Chapter 30 - Keluarga

"Kakek Arya, ayahnya ayahku, ngasih aku lahan ini tiga tahun lalu buat aku kelola. Dulu aku masih ga ngerti harus ngapain, tapi ayah nyaranin buat bikin restoran steak kecil." ujar Astro sambil meneguk jus dan meletakkannya kembali.

Aku menatapnya dalam diam. Kurasa aku tak akan mampu mengatakan apapun sekarang.

"Ray, sepupuku tadi yang ketemu kamu, baru pulang dari Irlandia waktu itu. Dia pengen buka restoran, jadi ayah nyaranin kita kerja sama. Ray kerja buatku di restoran ini sambil aku belajar gimana cara ngelolanya." Astro melanjutkan penjelasannya.

"Tiga tahun lalu itu ... kita masih SMP kan?" aku bertanya. Aku sama sekali tak mengerti bagaimana seorang kakek bisa memberikan sebuah lahan yang begitu besar pada cucunya yang masih SMP untuk dikelola.

"Iya, pas aku umur lima belas tahun."

"Apa alasan kakek kamu ngasih lahan seluas ini buat dikelola di umur kamu yang baru lima belas tahun?" aku bertanya karena penasaran sekali. Aku benar-benar tak mempercayai pemahamanku.

"Di keluargaku kalau kamu berumur lima belas tahun, kamu udah dianggap dewasa. Lagian, aku cucu kesayangan kakek yang dipercaya buat jagain cucu kesayangan sahabatnya."

Aku berpikir lama sekali sebelum bicara, "Sebentar ... maksudnya gimana?"

"Kakek Arya itu sahabat baiknya opa Dewanto."

Seketika pemahaman di kepalaku muncul, "Maksud kamu kita bisa ketemu limat tahun lalu itu karena kakek kita punya hubungan sahabat gitu?"

"Kind of (Semacem itu)."

"Kenapa aku ga pernah tau tentang kakek Arya?"

"Karena kakekku lagi ada di masa istirahat. Ga banyak yang bisa ketemu, badannya ga sekuat dulu."

Angin semilir berembus membuat suara gesekan daun di antara pepohonan yang khas. Juga menerbangkan helaian rambut kami di sela perjalanannya menuju entah ke mana.

Kurasa penjelasan Astro menjelaskan banyak hal. Ingatanku kembali ke masa lima tahun yang lalu. Saat aku bertanya-tanya tentang siapa laki-laki yang sekarang duduk di hadapanku ini? Kenapa dia terlihat dekat dengan Opa dan Oma? Juga bagaimana Opa akan setuju saja dengan pendapatnya.

"Ayahku nganggep opa kayak orang tua sendiri. Sebaik ayahku ngerawat kakek, sebaik itu juga ayahku berusaha ngerawat opa." ujarnya dengan tenang.

Aku teringat dengan kejadian bertahun lalu, saat Opa harus dirawat di rumah sakit selama beberapa hari, yang datang menjemputku adalah Astro dan ibunya. Oma bahkan sempat keluar ruang rawat untuk bicara berdua saja dengan ibunya, entah membicarakan apa, walau aku merasa pembicaraan mereka saat itu terlihat sangat penting.

"Kenapa aku baru tau sekarang?" aku bertanya.

"Karena hubungan kakek kita bukan hubungan yang bisa dijelasin sembarangan. Hal-hal di keluargaku juga bukan hal yang biasa diterima banyak orang." ujarnya sambil mengamit sebuah roti dan mengolesinya dengan sedikit butter, lalu menggigitnya. Aroma butternya menguar harum di sekitar kami.

"Itu berarti aku juga harus jaga hal-hal ini tetap jadi rahasia?"

Astro hanya mengangguk. Dia masih mengunyah roti yang terlihat enak sekali.

"Kalau kamu bilang dulu ini cuma restoran kecil, gimana caranya sekarang bisa jadi kayak gini?"

"Thanks to Ray. Masakannya jadi daya tarik orang-orang. Dia juga ganteng sih, banyak sosialita yang mampir karena ngincer dia."

Kurasa aku bisa memahami hal itu. Ray memang tipe chef yang akan digandrungi wanita. Senyum isengnya pada Astro tadi adalah senyum iseng yang akan membuat wanita manapun meleleh melihatnya.

"Kakekku bilang prospek tempat ini bagus, jadi ngasih tambahan modal buat bikin resort itu." ujarnya sambil menunjuk ke arah resort cantik yang dibangun menggunakan material kayu. Resort itu terlihat seperti sekumpulan rumah-rumah kecil dengan lingkungan yang nyaman sekali.

Aku memberanikan diri untuk bertanya, "Kalau kamu jadi pemilik tempat ini, bukannya itu berarti kamu termasuk orang kaya?"

"Tergantung definisi kaya menurut kamu."

