Chapter 29 - Kebaikan

Aku memperhatikan rute jalanan yang kami susuri dan menoleh pada Astro, "Kita mau ke mana sih?"

"Masih jauh. Kamu bisa tidur kalau mau."

"Kenapa harus ke sana? Kita kan bisa cari yang deket."

"Karena aku pengen ngajak kamu ke sana." ujarnya sambil menatapku sesaat sebelum mengalihkan tatapannya ke rute perjalanan. "Aku udah ijin ke opa kok."

Kami sedang berkendara di tengah perbukitan. Banyak pohon tinggi dan rindang di sekitar kami dengan sinar matahari yang mulai berubah menjadi jingga keabu-abuan. Sinar matahari senja memberi kesan hangat pada sosoknya yang kini sedang kutatap lekat.

Aku selalu suka senja, cantik dan hangat. Terasa seperti ada sesuatu yang hilang, kembali lagi padaku. Aku sudah lama tak menikmatinya seperti ini karena ada terlalu banyak hal yang terjadi. Namun terlepas dari banyaknya hal itu, aku merasa ada sesuatu yang aneh.

"Aku boleh nanya?" aku memberanikan diri untuk bertanya.

"Boleh."

"Kenapa kamu baik sama aku?"

"Pertanyaan macem apa itu?"

"Kita udah main bareng lima tahun ini, Astro. Kamu ga mikir kita ... aneh?"

"Kenapa harus mikir begitu?" dia bertanya dengan alis mengernyit mengganggu.

"Kita bahkan ga punya hubungan keluarga."

Astro terdiam.

"Kamu beneran ga ngerti maksudku?"

"Aku tau maksud kamu."

"Trus?"

Astro menghentikan laju mobil di sisi jalan. Bias matahari di sisi tubuhnya membuatnya terlihat tampan sekali. Bahkan kurasa, jantungku baru saja berdetak lebih kencang. Dia menatapku lekat, "Kamu masih belum biasa nerima kebaikan setelah bertahun-tahun?"

Aku menghela napas perlahan, "Mungkin ..."

"Aku akan kasih kamu lebih banyak kebaikan kalau gitu. Biar kamu terbiasa." ujarnya sambil menggeser tubuh menghadap ke arahku. "Kamu ga harus ngerasa bisa ngelakuin semuanya sendirian, kamu tau?"

Entah kenapa, ada sesuatu yang mengganjal si dalam dadaku. Aku tak mengerti bagaimana harus menjelaskannya padanya.

"Aku tau kamu ga pernah mau ngerepotin siapapun, tapi aku ga pernah keberatan kamu bagi sedikit beban kamu ke aku. Aku bahkan akan minta lebih kalau aja aku ga tau kamu terlalu sungkan buat minta."

"Bukannya itu berarti kamu yang terlalu baik?"

"Trus kenapa kalau aku terlalu baik?" dia bertanya dengan nada tersinggung yang jelas sekali.

Aku tak tahu bagaimana harus menjawabnya. Aku hanya sanggup melihat sosoknya yang mulai terlihat gelap karena sinar matahari mulai menghilang.

"Kamu mungkin aja punya pacar suatu hari nanti." aku mengeluarkan kalimat itu pada akhirnya.

"Jadi ini semua tentang gimana kalau aku punya pacar?"

Aku menatapnya dalam diam. Entah apakah aku hanya berhalusinasi karena berpikir dia sedang memberiku senyum menggodanya yang biasa, tapi dia tampan sekali. Sangat tampan, hingga aku merasa tak terpikir cara lain bagaimana harus menjelaskan hal itu padanya lagi.

"Kamu ga perlu khawatir soal itu."

Kurasa kali ini aku yakin dia memang memberiku senyum menggodanya yang biasa. Ada sedikit cahaya mengenai tubuhnya saat dia menyalakan mobil, dengan mobil yang kembali melaju sesaat setelahnya.

Hatiku masih dipenuhi berbagai perasaan yang mengganjal. Benarkah aku tak perlu merasa khawatir andai saja dia memiliki pasangan?

Aku menghela napas. Aku terlalu lelah untuk melanjutkan pembicaraan. Bahkan sepertinya aku tertidur selama beberapa lama sebelum membuka mata dan mendapati kami sudah berhenti di depan sebuah resort dengan restoran outdoor yang luas sekali.

"Udah bangun?" aku mendengar suara Astro bertanya.

Saat aku menoleh, dia sedang menyandarkan tubuh di kemudi dengan lengan menopang kepalanya. Dia menatapku dengan tatapan seakan aku akan pergi jika dia mengedipkan mata.

"Kamu nunggu aku bangun?" aku bertanya.

Astro hanya menggumam mengiyakan.

"Berapa lama?"

"Sekitar sepuluh menit."

"Lain kali kamu bisa bangunin aku kalau emang kita udah sampai."

"Nungguin kamu tidur ga masalah kok buatku. Mau masuk sekarang?"

