Chapter 11 - Gagal

"Kita ke rumah sakit ya. Faza udah mandi?" ibu Astro bertanya dengan lembut, aku hanya mengangguk. Ibu Astro menggiringku ke jok tengah, dengan Astro yang menemaniku di sana. Sesaat kemudian kami sudah meninggalkan halaman.

Astro dan ibunya berkali-kali melirikku dengan tatapan khawatir. Mungkin karena aku tak mengeluarkan sepatah kata pun sejak bertemu mereka sesaat lalu. Aku hanya berharap kami cepat sampai agar aku tahu apa yang terjadi pada Opa. Membayangkan kemungkinan akan kehilangan seseorang lagi dalam hidupku, membuat bulu halus di tengkukku meremang.

Kami bergegas keluar dari mobil saat sampai. Aku sempat ragu saat ibu Astro membuka pintu utama rumah sakit walau akhirnya memberanikan diri untuk masuk. Aroma khas desinfektan dan obat-obatan membuatku menahan napas. Berbulan-bulan lalu aku sempat dirawat di ruangan dengan aroma yang sama. Aroma ini mengingatkanku tentang banyak hal buruk yang mungkin saja terjadi di tempat ini.

Ibu Astro mengarahkan langkah melewati berbagai koridor yang aku tak mampu mengingatnya, lalu kami naik ke lantai empat menggunakan lift dan kembali menyusuri koridor yang sangat sepi. Langkah kami terhenti saat tiba di sebuah pintu dengan keterangan nama pasien : Tn. Dewanto, 62 tahun. Napasku tertahan dan aku berharap apapun yang terjadi tidak seburuk yang ada di dalam pikiranku.

Oma bangkit dari duduknya saat melihat kami masuk, lalu berpelukan dengan ibu Astro. Kemudian Oma mengelus kepalaku dan Astro dengan senyum singkat. Aku menangkap lelah dan khawatir di tatapan matanya, tapi sepertinya Oma lega melihatku.

"Opa ...?" kalimatku terpotong karena tenggorokanku tercekat.

"Opa ga pa-pa. Faza sama Astro bisa temenin Opa di sana, tapi jangan berisik ya." Oma berkata dengan suara pelan dan jelas, sambil menunjuk ke kursi-kursi tunggu yang salah satunya diduduki Oma beberapa saat lalu.

Di ruangan ini hanya ada satu tempat tidur pasien yang berada dekat dengan jendela. Angin semilir yang masuk dari jendela yang sedikit terbuka membawa kesegaran tersendiri bagiku karena mengurangi aroma khas rumah sakit yang tersisa.

Opa terbaring dengan mata terpejam. Wajahnya terlihat lelah dengan selang infus yang menempel di pergelangan tangan dan sebuah selang di hidung yang mungkin umtuk membantu Opa bernapas. Aku tak tahu apa yang terjadi pada Opa. Aku ingin bertanya, tapi Oma dan ibu Astro tak ada di ruangan ini.

Astro menyodorkan segelas air minum padaku dalam diam, lalu menaruhnya di meja di samping kami.

"Makasih." ujarku walau aku membiarkan gelas pemberiannya tetap tergeletak di meja. Sepertinya ini kata pertama yang keluar dari mulutku sejak bertemu dengannya tadi.

"Besok aku berangkat."

"Kemana?" tiba-tiba aku menatapnya lekat karena tak mengerti apa yang dia bicarakan.

"Pantai Tirang."

Seketika pikiranku penuh dengan pemahaman. Aku sama sekali lupa dengan rencana kami ke pantai karena terlalu sibuk mengenyelesaikan buket bunga dan tiara pesanan dari instagram Denada.

Bagaimana sekarang? Aku tak mungkin ikut dengannya sedangkan Opa sedang terbaring di rumah sakit seperti ini.

"Aku ga bisa ikut. Opa ..."

"Ga pa-pa. Sekarang Opa lebih penting."

Aku menundukkan pandangan. Aku ingin sekali pergi. Pantai Tirang adalah destinasi selanjutnya yang seharusnya aku dan keluargaku kunjungi andai saja kecelakaan jembatan itu tidak terjadi. Dengan kejadian ini, berarti sudah dua kali aku batal pergi ke sana.

