Chapter 42 - Jaket

Jaket Astro memberiku lebih banyak perhatian dari murid-murid di hari berikutnya. Entah bagaimana, tapi sepertinya jaket itu memiliki tulisan dengan nama Astro yang hanya aku yang tak mampu melihatnya.

"Kenapa jaket Astro ada sama kamu?" Zen bertanya dengan suara pelan, sesaat setelah aku duduk di kursiku. Entah dia orang keberapa yang bertanya, tapi pertanyaannya membuatku melipat jaket Astro dan memasukkannya ke ransel.

"Jaketku kan rusak."

"Trus dia kasih jaketnya ke kamu gitu?"

"Aku ga yakin dia ngasih atau minjemin. Dia cuma bilang aku bisa pakai jaketnya." ujarku sambil berpikir akan mengembalikannya jika sudah membeli jaket yang baru.

"Hubungan kalian tuh apa sih sebenernya?"

"Menurut kamu?"

"Kalau emang ga ada apa-apa, ya jaga jarak dong. Both of you looks like a couple but you said that you are single (Kalian kayak orang pacaran tapi kamu bilang kamu ga punya pacar)."

"What are you trying to say (Maksud kamu apa)?"

"Kalau kamu single harusnya kamu bisa jaga diri baik-baik. Kamu jadi keliatan kayak ..." Zen menggantung kalimatnya.

Sejak dia menawariku bantuan untuk menyelesaikan lukisan, aku tahu dia tipe orang yang akan memaksudkan kata dalam kalimatnya dengan baik. Aku tahu dia tulus mengatakannya karena dia merasa peduli dan aku mengerti maksud ucapannya walau dia tidak menyelesaikan kalimatnya. 

Tiba-tiba saja aku mengingat momen orang-orang berbisik saat mereka memperhatikan aku dan Astro sedang bersama. Begitukah pendangan orang lain terhadap hubungan kami?

"Makasih udah ngingetin." ujarku singkat.

"Jaga diri kamu, Faza. Kita masih muda. Kita masih punya masa depan yang panjang." ujarnya dan kalimatnya mengingatkanku pada Opa.

"Aku tau kok." ujarku yang baru menyadari bahwa dia duduk di meja dan kursinya yang biasa, tapi menaruhnya di sebelahku. "Kamu duduk di sini sekarang?"

"Aku wakil ketua kelas di kelas ini dan aku mau nyalonin diri jadi ketua OSIS yang baru. Aku bakal jagain kamu mulai sekarang dan ga bakal biarin ada kejadian kayak kemarin lagi."

***

"Attention, Guys!" Zen berteriak di depan kelas dan meminta perhatian sesaat sebelum pulang. "Mulai hari ini bakal ada pembagian jadwal jaga kunci kelas. Karena jumlah murid di kelas kita ada 23 orang, kita bisa gantian setiap hari sama yang lain. Aku udah dapet ijin dari bu Gres sama pak Sugeng buat jadi kelas percontohan.

Kita mulai dari absen pertama, trus lanjut ke absen kedua dan seterusnya. Aku kasih contoh sore ini. Absen pertama terima jadwal jaga kunci, nanti dia harus nunggu semua anak kelas kita keluar sebelum pulang. Karena dia jaga kunci di hari jumat sore, kayak sekarang, dia punya tanggung jawab pegang kunci sampai hari senin dan harus dateng pagi, ga boleh lebih dari jam 07.15.

Tugasnya ngunci kelas aja kok. Kalau hari biasa, kalian megang kuncinya sampai hari selanjutnya aja. Oh ya, yang dapet jadwal jaga kunci punya tanggung jawab seharian jadi kuncen. Kalau ada jadwal olahraga atau pindah belajar ke laboratorium, dia harus pastiin semuanya keluar dan ngunci kelas. Dia juga yang harus buka kalau kita udah selesai dari semua kegiatan akademik. Kunci bisa dioper sore pas kita mau pulang dan giliran absen selanjutnya yang pegang tanggung jawab. Ada pertanyaan?" saat Zen mengakhiri kalimatnya, seisi kelas penuh dengan kalimat protes.

"Ribet banget Zen!"

"Aku ga yakin bisa bangun pagi deh."

"Kenapa ga kamu aja yang pegang kuncinya?"

"Kayak biasa aja sih. Ga ada apa-apa juga kok."

Itu hanya sebagian yang terdengar di telingaku. Mendengar kalimat-kalimat itu membuatku merasa buruk pada diriku sendiri karena sudah membuat Zen bekerja lebih banyak.

"Silent, please!" Zen berteriak menengahi protes di sekitarnya yang segera menghilang. "Ini cuma salah satu bentuk latihan tanggung jawab yang mau sekolah bentuk ke depan. Kalau alasan kalian cuma karena ga bisa bangun pagi, ya pasang alarm dong! Bangun lebih pagi, badan lebih sehat! Jangan males! Kalau ga mau ribet, silakan pindah ke kelas sebelah. Kelas sebelah punya lebihan quota satu orang, tapi jangan ngeluh kalau kelas kalian nanti dapet giliran yang sama. Asal kalian tau aja, kebijakan ini bakal dipakai pak Sugeng buat semua kelas beberapa bulan ke depan."

Lalu kelas kami hening. Sepertinya tak ada yang memiliki cukup keberanian untuk memprotesnya kali ini.

"Okay, deal ya! Aku udah jelasin mekanismenya. Mulai hari ini aku kasih kunci kelas ke absen pertama. Tolong dijaga baik-baik." ujar Zen untuk mengakhiri pengumuman. Setelah itu dia memanggil Ario dan memberikan kunci padanya. Ario menerimanya dengan terpaksa, tapi diabaikan olehnya yang kembali duduk ke kursi yang sudah pindah ke sebelahku.

"Kamu ga harus ngelakuin ini, Zen." ujarku pelan.

"Harus, kalau ga mau ada kejadian kayak kemarin. Lagian programnya bagus biar pada ga males ngurusin diri sendiri. Pak Sugeng sama bu Gres juga dukung kok." ujar Zen sambil membereskan barang-barangnya.

"I'm so sorry. Aku jadi bikin kamu repot."

"Ga perlu minta maaf. Kamu ga bikin salah."

"Kalau gitu aku mau berterima kasih aja sama kamu. Thank you, Zen." ujarku sungguh-sungguh.

Zen tersenyum. Kurasa dia memang tulus membantu.

=======

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte

Novel ini TIDAK DICETAK.

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSIF & TAMAT di aplikasi WEBNOVE.L. Pertama kali dipublish online di WEBNOVE.L tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke LINK RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Luv kalian, readers!

Regards,

-nou-