Kami berhenti berbincang saat mendengar langkah seseorang menaiki tangga, seorang pramusaji menghampiri kami sesaat setelahnya. Dia menyajikan dua porsi steak dengan potongan daging tebal dan aroma yang harum, membuat perutku tiba-tiba merasa lapar. Dia pergi sesaat setelah menaruh sebuah vas bunga di tengah meja dengan lavender di dalamnya.

"Kamu suka lavender kan?" Astro bertanya.

Aku mengangguk. Bagaimana dia bisa tahu?

"Bisa kita makan sekarang? Aku laper banget." ujarnya sambil menggenggam pisau dan garpu di masing-masing tangannya, sepertinya dia menungguku.

Aku mengangguk sambil mengamit pisau dan garpu. Kurasa aku akan menggodanya sebentar, "Selamat makan, Tuan Astro."

Astro tersenyum lebar sekali, "Apa sih?"

"Jadi kita bener-bener lagi dinner ya?" aku bertanya sambil menatap lavender di hadapanku setelah menelan potongan daging pertama.

"Aku bisa minta orang nanem banyak lavender di rumah opa kalau kamu mau."

"Aku bisa nanem sendiri kalau aku mau."

"Bukannya baru sore ini aku bilang ke kamu kalau aku akan ngasih lebih banyak kebaikan?"

"Kebaikan kamu yang mana lagi yang bisa kamu lebihin?"

Hening karena sepertinya dia tak menemukan kalimat yang tepat untuk mendebatku kembali. Hingga kami sibuk mengunyah makanan masing-masing.

Informasi baru ini membuatku banyak berpikir tantang Opa. Opa sama sekali tak pernah menceritakan apapun tentang Kakek Arya. Aku pun ragu apakah aku akan berani bertanya lebih banyak pada Opa setelah ini. Mungkin aku akan bertanya pada Astro saja.

Aku meletakkan pisau dan garpu setelah makananku habis dan menatap Astro yang sudah menghabiskan makanannya terlebih dulu, "Berarti kamu sering ke sini ya?"

"Kita bisa sering ke sini kalau kamu mau." ujarnya dengan senyum menggodanya yang biasa.

Aah bukan itu maksud pertanyaanku.

"Aku bisa nemenin kalau kamu ajak." ujarku sambil mengamit gelas berisi jus jeruk dan meneguknya untuk mengalihkan pikiran. Aku tak akan memintanya mengajakku ke sini lebih dulu. Tempat ini benar-benar membuatku merasa sedang berkencan dengannya.

"Kencan hari ini sukses kan?" Astro bertanya dengan senyum menggodanya yang biasa, membuatku tersedak karena mendengar kata kencan keluar dari bibirnya.

Astro menyodorkan tisu yang berada di atas meja kepadaku untuk membersihkan sisa jus di wajahku. Senyum menggodanya menyebalkan seperti biasa.

Pramusaji datang membersihkan piring steak sesaat setelahnya, lalu menaruh sebuah mangkuk berisi beberapa skup es krim strawberry dengan topping buah di atasnya. Dia membagikan sendok padaku dan Astro masing-masing satu sebelum berlalu.

Astro menyendok es krim yang menghadap ke sisinya, "Ray pasti mikir kamu ga bisa ngabisin es krim sebanyak ini, makanya ngasih sendok dua."

Aku lega dia tak mengatakan apapun tentang kencan lagi. Kurasa aku akan menganggapnya tak pernah menyebutkannya, "Aku punya pertanyaan. Tadi kamu bilang ini cuma satu hal, berarti ada yang lain yang aku ga tau tentang kamu, kan?"

Astro mengangguk, "Kamu pasti tau kalau udah waktunya kamu tau."

"Kamu ga takut aku manfaatin kamu setelah aku tau semua ini?"

"Kamu bukan orang yang kayak gitu, Faza." ujar Astro dengan tatapan mantap.

"Biasanya sikap orang berubah seiring waktu kan?" aku berusaha memberinya prediksi terburuk.

"Kamu pasti tumbuh jadi perempuan yang mandiri, kreatif, penuh passion. Kamu ga akan sempet ngurusin hal-hal semacem memanfaatkan orang lain."

Aku terdiam sebelum bertanya, "Segitu percayanya kamu ... sama aku?"

"Aku punya kepercayaan yang lebih dibanding itu." ujarnya yang seolah sedang mengakhiri perdebatan, tapi justru membuatku menatapnya penuh rasa ingin tahu.

Apa yang sebenarnya ada di dalam pikirannya saat ini?

=======

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte

Novel ini TIDAK DICETAK.

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSIF & TAMAT di aplikasi WEBNOVE.L. Pertama kali dipublish online di WEBNOVE.L tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke LINK RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Luv kalian, readers!

Regards,

-nou-