"Pagi, Kak." ujar seorang murid perempuan yang sedang memeluk beberapa buah buku bertumpuk di tangannya. Dia menyapaku saat aku dan Astro menuju kantin. Sapaan anak perempuan itu adalah entah yang keberapa pagi ini.
"Pagi." aku membalas sapaannya karena merasa tak enak hati jika hanya berjalan sambil lalu.
Kami sampai di sekolah pukul 07.26. Jauh lebih siang dibanding hari-hari sebelumnya. Di jam ini, sudah banyak murid yang datang.
Astro mengajakku duduk di salah satu meja saat kantin. Dia langsung mengeluarkan kotak sarapan kami dari ransel. Saat aku membuka kotak ternyata dia membuat ayam teriyaki dan telur dadar yang digulung dengan cantik, dengan semangkuk nasi di sisinya.
"Pagi." ujar seorang murid laki-laki yang menyapaku saat dia melewati kami.
"Pagi." ujarku untuk membalas sapaannya sebelum mulai menyendok nasi.
"Dia yang kesebelas." ujar Astro setelah menelan suapan pertamanya. Dia mengeluarkan handphone dengan tangan kiri dan terlihat sedang mengecek sesuatu sambil melanjutkan makan dengan tangan kanannya. Tak lama dia menaruh handphone di meja di hadapanku. "Video lomba nyanyi kemarin diupload di instagram sekolah."
Aku sama sekali tak tahu sekolah memiliki akun sosial media. Sepertinya aku juga tak memperhatikan siapapun mengambil video saat aku dan Zen tampil, tapi video itu memang menjelaskan kenapa ada begitu banyak orang menyapaku pagi ini.
Aku menyodorkan handphone Astro kembali padanya. Aku tak berminat mengomentari apapun dan melanjutkan sarapan. Masakan buatannya enak sekali.
"Kamu belajar masak dari Ray?" tiba-tiba aku mendapatkan sebuah pertanyaan yang terlintas di kepala dan langsung menanyakannya.
"Dari ibu. Aku ketemu Ray cuma buat urusan di sana aja."
Aku hanya mengangguk untuk menanggapi dan kami menghabiskan makanan dalam diam karena waktu sarapan kami hanya sebentar. Aku tahu Astro memilih mengajakku makan di kantin karena kami akan langsung berpisah sesampainya di lantai tiga untuk menuju kelas masing-masing.
"Kita muter lewat mading sebentar sebelum naik." ujar Astro setelah menghabiskan sari kedelainya dalam satu tarikan napas.
Aku mengangguk untuk menyetujuinya. Kami berjalan melewati sebuah koridor sebelum berbelok dan menemukan kerumunan murid di depan lukisan di sebelah dinding yang memamerkan mading sekolah.
Lukisan yang aku selesaikan bersama Zen sudah terpasang rapi dengan pigura baru di sebelah mading. Lukisan itu berada di dalam sebuah etalase khusus, dengan kaca yang lebar agar lukisan bisa dilihat semua orang, tapi tetap melindunginya dari debu dan kotoran. Terdapat keterangan di sudut kanan bawah etalase itu.
___
Lukisan ini dibuat oleh:
Mafaza Marzia
Hayakawa Zen
SMA AMRETA TISNA
XI Bahasa II, Angkatan XXIV
___
"Bagus." ujar Astro sesaat setelah memperhatikan lukisan itu.
"Thank you." ujarku untuk menerima pujiannya dengan senang hati. Namun aku baru menyadari dia baru melihat lukisan itu saat ini. Dia sama sekali tidak pernah memintaku memperlihatkan apapun yang kukerjakan untuk dekorasi kelasku.
Beberapa orang yang berkerumun sepertinya tahu bahwa akulah yang melukisnya. Mereka menatapku dengan rasa ingin tahu dan mulai mengajakku berkenalan satu-persatu.
***
Unggahan video di instagram dan lukisan yang terpajang di sebelah mading membawa perubahan besar padaku hari ini. Banyak murid yang menyapa dan mengajakku berbincang walau hanya sebentar.
