Chapter 10 - Ambulance

Aku sedang duduk di ruang tamu sambil membaca buku saat ada pemberitahuan pesan masuk ke handphone. Denada mengirimkan sebuah hasil tangkapan layar ke grup Lavender. Di tangkapan layar itu ada sebuah foto dirinya dengan Mayang di instagram, sedang memeluk buket bunga dengan tiara bertengger cantik di kepala mereka dengan keterangan :

"Makasih banyak buat sahabat cantik yang ga mau di upload fotonya. Hadiah spesial ini pasti aku pajang di lemari kaca khusus."

Aku terkejut sekali saat melihat foto itu disukai 629 orang dan mendapatkan 216 komentar hingga berkali-kali mencoba memperhatikan keterangan foto yang tertera dengan lebih jelas untuk memastikan mataku tidak salah melihat.

Denada : Banyak yang minta dibikinin, Za. Kamu harus tanggung jawab. Aku kewalahan jawab DM (direct message/pesan langsung)

Mayang : Kamu bisa jualin nih, Za. Nanti aku bantu, tapi ajarin dulu ya

Denada : Ini udah ada 21 orang yang minta dibikinin. Gimana dong?

Aku : Mereka bilang ga mau minta dibikinin buat tanggal berapa?

Denada : Aku tanyain dulu ya

Aku meletakkan handphone di meja saat mendengar ketukan di pintu, lalu mengintip dari jendela dan mendapati Astro sedang berdiri di luar dengan tangan menenteng sebuah paper bag. Aku segera bangkit untuk mempersilakannya masuk.

"Kok ke sini ga bilang dulu?" aku bertanya setelah daun pintu terbuka.

"Mau nganter ini aja kok." ujar Astro sambil menyodorkan paper bag di tangannya padaku. "Isinya brownies. Ibu yang bikin buat kamu."

"Mm ... makasih."

"Aku langsung pulang ya. Titip salam buat oma sama opa."

Aku hanya mengangguk. Opa dan Oma sedang tidak di rumah, maka aku akan menyampaikan salam saat mereka pulang.

Astro berbalik dan segera menaiki sepeda. Dia menghilang dari halaman sesaat setelahnya. Entah kenapa aku merasa sedikit kecewa.

Aku mengintip ke dalam paper bag dan ada aroma coklat menguar dari sana. Aku membawanya ke dapur, memindahkan beberapa potong ke piring kecil dan menyimpan yang lainnya di dalam kulkas. Saat kembali ke ruang tamu, aku mendapati pemberitahuan baru di grup Lavender.

Denada : Sekitar tiga minggu lagi buat perpisahan sekolah katanya. Gimana?

Aku : Aku coba bikinin. Ada berapa?

Denada : Sementara ada 17 buket bunga, tapi mereka mau bentuk bunganya macem-macem. Sebentar aku kirimin foto contohnya

Mayang : Beneran mau dibikinin, Za? Itu banyak loh

Aku : Iya, kalian bisa bantu kalau ga keberatan

Mayang : Aku pasti bantu

Denada mengirimkan banyak foto contoh buket bunga mawar, dandelion dan peony, tapi ada beberapa yang meminta dibuatkan buket bunga lily. Yang membuatku terkejut, setelah Denada membuat sebuah unggahan baru bahwa aku membuka pesanan buket bunga dan tiara, pesanan untuk tiara datang lebih banyak. Mereka meminta dibuatkan dengan referensi berbagai jenis dan warna.

Hal seperti ini baru bagiku, maka aku bersedia membuatkan semuanya dengan membagi pesanan ke beberapa kloter. Dimulai dari yang pertama kali memesan, yang kedua dari kesediaan mereka menunggu pesanan mereka selesai dibuat. Selain itu aku juga membatasi jumlah pesanan.

Mayang dan Denada banyak membantu karena mereka sedang dalam masa liburan. Kami membeli bahan dari toko online yang menyediakan bahan kerajinan yang kami butuhkan karena akan membuang banyak waktu jika harus berkeliling mencari dari satu toko ke toko lain. Kami beruntung karena website itu memiliki koleksi yang cukup lengkap dan bervariasi.

Kami menggunakan sebuah kamar yang tak terpakai sebagai ruang untuk membuat pesanan. Aku membimbing Mayang dan Denada dengan menunjukkan beberapa teknik dasar yang pernah Bunda ajarkan padaku saat membuat beberapa kerajinan tangan, dibantu berbagai video dari youtube. Walau awalnya mereka merasa kesulitan, tapi dengan beberapa kali latihan mereka bisa mengerjakan prosesnya dengan cukup rapi. Aku merasa terbantu sekali.

Saat satu-persatu buket dan tiara selesai dibuat, kami mengambil foto untuk kami cocokkan dengan referensi yang diminta sesuai pesanan pelanggan. Mereka puas sekali dan berkata tak sabar menunggu pesanan datang.

19 buket bunga dan 27 tiara berhasil selesai dibuat dalam waktu dua minggu. Semuanya kami kirim menggunakan layanan ekspedisi antar jemput. Kami merasa senang dengan semua respon dari pelanggan. Ini pertama kalinya kami bekerja bersama dan menghasilkan banyak karya cantik yang bisa menghasilkan uang.

Dalam waktu singkat setelahnya, ada banyak foto buket bunga dan tiara yang ditautkan ke instagram Denada. Kami sangat antusias dengan respon baik yang mereka berikan. Terasa menyenangkan sekali.

