumah sakit, "tunggu kak" ,, ucap Kirana tiba tiba dan menghentikan langkahnya. "kenapa,, sakit lagi?" ucap Farhan Panik. "nggak sakit kakk, tapii kok kaya ada yang mengalir yaa" ucap Kirana merasa kan ada sesuatu yang keluar dari organ intim nya dan mengalir di paha nya. Farhan pun melihat ke arah bawah bagian tubuh Kirana, dan benar saja darah segar mengalir dari di sela sela kaki nya terlihat jelas karena Kirana menggunakan dress yang hanya sampai di bawah lutut. "yaa ampun sayang darah" ucap Farhan kaget, "perawat, perawat, tolonggg, tolonggg, istri saya pendarahan", teriak Farhan dan membuat perawat yang berada di depan resepsionis bergegas mengambil kursi roda dan membawa Kirana masuk kedalam Ruang observasi kehamilan.
Farhan menunggu di luar dia menelepon ke ibu mertua nya dan ke ibu nya memberi tahu kan keadaan Kirana.