Chapter 9 - Lavender

Mayang : Aku lulus, yeay!

Denada : (Mengirimkan emoji berkaca-kaca sedih)

Mayang : Kamu juga kan?

Denada : (Mengirimkan emoji menangis)

Mayang : Yang bener dong, lulus kan?

Denada : Aku sebel

Mayang : Kenapa?

Denada : Rata-rata nilaiku cuma 8,7 padahal targetku 9,2

Mayang : Iih bikin kaget aja. Kita lulus Denada

Denada : Tapi aku sebel!

Mayang : (Mengirimkan emoji berpelukan)

Mayang : Nilai rata-rata 8,7 itu bagus tau

Denada : Aku maunya 9,2

Mayang : Udah ih, yang penting lulus

Denada : Aah sebel! Nilai rata-rata kamu berapa?

Mayang : 9,4 sih

Denada : Apa??

Sederetan pesan di grup Lavender kami baru saja selesai kubaca. Aku tersenyum lebar karena mendapat kabar dua orang yang beberapa bulan ini menjadi sahabatku lulus dengan nilai yang bagus sekali.

Denada memang perfeksionis. Dia selalu menginginkan hal terjadi sesuai dengan keinginannya. Aku bisa mengerti bahwa Denada sekarang menjadi sangat kesal, walau kurasa nilai rata-rata 8.7 adalah nilai yang cukup tinggi.

Beberapa hari ini aku sudah mempersiapkan dua buket bunga dan dua tiara berukuran kecil untuk mereka. Aku membuat buket bunga lavender berwarna violet dan tiara berwarna pink lembut untuk Denada, sedangkan buket bunga lavender berwarna biru tua dan tiara berwarna putih tulang untuk Mayang. Semuanya sudah berjejer rapi di rak gantung di atas tempat tidurku. Aku berencana mengajak mereka menginap dan memberikan semuanya saat mereka sampai.

Aku : Selamat ya. Nilai kalian bagus banget

Denada : Kurang, Za

Aku : Kalau mau ngulang bisa ikut ujian paket A kok bareng aku

Mayang : (Mengirimkan emoji tertawa terbahak-bahak)

Denada : Kamu jahat, May!

Mayang : Faza bener kok. Ikut ujian paket A aja coba

Denada : Ga mau!

Mayang : (Mengirimkan emoji tertawa terbahak-bahak)

Aku : Aku punya hadiah spesial buat kalian. Kalian nginep ya. Mau malam ini atau besok?

Denada : Asik! Malam ini aja. Aku mau mandi dulu trus ke sana

Mayang : Beneran mau ke sana sekarang?

Denada : Iya. Kalau kamu ga mau ga pa-pa. Aku aja

Mayang : Iih kok ngambek? Iya deh aku juga berangkat

Aku : Aku tunggu ya

Aku meletakkan handphone di sebelah komputer dan beranjak keluar kamar untuk memberitahu Oma bahwa Denada dan Mayang akan menginap untuk merayakan kelulusan mereka. Oma terlihat sangat senang. Mungkin karena tak lagi khawatir aku akan sendirian dan tak memiliki teman sepanjang hidupku.

Oma memutuskan akan memesan makanan apapun yang dipilih Mayang dan Denada, sedangkan aku segera berkutat untuk membuat fruit pastry dan saus vanila. Aku membuatnya karena ini adalah satu-satunya resep Bunda yang kuingat dengan jelas.

Satu jam kemudian mereka sampai. Sepertinya Denada menjemput Mayang karena supir Denada segera pergi sesaat setelahnya. Kami memesan satu loyang pizza daging dengan ekstra keju, sayap ayam, sosis panggang, dan potato wedges (kentang panggang yang dibumbui).

Kami sedang membicarakan SMP pilihan mereka di teras belakang saat pastry buatanku matang dan aroma manis menguar hingga ke sini. Kami berpindah tempat dan duduk mengelilingi pastry panas yang berwarna kecoklatan dengan banyak buah di atasnya.

"Oma, aku boleh minta resep kue ini?" Denada bertanya pada Oma yang sedang membantuku mengeluarkan pastry dengan sarung tangan anti panas.

"Oma ga tau resepnya. Coba tanya Faza."

"Kamu yang bikin kuenya?" Denada bertanya padaku dengan tatapan tak percaya.

Aku mengangguk, "Mau aku tulis atau aku kirim lewat chat?"

"Ga usah kalau gitu. Aku mau beli aja. Kalau aku pengen makan kamu harus bikinin buatku."

"Emangnya kamu suka? Nyobain aja belum."

"Aku juga mau beli kalau kamu yang jual. Aku sama Denada pernah coba bikin cake pisang, tapi gagal. Pertama gosong, kedua bantat, trus kita bikin lagi tapi kuenya meledak di dalam oven. Semua nanny Denada panik dikira ada bom di dapurnya." ujar Mayang sambil tertawa.