Entah ada berapa belas orang yang datang ke kelasku. Ada yang datang hanya sekadar berkenalan. Ada juga yang memintaku kolaborasi menyanyikan lagu untuk diunggah di akun youtube miliknya, hingga aku tak sempat bertemu Astro di kedua jam istirahat hari ini.
Aku : Sorry, di sini ada beberapa orang dateng ngajak aku sama Zen ngobrol. Kamu makan sendiri ya
Biasanya Astro akan langsung menbalas tak lama kemudian, tapi aku mengecek handphone beberapa kali di sela percakapanku dengan Kak Sendy dan aku tetap tak mendapatkan pesan balasan apapun dari Astro. Aku meletakkan handphone dengan berat hati dan melanjutkan percakapan.
Kami membahas teknik melukis, cat, kuas dan media lain yang dipakai saat membuat lukisan. Hingga Kak Sendy memberitahuku di sekolah ini belum ada klub melukis. Dia berniat mengajukan proposal pada kepala sekolah setelah melihat antusiasme melukis yang diakibatkan oleh lukisan buatanku dan Zen. Dia akan mengabari jika proposalnya diterima dan meminta kami menjadi member klub yang pertama.
Sebetulnya aku tak ingin mengambil klub apapun sebagai kegiatan klub ekstrakurikuler. Namun aku tak sampai hati menolak permintaan menjadi anggota klub lukis yang pertama di sekolah ini. Sangat kontras denganku yang hanya menanggapi percakapan ini biasa saja, Zen terlihat senang sekali selama sesi percakapan. Senyum lebar menghiasi bibirnya dan sepertinya tak akan pergi dalam waktu dekat.
Kak Sendy segera pergi sesaat sebelum bel pelajaran akan dimulai. Dia meminta nomor kontakku dan Zen untuk memberitahu perkembangan selanjutnya.
Aku baru saja akan mengecek handphone saat melihat Astro masuk ke kelas tepat saat Kak Sendy keluar. Mereka saling menyapa sebelum Astro menghampiri mejaku untuk menyodorkan sekotak susu dan sebuah sandwich yang sepertinya dia beli di kantin.
"Makan sebelum jam istirahatnya abis. Nanti pulang aku tunggu di kelasku. Kita pulang bareng." ujarnya yang segera pergi sesaat setelahnya bahkan sebelum aku mampu menjawab apapun.
Donna yang duduk tak jauh dariku, yang sejak tadi memperhatikan percakapanku dengan kak Sendy, tiba-tiba menatapku dan tersenyum lebar sekali. "Dia bener-bener tau gimana caranya memperlakukan perempuan."
Aku hanya menaikkan bahu, lalu menggigit sandwich pemberian Astro yang terasa berbeda. Akan terasa lebih enak jika dia yang membuatnya, tapi aku akan tetap menghabiskannya karena merasa lapar. Lagi pula, aku tak akan membuang makanan hanya karena rasanya tak sesuai dengan seleraku.
"Kabarin aku kalau kalian jadian ya." ujar Donna dengan senyum penuh makna.
Aku tak menanggapi Donna kali ini. Sepertinya aku akan menggunakan nasehat Mayang untuk tidak berpacaran dan menggunakan waktu yang kumiliki untuk lebih banyak belajar.
Ada banyak hal yang harus kupelajari selain pelajaran di sekolah. Karena aku akan meneruskan toko kain milik Opa dan perusahaan peninggalan ayahku. Lagi pula, Astro pernah berkata aku tak perlu mengkhawatirkan dirinya jika nanti dia akan memiliki seorang kekasih.
Bukankah itu berarti aku tak perlu berurusan dengan perempuan manapun yang mungkin akan cemburu padaku? Berurusan dengan perempuan yang cemburu bisa menjadi sangat mengerikan, bukan?
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel ini TIDAK DICETAK.
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSIF & TAMAT di aplikasi WEBNOVE.L. Pertama kali dipublish online di WEBNOVE.L tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke LINK RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.
Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Luv kalian, readers!
Regards,
-nou-