Aku mengangguk, lalu mengikutinya berjalan memasuki restoran dalam diam. Aku baru menyadari ada kanopi transparan yang melindungi di atas kami, yang membuat bulan, bintang dan seisi langit malam terlihat dengan jelas, dengan udara yang terasa sejuk menyenangkan.

Alih-alih mengajakku duduk di salah satu meja yang tersedia, Astro membawaku masuk lebih dalam. Dia menyapa seseorang yang berpakaian chef yang sepertinya berusia sekitar 25 tahun atau lebih. Entahlah aku tak dapat menebaknya. Aku mungkin saja salah menduga.

"Ray." Astro menyapanya.

"Astro." dia menepuk bahu Astro. Dari gerak tubuh mereka berdua, sepertinya mereka dekat.

"Ini Faza." ujar Astro sambil memberi isyarat pada Ray ke arahku.

Aku sedikit menundukkan bahu sebagai tanda perkenalan. Aku tak yakin untuk menjabat tangannya karena aku tak tahu kenapa aku diajak bertemu dengannya.

"Ray ini sepupuku. Chef di sini." ujar Astro seolah mampu menebak pikiranku.

"Akhirnya dibawa ke sini ya." ujar Ray sambil tersenyum padaku dan menatap iseng pada Astro. "Ada menu khusus yang mau kalian makan?"

"Tolong bikinin steak. Aku tunggu di atas." ujar Astro sambil berjalan menjauh.

Di dapur ini ada sebuah ruang terbuka, dengan banyak pohon di sekelilingnya. Ada sebuah tangga tak jauh dari deretan oven besar yang menguarkan aroma manis.

Aku mengikuti Astro menaiki tangga dan menemukan sekitar tujuh pasang meja yang tersebar di beberapa tempat. Astro memilih satu meja dekat teralis baja berukir rumit, yang mengingatkanku pada desain jaman berpuluh tahun lalu. Aku duduk tepat di seberangnya.

Pemandangan sekeliling terlihat lebih baik dari ketinggian ini. Seluruh tempat terlihat begitu jelas dan berpendar cantik dengan cahaya lampu yang menerangi. Di bawah sana, di deretan meja di bawah kanopi transparan, ada banyak pasangan dan keluarga sedang menikmati kebersamaan mereka. Membuatku mengingat keluargaku yang meninggalkanku bertahun lalu.

"Kamu suka?" Astro bertanya.

Aku menggumam mengiyakan, "Tempatnya bagus. Aku suka."

Sesaat kemudian, seorang pramusaji tiba di sebelah kami. Dia mengantarkan dua gelas air, dua gelas jus jeruk dan sekeranjang penuh berisi roti dengan butter di sisinya. Astro mengucapkan terima kasih sebelum pramusaji itu pergi.

"Kamu inget kamu penah bilang mau tau tentang aku?" Astro bertanya sambil menatapku lekat.

Aku menggumam mengiyakan dengan jantung mulai berdetak kencang. Entah kenapa aku merasa gugup.

"Aku mau kasih tau kamu satu. Tempat ini punyaku." ujarnya dengan tenang.

Aku terdiam selama beberapa lama sebelum akhirnya membuka suara, "Mm ... maksudnya?"

"Resort sama restoran ini punyaku."

Aku berusaha mencerna kalimatnya lama sekali hingga akhirnya memberanikan diri bertanya untuk memastikan pemahamanku, "Maksudnya gimana? Kamu yang punya ... tempat ini? Ownernya gitu?"

Astro menggumam mengiyakan, "I own this place (Aku pemiliknya)."

Sepertinya otakku berhenti berfungsi. Aku hanya mampu menatap kedua manik matanya dalam diam. Dia tenang sekali, yang entah bagaimana justru membuatku berpikir dia sedang bercanda.

"Ga ada yang tau kecuali keluargaku, dan ... opa."

"Sebentar." ujarku yang tak sanggup melanjutkan kalimatku. Aku sedang merasa aku bodoh sekali. Apa yang baru saja dia katakan?

Astro menatapku dalam diam. Aku tahu dia sedang menungguku mengatakan sesuatu.

"Bisa kamu jelasin? Kayaknya aku ... sama sekali ga ngerti." ujarku yang akhirnya aku menyerah menggunakan kemampuan berpikirku.

Bagaimana mungkin seorang laki-laki yang bahkan belum menyelesaikan pendidikan SMA-nya memiliki sebuah resort dan restoran seluas dan sebagus ini? Berkali-kali aku mencoba berpikir dia pasti sedang bercanda, tapi entah kenapa kurasa dia mengatakan yang sejujurnya.

Astaga, dia benar-benar keterlaluan jika sedang mengerjaiku sekarang. Coba lihat tatapannya yang begitu tenang.

=======

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte

Novel ini TIDAK DICETAK.

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSIF & TAMAT di aplikasi WEBNOVE.L. Pertama kali dipublish online di WEBNOVE.L tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke LINK RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Luv kalian, readers!

Regards,

-nou-