***

Tengah malam, terdengar suara langkah kaki terburu-buru saat aku baru saja akan merebahkan tubuh di tempat tidur. Aku belum terlelap karena baru selesai membuat catatan pesanan buket bunga dan tiara.

Aku membuka pintu kamar dan menangkap kelebatan bayangan seseorang berjalan cepat menuju ruang tamu. Aku bergegas mengikuti bayangan itu dan mendapati Oma sedang memperhatikan dua pria yang berusaha mengangkat tubuh Opa masuk ke dalam mobil ambulance. Mobil ambulance itu memiliki lampu sirine yang menyala terang, tapi entah kenapa tak ada suara sirine khas ambulance yang berbunyi nyaring.

"Opa kenapa Oma?" aku bertanya.

Oma terkejut saat melihatku berdiri di sampingnya, "Opa ga pa-pa kok. Faza tunggu di rumah ya. Oma mau ikut nemenin opa."

"Faza mau ikut juga."

"Jangan, ini udah malem. Faza di rumah aja. Jagain rumah. Oma udah nelpon Asih buat ke sini nemenin Faza. Nanti Oma telpon kalau ada apa-apa." ujar Oma sambil mengusap kepalaku, lalu mengecup dahiku. Oma mengangkat sebuah tas yang cukup besar dan bergegas masuk ke dalam mobil ambulance yang segera pergi meninggalkan halaman.

Tak lama setelahnya Pak Said dan Bu Asih datang. Bu Asih adalah istri Pak Said, yang biasa membantu Oma menjaga dan mengurus tanaman di rumah. Sepengetahuanku rumah mereka tak jauh dari rumah ini. Bu Asih memintaku kembali tidur dan berkata akan menemaniku hingga Oma kembali. Dia berkali-kali meyakinkanku agar aku tak perlu mengkhawatirkan apapun, lalu membuatkanku segelas susu coklat hangat sebelum mengantarku kembali ke kamar.

Aku hanya menatap susu coklat hangat yang ditinggalkannya di atas meja kecil disamping tempat tidur. Aku sama sekali tak berniat menyentuhnya. Apalagi meneguknya.

Aku menyesali diriku sendiri. Seharusnya aku bisa memaksa ikut Oma dibanding harus menunggu di rumah tanpa tahu apapun. Berada di rumah seperti ini membuatku memikirkan segala hal buruk yang bisa kupikirkan. Aku sama sekali tak mampu memejamkan mata sepanjang malam dan berkali-kali menatapi handphone yang hening tanpa pemberitahuan apapun.

Ingin rasanya aku mengetik sesuatu di grup Lavender, tapi segera kubatalkan karena tak ingin mengganggu kedua sahabat baruku tengah malam dan membuat kepanikan. Terlebih, aku tak tahu pasti apa yang terjadi pada Opa.

Pagi tiba setelah terasa selamanya. Aku bergegas mandi dan berganti pakaian, juga memakai jaket karena kedinginan. Aku mengamit gelas susu yang isinya masih utuh karena sama sekali tak kusentuh dan membawanya ke dapur, lalu menuang isinya yang pasti sudah basi dan mencucinya.

Aku menemukan Bu Asih sedang berbincang dengan Pak Said di halaman yang masih diselimuti kabut pagi. Mereka yang menyadari keberadaanku berusaha tersenyum. Namun jelas sekali ada kekhawatiran di mata mereka.

"Pak Said bisa anter ke rumah sakit?" aku bertanya.

"Maaf, ga bisa, Mbak. Ibu minta saya jaga Mbak Faza di rumah." ujar Pak Said ragu-ragu.

"Bapak tau Opa dibawa ke rumah sakit mana? Faza bisa naik taksi kok." ujarku yang baru menyesali diri karena tak memperhatikan nama rumah sakit yang terpampang di badan mobil ambulance semalam.

"Saya ga tau, Mbak. Ibu ga nyebut apa-apa soal itu."

Aku terdiam, lalu kembali berjalan masuk dan duduk di salah satu kursi meja makan dengan rasa khawatir yang semakin besar. Tanganku mengamit selembar roti, mengoleskan selai asal saja dan mengunyah tanpa minat. Aku memang tidak merasa lapar, tapi aku tahu perutku harus diisi jika tak ingin membuat diriku sendiri jatuh sakit. Aku tak ingin membuat siapapun mengkhawatirkanku saat ini.

Aku mengeluarkan handphone dari saku, mengetik pesan ke Oma dan bertanya Opa berada di rumah sakit mana. Aku berniat berangkat ke sana dengan taksi secepat mungkin. Entah berapa lama aku menlirik handphone berkali-kali, tapi tak ada pemberitahuan apapun padahal aku tahu Oma membaca pesanku hingga aku merasa sangat bosan dan hanya memperhatikan jarum jam yang berpindah setiap detiknya.

Saat aku mulai mengantuk karena mataku lelah mengikuti putaran jarum jam yang terus bergerak, terdengar suara mobil masuk ke halaman. Aku memaksa diri bangkit dan berlari ke sana. Saat kupikir Oma lah yang mungkin pulang, aku justru mendapati Astro dan ibunya keluar dari mobil.

=======

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte

Novel ini TIDAK DICETAK.

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSIF & TAMAT di aplikasi WEBNOVE.L. Pertama kali dipublish online di WEBNOVE.L tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke LINK RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Luv kalian, readers!

Regards,

-nou-