Chereads / Botol Kecap / Chapter 9 - 9. Menang

Chapter 9 - 9. Menang

Entahlah, aku harus bersikap bagaimana setelah mendengar kabar bahwa Edo telah putus hubungan dengan Radit. Apakah aku harus ikutan sedih atau malah bahagia? Aku tidak tahu, tapi jika mendengar kata hatiku yang paling dalam, aku sangat senang karena dengan putusnya mereka berarti aku memiliki peluang yang jauh lebih besar dan pasti aku juga tidak perlu merasa tidak enak hati terhadap Edo lantaran aku dekat dengan Radit. Malah mungkin aku akan membantu Edo untuk merebut kembali Radit dari tangan Billy, tentu setelah kurebut bukan untuk kukembalikan ke tangan Edo, tapi untuk kumiliki sendiri. Lagipula mana mungkin Edo mau menerima untuk rujuk dengan orang yang sudah melepehin dirinya. Dan Radit pun belum tentu mau balikan sama Edo.

Hehehe ... mendingan aku ambil kesempatan ini untuk beraksi lebih agresif, agar meraih lelaki impianku itu. Sorry Edo, meskipun Radit merupakan bekasmu, tapi dia masih layak untuk kupungut. Jangan sebut aku Botol Kecap lagi, ingat! Radit yang mencampakanmu bukan aku yang merebutnya darimu. Meskipun aku botita gatel, tapi aku juga pilih-pilih cowok buat menggaruk kegatelanku.

''Thom!'' Itu suara cempreng Emakku.

''Thomas!'' Lagi, Emakku berseru.

''Ya, Mak!'' sahutku kencang karena aku tidak mau Emak menyebut namaku yang ketiga kalinya. Mengapa? Karena Emak akan mengeluarkan suara dengan oktaf tertingginya, dan itu sangat memekakan indera pendengaran orang se-RT bahkan mungkin se-RW.

''Keluarlah dari kamarmu, Thom! Ada yang mencarimu di luar!'' kata Emak.

Aku bergegas keluar dari kamar dan berlari menghampiri Emak.

''Siapa, Mak?'' tanyaku pas aku di depan Emak.

''Emak kagak tau, coba kamu tengok saja di luar ... katanya dia temanmu!'' jawab Emak.

''Oke!'' sahutku sembari berlalu dari hadapan Emak dan segera ke halaman rumah.

Di depan pintu aku berhenti saat kedua mata ini melihat sosok laki-laki tampan yang sedang nangkring di atas jok motornya. Jantungku mendadak deg-degan ketika mengetahui siapa sosok laki-laki itu yang ternyata si Radit. Aku jadi gugup sekaligus gembira untuk menyambut kehadiran cowok bertubuh atletis itu di kediamanku.

''Radit!'' gemborku. Radit langsung mendongak ke sisiku.

''Hai ... Thom!'' sapa laki-laki berbadan tegap itu sembari turun dari jok motornya dan berjalan mendekati aku yang masih berdiri terpaku di depan pintu.

''Kok, lo tau sih, alamat rumah gue, Dit?'' ujarku pas laki-laki berjambang dan berjenggot tipis itu di hadapanku.

''Tau, dunk ... Radit the king of spy!''

''Hahaha ... bisa aja lo, Dit!'' Aku mencubit lengan gempal Radit.

''Hehehe ... '' Radit ikutan tertawa, duh ... tawanya itu lho, renyah kayak rengginang garing, suka deh!

''Oh ya ... mari silahkan masuk!'' ajakku seraya menarik tangan laki-laki yang lebih tinggi dariku ini.

Radit menggangguk pelan, kemudian dia berjalan mengekori aku menuju ke ruang tamu.

''Silahkan duduk!'' suruhku.

''Terima kasih,'' ucap Radit datar.

Kemudian cowok berambut ikal ini meletakan pantatnya di atas sofa dengan santai.

''Mau minum apa?'' tanyaku menawarkan.

''Gak usah repot-repot Thom, gue kemari cuma ingin ngajak lo jalan aja.''

''Hah ... jalan? Ke mana?'' Aku mengerucutkan mulutku serta mengkerutkan kening.

''Ke Bogor!''

''Hah .. kapan?''

''Sekarang! Mau?''

''What ...'' Aku melototkan mataku, ''mendadak banget, sih!'' imbuhku.

''Gak bisa, ya?''

''Mmm ...'' Aku merengut sambil berpikir, ''kayaknya gue gak bisa sekarang deh, Dit!'' lanjutku.

''Ya udah, gimana kalau besok aja. Lo pasti bisa, 'kan?''

''Bisa sih, tapi ... ''

''Tapi kenapa?''

