Chereads / Botol Kecap / Chapter 3 - 3. Nyepong

Chapter 3 - 3. Nyepong

Setelah pemutaran film selesai, aku bergegas menuju ke toilet, karena kandung kemihmu sudah terasa penuh dengan air kencing. Dari tadi aku memang menahan pipis, hingga kontolku terasa ngaceng. Bukan karena horny, tapi karena tekanan air kemih yang sudah menumpuk, hingga menekan peredaran darah di batang kontolku, alhasil menyebabkan ereksi.

Bagai orang yang kesetanan, aku bergerak cepat mencari urinoir yang masih kosong. Lalu tanpa mempedulikan orang-orang yang ada di sekitarku, aku langsung melorotkan celanaku dan mengeluarkan alat vitalku, dan sejurus berikutnya currr ... aku membuang hajat kecil, uuughh ... lega pokoknya, sampai tubuh ini bergidik dan mata menjadi merem melek. Nikmat tenan!

Usai menuntaskan air kencing, tak lupa aku mencuci peralatan kelaminku dan memasukan kembali ke dalam sangkarnya alias celana kolor. Dan setelah semuanya beres, aku membalikkan tubuhku untuk berjalan ke wastafel, namun pada saat aku mau mulai melangkahkan kaki ini mendadak ada pemandangan indah yang mengusik kedua mataku. Mata homoku melirik ke arah seorang laki-laki muda dan ganteng pula yang sedang berdiri menghadap lubang urinoir dengan kondisi kontol mengacung dan sedang menyemperotkan air kencingnya. Jarak antara tubuh dan lubang urinoir cukup jauh, jadi aku bisa melihat dengan jelas bentuk kontolnya. Batangnya panjang kira-kira 14 cm dengan kepala kontolnya yang masih tertutup kulup. Rupanya dia belum sunat. Jembutnya gondrong nampak semerawut berwarna hitam pekat seperti hutan rimba tengah malam. Sayangnya bijinya tidak kelihatan karena masih berada di dalam celana boxernya.

Aduh ... jantungku jadi berdebar-debar kencang, ketika tangan si laki-laki itu mengocok-ngocok batang kontolnya dengan birama yang cepat, sehingga dalam sekejap kepala kontolnya yang merona keluar dari balik kulit kulupnya. Mmm ... tubuhku jadi gemetaran hebat, saat dia mengedipkan matanya kepadaku seolah memberikan sandi khusus agar aku mengekori dia yang kini berjalan menuju ke bilik toilet.

Tepat di depan pintu bilik, laki-laki bermata sipit itu bersiul-siul genit mengajakku untuk turut masuk ke bilik toilet tersebut. Awalnya aku ragu, tapi karena mengingat kesempatan tak pernah datang dua kali, aku pun jadi tergoda. Aku menengok kanan kiri memperhatikan seluruh situasi di toilet ini, walau ramai, tapi sepertinya orang-orang itu sibuk dengan keperluannya sendiri-sendiri, jadi tidak mungkin akan memperhatikan perbuatan yang lainnya.

Well, setelah merasa aman ... aku pun diam-diam menyelinap ke bilik toilet, di mana ada laki-laki jangkung tersebut yang telah masuk terlebih dahulu.

Oh Em Jie ... saat berada di dalam bilik, aku disambut dengan tubuh seksi laki-laki keturunan Tong Hoa itu yang sudah melorotkan celananya hingga ke lutut. Kontolnya yang ngaceng nampak berdiri lurus seperti tongkat security. Sungguh, kontol yang menggemaskan dengan hiasan jembut dan biji peler yang menggantung indah seperti dua bola ping pong.

Huh ... nafasku mendadak jadi berat, air liurku seakan menetes tak terkendali. Jakunku juga naik turun seirama dengan denyutan lubang boolku yang kedat-kedut seperti silit ayam. Ahh ... ini benar-benar gila! Tanpa komando, aku langsung mendekati laki-laki berkulit putih itu dan berdiri tercengang menatap ukuran kontolnya yang memang super.

''Isepin!'' bisik laki-laki itu seakan tak sabar.

Aku hanya diam dengan kondisi tubuh yang masih gemetaran, lalu perlahan aku merunduk dan berlutut di depan laki-laki berwajah rupawan ini. Wajahku sejajar dengan area selangkangannya.

''Sedot kontolku!''

''Kuras pejuku!''

Kata-katanya seperti bunyian seruling India yang mampu mengendalikan seekor ular kobra, sehingga tanpa sadar aku membuka mulutku lebar-lebar dan langsung mencaplok seluruh batang kontol laki-laki keturunan China itu.

Ough ah ... ah ... dia langsung mendesah keenakan, ketika aku mulai mengulum dan menyedot-nyedot batang kejantanannya. Srap ... srupp ... srap ... srupp ... aku terus meyeruput kepala kontolnya yang sedap dan wangi seperti seorang bocah yang sedang menikmati sebuah es mambo.

Ugh ... ah ... ah ... laki-laki itu cuma mengerang dan mendesah mengekspresikan kenikmatan dari pelayanan sepongan mulut jahanamku.

''Enak ... anjing! Sepongan lo enak banget ... ough ... ah ... ah!'' Rancau laki-laki ini cukup kencang sambil menjambak rambutku, lalu menarik kepalaku dengan kuat agar kontolnya bisa masuk lebih dalam hingga di kerongkonganku. Aku beberapa saat diam saja dan membiarkan orang yang tak kukenal ini mengentoti mulutku dengan gaya sesukanya, hingga aku merasakan cengkraman tangannya di rambutku sangat keras dan tusukan kontolnya di rongga mulutku sangat tajam. Lalu bersama tubuhnya yang menegang hebat ada sejumlah tembakan sperma yang menghujani dinding-dinding mulut ini ... crooot ... crooot ... crooot ... sperma itu luber di mulutku. Sebagian aku telan dan sebagian lagi tumpah meleleh melewati pinggiran bibirku, lalu jatuh berceceran di lantai.

''AAAAAACCCCKKKHHHH!'' laki-laki itu setengah menjerit sambil mencabut kontolnya dari dalam mulutku. Lalu tanpa sepatah kata lagi, dia langsung mengenakan celananya kembali dan merapikan diri.

''Terima kasih!'' kata dia sambil mengusap lembut pipiku.

Aku hanya tersenyum simpul.

''Aku senang seponganmu!'' kata dia lagi sambil membuka pintu bilik toilet dan pergi meninggalkan aku yang masih terjongkok di dalam bilik ini.

''Huh! ... ha ha ha ...'' Aku tertawa, entahlah aku tertawa untuk apa? Apakah tertawa kepuasan atau tertawa kekesalan, karena hanya dijadikan tempat pembuangan pejuh oleh laki-laki itu. Huffttt!