Chereads / Botol Kecap / Chapter 4 - 4. Duo Bottom

Chapter 4 - 4. Duo Bottom

Aku bangkit dari tempatku berlutut, lalu memperhatikan seluruh ruangan bilik toilet ini. Masih terlihat jelas ceceran sperma di lantai. Walau malas aku pun terpaksa menyiramnya dengan air, hingga cairan laki-laki itu hanyut ke dalam lubang gorong-gorong.

Setelah melihat lantai sudah bersih, tanpa banyak tingkah lagi aku langsung pergi meninggalkan toilet terkutuk ini. Namun, sebelum pergi aku menyempatkan diri berkaca di depan wastafel. Dari cermin itu aku melihat ada setetes cairan pejuh yang masih menempel di tepi bibirku. Karena merasa sayang aku pun menjilat tetesan madu laki-laki itu, meskipun rasanya agak asin plus ada asem-asemnya sedikit, tapi tetap aku telan hingga tak bersisa. Mmm ... yummy!

''Thom!'' sapa Radit pas aku keluar dari toilet.

Aku jadi terkejut dan mendongak ke arah cowok kece itu.

''Lama sekali lo berada di toilet, ngapain aja?'' tanya Radit.

''Sorry, gue mendadak mens ...'' jawabku sekenanya sambil pura-pura memegang perut.

''Mens?'' Radit mengkerutkan keningnya.

''Menscret maksud gue!'' terangku.

''Oh ... Hahaha ...'' Radit jadi ngakak, ''kirain lo kedatangan bulan beneran,'' lanjutnya.

''Hehehe ... gue masih punya titit belum ganti melky!'' tandasku.

Radit jadi nyengir.

''Oh ya, di mana si syantik pacar lo, Dit?'' tambahku.

''Doi udah nungguin di tempat parkir,'' jawab Radit.

''Oh gitu, ya udah yuk, kita cabut!'' timpalku sembari mulai menggerakan kakiku untuk melangkah.

''Thom ... tunggu!'' seru Radit menahan langkahku.

''Ada apa?'' tanyaku heran.

''Mmm ... gue boleh minta nomor WA lo, gak?'' ujar Radit ragu-ragu.

Aku tak langsung menjawab, terlebih dulu aku memandang wajah Radit yang cukup ganteng buat dijadikan gebetan. Senyumannya manis, body-nya juga berisi dan yang pasti dia sangat manly. Jadi tidak ada alasan buatku menolak untuk memberikan nomor WA-ku kepada dia.

''Kok diam, Thom. Gak boleh, ya?'' ujar Radit lagi.

''Hehehe ... buat lo apa sih, yang gak, Dit!'' timpalku, ''berikan handphone lo!'' imbuhku sembari mengadahkan tanganku ke hadapan Radit.

Radit tersenyum seraya menyerahkan HP-nya ke tanganku. Lalu dengan gesit aku mengetik deretan nomor WA-ku di daftar kontaknya.

''Nomor gue udah tersimpan di HP lo, Dit. Lo tinggal miss call aja!'' Aku menyerahkan kembali HP Radit ke tangannya.

''Oke!'' Radit langsung membuka gadget-nya tersebut dan segera melakukan panggilan ke nomorku, hingga nada dering di ponselku berbunyi nyaring. Nada dering yang kupakai kebetulan lagunya, J Balvin dan Willy William yang berjudul Mi Gente.

''Wow keren juga nada deringnya, gue juga suka lagu itu!'' kata Radit sok basa-basi.

''Hehehe ... Cuma iseng aja!'' ucapku sembari memeriksa layar HP-ku yang telah menampilkan barisan nomor baru, ''ini nomor lo ya, Dit?'' lanjutku.

''Iya!'' Radit mengangguk.

''Oke, gue save, ya!''

''Siip!''

Aku dan Radit telah berteman di WA. Selanjutnya kami berdua bergerak menuju ke tempat di mana motor-motor kami terparkir.

''Emang, yes ... kalau pewong ke toilet aja kudu berjam-jam ... uuuhh capcay goreng becek-becek lembek, deh!'' Edo menyambut kehadiran aku dan Radit dengan semprotan manja dan wajah manyun sok jutek.

''Oh, yes dong, rapiin dendongan ... takutnya luntur, Cyiiin!'' timpalku.

''Hahaha ...'' Radit hanya ngakak mendengarkan pertengkaran kami.

''Ayang ... kok, lo cuma ketawa doang sih, belain bebeib-nya dong, Yang!'' ujar Edo sembari gelendotan di bahu Radit.

''Kalian berdua itu lucu, setiap ketemu ada aja yang diributin kayak Tom and Jerry, heran ... kok bisa ya, kalian sahabatan padahal tak pernah akur!'' ungkap Radit.

Aku dan Edo jadi saling berpandangan, lalu kami saling melempar senyuman garing.

''Di luar kita emang nampak seperti Tom and Jerry, tapi di hati kami seperti apa, Cong?!'' kataku sembari melirik ke arah Edo.

''Kayak biji peler!'' kataku dan kata Edo serempak, ''berduaan mulu, hehehe!'' imbuh kami masih dengan nada dan suara yang selaras tak lupa kami juga menggerakkan tangan yang melambai-lambai (baca: ngondek). Benar-benar seperti duo botita yang super kompaknya.

''Hahaha ...'' Radit jadi tertawa, Edo tertawa dan aku juga.

Aku dan Edo sudah cukup lama menjalin persahabatan. Kami berdua malang melintang di dunia permahoan sejak duduk di bangku SMP. Persamaan senasib dan sepenaggungan membuat kami jadi seakrab ini. Walaupun terkadang kami sering bertengkar hanya karena hal-hal yang sepele, tapi kami tetap memprioritaskan tali silahturahmi di antara kami.

Tak jarang kami juga sering berebutan cowok untuk dijadikan gebetan. Kami bersaing sangat ketat untuk menjadi Botol Kecap yang tersyantik dan tercetar di seluruh jagad raya perbatangan. Meskipun demikian kami selalu dalam solidaritas dan menggalang sportivitas. Kecuali ada satu hal yang bisa melupakan batas-batas itu. Dan salah satunya merebut Radit dari tangan Edo. Jujur saja sejak bertemu dengan dia, aku benar-benar terpesona dan pengen mencicipi 'Rudal'-nya. Sssttt ... jangan bilang siapa-siapa, ini rahasia!