"Nanti aku kirim foto pantainya ke kamu."

Aku hanya kembali menatapnya dan mengangguk. Apa yang dikatakan oleh Oma pada sahabat-sahabat baruku ini? Mereka baik sekali padaku. Rasanya seperti mereka akan bersedia menjagaku dari segala hal yang mungkin terjadi. Sekarang aku merasa malu karena sempat berniat menolak keberadaan mereka bahkan sebelum berusaha mengenal mereka lebih baik.

Aku menahan pertanyaanku pada Astro saat melihat Oma dan ibu Astro masuk. Sudut mata Oma terlihat lembab, tapi aku tak berani bertanya apa yang terjadi.

"Opa sakit apa Oma?" aku mendengar suara Astro disebelahku. Aku menoleh padanya. Apakah dia mewakiliku?

"Ga pa-pa kok. Cuma kecapekan." Oma menjawab. Alih-alih menatap Astro, Oma justru mengelus puncak kepalaku dan menatapku lembut.

Apakah Oma jujur padaku? Mungkinkah kelelahan bisa membuat seseorang dirawat di rumah sakit seperti ini?

***

Tiga hari Opa berada di rumah sakit, tiga hari juga aku menemani Oma bergantian menjaga Opa. Ada beberapa kolega Opa yang datang menjenguk, beberapa perwakilan karyawan toko, juga Pak Simon.

Dari percakapan yang kucuri dengar, Opa mengalami tekanan darah tinggi dan harus ditinjau oleh dokter. Namun dengan kondisi yang membaik, Opa diperbolehkan rawat jalan dengan berbagai catatan dari dokter yang harus dipatuhi.

Astro menepati janjinya dengan mengirimiku banyak sekali foto. Foto saat dia sedang berada di perjalanan, foto pantai, fotonya bersama ayah dan ibunya, bahkan ada berbagai video yang dia kirimkan. Aku sangat berterima kasih. Walau tentu saja akan sangat berbeda jika aku mengalami perjalanan itu sendiri.

Atas saran dari Mayang, aku dan Denada setuju menggunakan laba penjualan beberapa waktu lalu untuk membeli suplemen. Kami memberikan suplemen itu pada Opa sebagai hadiah kepulangannya dari rumah sakit. Opa senang sekali. Opa bahkan berkata bahwa Mayang dan Denada mulai saat itu adalah cucu baru untuknya.

Saat ini aku mulai berpikir, mungkin Opa tidak terlalu sulit didekati seperti yang selama ini kupikirkan. Aku berjanji pada diriku sendiri akan mulai lebih membuka diri pada Opa. Aku berharap kami akan lebih mengerti tentang satu sama lain nantinya. Bagaimanapun juga Opa dan Oma adalah keluarga yang paling dekat denganku saat ini. Aku tak akan banyak mengeluh tentang apapun keputusan yang mereka arahkan untukku.

Aku akan menjadi anak yang baik dan manis karena tak ingin mempermalukan diri saat tiba waktunya bertemu dengan Ayah, Bunda, Fara dan Danar di dunia yang berbeda nantinya. Aku berjanji akan menjaga Opa dan Oma dengan baik seperti mereka menjagaku. Aku akan bersabar dengan segala hal yang mungkin akan terjadi. Aku juga akan berusaha menjadi lebih kuat dan tegar, karena hanya aku satu-satunya yang tersisa dari keluargaku.

=======

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte

Novel ini TIDAK DICETAK.

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSIF & TAMAT di aplikasi WEBNOVE.L. Pertama kali dipublish online di WEBNOVE.L tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke LINK RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Luv kalian, readers!

Masa kecilnya Faza & Astro selesai di chapter ini. Chapter selanjutnya mereka udah remaja. Hati-hati baper sama tingkah mereka ya. Hati-hati! Jangan bilang nou ga ngasih peringatan ya ^^

Enjoy your journey with Faza & Astro ♡

Regards,

-nou-