''Lo ngajak siapa aja?''

''Gue cuma mau ajak lo aja, Thom ...''

''Kok, lo gak ajak si Edo?''

''Gue udah putus sama Edo, Thom. Apakah lo belum tahu?''

'''Hehehe ... udah, sih. Tapi gue belum tahu mengapa lo mutusin sahabat gue itu?''

''Ya ... karena gue udah gak ada kecocokan lagi sama dia, you know-lah ... hehehe!''

''Yakin lo tidak ada kecocokan lagi bukan karena ada hal lain?''

''Hehehe ...'' Radit nampak meringis, meskipun senyumannya kaku, tapi di mataku dia tetap nampak tersenyum manis.

''Oke, gue bilang aja deh, sejujurnya ... gue mutusin Edo lantaran gue selingkuh dengan Billy ...'' ujar Radit tenang, mungkin dia memang bicara dengan sejujurnya.

''Oh gitu, sudah gue duga, sih ...'' Aku manggut-manggut.

''Tapi gue gak jadian dengan Billy, Thom.''

Mataku langsung fokus ke arah wajah India Radit.

''Billy, cuma cemilan aja buat gue, karena sesungguhnya ada seseorang yang akhir-akhir ini mengganggu pikiran gue.''

''Oh ya, siapa?'' Jidatku mengkerut tajam.

''Lo, Thom?'' kata Radit lugas dan tegas.

''Hah ... serius?'' Aku membelalakan mataku karena merasa tak percaya.

''Iya, sejak pertama kali melihat lo, gue langsung jatuh cinta sama lo!'' terang Radit dengan sorot mata yang berbinar.

''Hahaha ...'' Aku jadi tertawa.

''Kok, lo tertawa sih, Thom?''

''Soalnya lo itu lucu ...''

''Apanya yang lucu?''

''Sandiwara lo, Dit. Kayak lagi main sinetron India. Skenarionya receh!''

''Ini bukan sandiwara, Thom,'' Radit meraih tanganku, ''ini serius bahwa gue suka sama lo!'' lanjutnya sambil mencium punggung tanganku dengan sangat lembut penuh kemesraan. Dan sikapnya yang konyol ini benar-benar membuatku terbengong dan langsung speechless.

''Gue sayang sama lo, Thom!'' kembali Radit berujar.

''Please, jangan ngegombal, gombalan lo gak bakal mempan!'' timpalku sambil melepaskan genggaman tangan Radit. Aku memalingkan mukaku dan sok jual mahal, padahal dalam hati aku tertawa girang karena orang yang menjadi incaranku akhirnya luluh dan menyatakan cintanya terhadapku. Yes ... ini awal dari kemenanganku.

''Hmmm ... jadi lo tidak suka nih, sama gue, Thom?''

''Gue suka sih, sama lo, Dit. Lo itu ganteng dan menarik, tapi gue belum jatuh cinta ... gak tau deh, kalau nanti sore ... hehehe!''

''Oh ... gitu ya, Thom?''

''Iya ...''

''Tapi ... besok lo mau 'kan jalan bareng gue?''

''Mmmm ...''

''Please, mau, ya?''

''Kayaknya maksa banget, ya?''

''Ya, gue akan maksa lo dan gue gak akan pulang sebelum lo mengatakan, yes ...''

Aku memperhatikan Radit dengan seksama dari ujung kaki hingga ujung kepala. Aku tidak menyangka kalau dia bakal nekat juga.

''Oke, deh ... gue mau jalan bareng lo!'' ujarku.

''Nah, gitu dong ... jadi gue gak sia-sia datang kemari!'' Radit bangkit dari tempat duduknya dan mencubit gemas pipi tembemku.

''Hehehe ...'' Aku jadi tersenyum simpul.

''Oke Manis, gue cabut dulu ya, ingat besok gue jemput lo pukul 8!''

''Siap!''

Radit memandangku dengan mata berseri-seri, cukup lama mungkin 60 detik sebelum dia membalikkan tubuhnya dan pergi ngacir bersama motornya meninggalkan aku yang terpaku menatap bayangannya.

''Yes ... yes ... yes!'' Aku mengepalkan tangan kemenangan dengan hati yang riang, setelah sosok Radit hilang dari pandangan mataku.

Betul, aku merasa bahagia karena akhirnya orang yang aku idam-idamkan itu akan jatuh di pelukanku. Pelukan hangat dari laki-laki ''Botol Kecap'' semacam aku. Dan aku yakin dengan gurihnya kecap ini akan membuat Radit jadi klepek-klepek, lalu dia akan merasa kecanduan dari kenikmatannya. Hahaha ... aku tertawa jahat!