"Aku kapok ga mau lagi bikin-bikin kue, tapi aku mau bayar kalau kamu yang bikin." ujar Denada.

"Nanti aku bikinin kapan aja kalian mau, atau kita bisa bikin bareng." ujarku.

"Uugh aku ga yakin buat bikin kue lagi, tapi aku ga keberatan nontonin kamu bikin." ujar Denada.

"Ini udah bisa dimakan belum sih? Wangi banget bikin laper." ujar Mayang sambil menghirup aroma di sekitarnya. Seolah dengan menghirupnya akan membuatnya merasa kenyang.

"Tunggu dingin dulu sebentar. Oh ya, aku punya hadiah buat kalian. Aku ambil dulu ya." ujarku sambil beranjak ke kamar untuk mengambil dua buket bunga dan dua tiara yang sudah kusiapkan.

Saat aku kembali ke dapur dengan tangan yang penuh, Mayang dan Denada memekik dan segera menghampiriku. Aku menyodorkan buket bunga lavender berwarna ungu dan memasangkan tiara pink di rambut Denada dan menyodorkan buket bunga lavender berwarna biru dan memasangkan tiara berwarna putih di rambut Mayang.

"Aku lega ukurannya pas. Cantik banget dipakai kalian." ujarku sambil menatap mereka dengan perasaan bangga karena hadiah buatanku terlihat sempurna.

Mayang dan Denada saling memandang satu sama lain, lalu mengucapkan terima kasih dan kami saling berpelukan. Kurasa aku bisa bersahabat dengan mereka hingga kami tua. Aku berjanji akan membuka diri untuk mereka karena mereka sahabat yang baik sekali.

"Semua ini kamu juga yang bikin?" Mayang bertanya sambil mengamati buket bunga lavender artifisialnya dan mengamit tiara dari kepalanya. Dia mengamati setiap ujung dengan seksama.

Aku duduk dan mengangguk. Aku senang sekali melihat ekspresi mereka, "Tadinya aku mau kasih bunga asli, tapi nanti pasti layu. Jadi aku bikin yang mirip biar kalian bisa simpen."

"Aku terharu banget! Makasih, Faza. Ga heran deh kalau ... oma sayang banget sama kamu." ujar Denada yang sesaat terlihat ragu. Entah kenapa kurasa bukan itu yang ingin dia ucapkan, tapi kurasa aku tak akan bertanya. Aku sudah cukup senang melihatnya menyukai benda buatanku.

"Aku suka banget tiara ini. Aku jadi keliatan cantik." ujar Mayang yang sedang mematut diri di depan kamera handphonenya. "Eh kita harus foto bareng."

"Aku ... ga begitu suka difoto. Biar aku aja yang fotoin kalian." ujarku sambil mengamit handphone Mayang.

"Ayo dong, Za. Aku mau pamer kalau aku punya sahabat yang ngasih buket bunga sama tiara bikinan sendiri." ujar Denada dengan tatapan memohon.

"Iya, Za. Aku juga mau punya foto bareng kamu. Aku mau pajang di kamarku." ujar Mayang.

"Mm ..., tapi fotonya buat kalian simpen sendiri aja ya. Jangan di upload di sosmed." ujarku.

Walau sepertinya Denada dan Mayang merasa berat hati , tapi mereka mengangguk setuju. Berawal dari hanya satu foto, beralih ke foto dengan gaya yang lain dan selanjutnya terasa seperti tak ada habisnya. Kurasa aku akan memegang kata-kata mereka untuk tak mengunggah satupun fotoku di sosial media mereka yang manapun.

Saat makanan pesanan kami datang, kami menatanya di meja makan. Bersamaan dengannya, pastry buatanku sudah cukup dingin untuk dihidangkan sebagai pencuci mulut. Kami makan bersama Oma dan Opa dengan banyak bercerita di sela-sela aktivitas makan.

Entah bagaimana muncul pembahasan agar aku melanjutkan SMP di sekolah yang sama dengan Mayang dan Denada, tapi aku menghindari topik itu dengan berkata akan memikirkannya terlebih dulu. Namun Mayang dan Denada terlihat antusias sekali. Mereka menjelaskan padaku jika kami berada di sekolah yang sama, kami akan bermain bersama lebih sering. Walau kami pasti berbeda kelas nantinya, tapi sepertinya mereka tak akan peduli. Bahkan aku bisa membayangkan mereka yang akan mengajakku bermain lebih dulu.

=======

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte

Novel ini TIDAK DICETAK.

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSIF & TAMAT di aplikasi WEBNOVE.L. Pertama kali dipublish online di WEBNOVE.L tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke LINK RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Luv kalian, readers!

Regards,

-nou-