Tiga pesanan macrame yang datang dari instagram baru saja selesai kubuat saat aku menangkap keberadaan Astro di seberang mejaku. Dia memakai celana selutut berwarna hijau tua dan kaos berwarna coklat. Kupikir aku hanya sedang berhalusinasi, tapi setelah beberapa kedipan mata, dia masih tetap di sana.
Aku melepas earphone yang terpasang di telinga, "Emangnya kita punya janji mau ketemu hari ini?"
"Ga. Aku sama ayah abis ketemu opa." ujarnya sambil duduk tepat di seberang mejaku dan mengedarkan pandangan pada berbagai peralatan kerajinan tangan.
Aku melirik ke jam dinding di ruangan khusus untuk menyelesaikan semua pesanan, pukul 09.36. Ruangan ini adalah ruangan yang sama yang aku, Denada dan Mayang gunakan lima tahun lalu saat menerima pesanan pertama kami.
"Ayah di sini?" aku bertanya sambil bangkit karena ingin memberi salam.
"Udah pergi sama opa."
Aah begitukah?
"Aku ga denger kamu dateng." ujarku sambil duduk kembali.
"Kamu lagi sibuk ngerjain pesenan sambil denger lagu, mana mungkin tau kalau ada tamu?"
Dia benar, tapi melihatnya berada di ruangan ini terasa aneh untukku. Dia tak pernah masuk ke ruangan ini sejauh yang bisa kuingat. Apakah dia merasa diperbolehkan berada di sini karena sudah mengetahui tentang website Lavender's Craft milikku?
"Ada urusan apa kamu sama Ayah ketemu Opa?" aku bertanya untuk memecah hening di antara kami.
"Urusan laki-laki." ujarnya sambil mengambil kawat rhodium, tang dan aksesoris yang lain.
"Aku ga boleh tau?"
"Nanti kalau udah waktunya aku kasih tau."
Astro memang sering membuatku penasaran, tapi urusannya dengan Opa yang mana yang aku tak boleh mengetahuinya dan harus menunggu? Dia benar-benar menyebalkan.
"Kamu ada rencana ngapain hari ini?" Astro bertanya.
Hari ini adalah hari minggu. Karena kemarin terlalu sibuk di sekolah dan tak sempat mengerjakan pesanan apapun, aku berniat akan menyelesaikan semuanya sebelum makan siang. Setelah itu aku akan meminta Pak Said mengantar ke salah satu cabang toko kain milik Opa sekaligus membawa semua pesanan untuk kuantar ke ekspedisi.
"Aku mau ke toko di Anjungan kalau pesanan craft selesai."
"Aku anter."
"Kamu ga ada kerjaan lain?"
"Hari ini ga ada."
Astro terlihat begitu fokus berkutat dengan kawat rhodium dan tang, entah akan membuat apa. Dengan tawarannya sesaat lalu, kurasa aku membatalkan niat meminta Pak Said yang mengantar.
Aku memasang list musik di handphone dengan mode speaker karena tak sopan jika memakai earphone saat ada Astro yang menemani. Kemudian melanjutkan pesanan yang belum selesai.
Lima aksesoris rambut dan dua kalung pesanan selesai kukerjakan tepat jam sebelas. Aku mengepak semuanya dan membubuhkan nama penerima bersama dengan alamat mereka, lalu memasukkannya ke dalam kardus agar mudah dibawa ke ekspedisi.
"Cobain." ujar Astro sambil menyodorkan tang yang mengapit sebuah cincin putih yang terbuat dari kawat rhodium dengan desain lilitan yang terlihat rumit. Ada sebuah kristal berwarna violet di tengahnya yang membuat cincin itu terlihat cantik dan berbeda.
Aku penasaran dengan ukuran cincin itu, hingga tanpa pikir panjang langsung mengambil dan memakainya di jari manis tangan kiriku. Pas sekali.
"Gimana caranya kamu bikin ini?" aku bertanya sambil menatapnya tak percaya.
"Kamu suka?" alih-alih menjawabku dia justru bertanya dengan senyum menggodanya yang biasa.
Aku menggumam mengiyakan dan baru saja mendapat sebuah ide. Mungkin aku akan mulai memproduksi cincin buatan tangan juga. Namun sebelum itu, kurasa aku harus mencari banyak referensi teknik membuat dan bahannya.
"Itu hadiah spesial dariku. Ga boleh hilang." ujar Astro.
Aku hanya mengangguk. Bagaimana mungkin aku berniat menghilangkan cincin yang begitu cantik? Cincin ini bahkan sangat pas di jariku.
"Kamu bisa jadi asistenku, kayaknya kamu berbakat." ujarku. Aku mengatakannya dengan sungguh-sungguh.
"Aku ga tertarik." ujar Astro yang langsung menolakku.
Aku menatapnya dengan tatapan sebal. Padahal akan menyenangkan andai saja ada seseorang yang bisa kuajak berbagi ide baru untuk berbagai desain.
"Jangan sampai hilang ya, Nona. Aku ga akan bikinin kamu yang baru walau kamu ngerengek sama aku." ujar Astro dengan wajah serius.
"Iya, Tuan Astro yang bawel." ujarku yang masih merasa sebal, tapi bersungguh-sungguh akan menjaga cincin itu dengan baik. "Pesanan customerku udah selesai. Ke dapur yuk. Aku laper."
Astro hanya mengangguk dan kami beranjak ke dapur. Kami menemukan Oma yang baru saja selesai memasak dibantu Bu Asih, sedang memindahkan sayur dan lauk pauk ke meja makan.
"Pertama kalian ketemu dulu kalian masih imut-imut. Coba liat kalian sekarang." ujar Oma sambil menatapku dan Astro bergantian dengan seulas senyum di bibirnya. Ada tatapan aneh yang tak bisa kumengerti. Mungkin Oma merasa kami cepat sekali tumbuh dan membuatnya sedih?
"Oma kenapa?" aku bertanya sambil memeluk lengan Oma.
"Oma ga pa-pa. Kalau kalian udah setua Oma nanti, kalian akan ngerasa waktu cepet banget lewatnya. Manfaatin baik-baik waktu yang kalian punya." ujar Oma sambil mengelus puncak kepalaku.
Aku mengalihkan tatapan dari Oma dan menatap Astro yang terlihat biasa saja. Dia bahkan sudah duduk di kursinya yang biasa jika sedang menumpang makan di rumah ini.
Oma mengajakku duduk dan kami makan siang bersama sambil membahas apa saja yang terjadi saat acara kemerdekaan di sekolah kami diselenggarakan kemarin. Setelahnya, aku dan Astro meminta izin berangkat ke toko.
Toko di Anjungan adalah cabang toko yang terletak satu jam lebih perjalanan dari rumah. Opa membuka cabang itu untukku. Dari toko itulah aku belajar mengelola bisnis dan memiliki bayangan bagaimana harus mengendalikan cabang lainnya saat Opa memutuskan untuk pensiun.
Sebetulnya aku sudah menantikan momen ini sejak lima tahun yang lalu, walau Opa baru memberikan kepercayaan padaku satu setengah tahun lalu. Aku sama sekali tidak merasa keberatan mengelola cabang kain sejauh yang bisa kuingat. Walau harus kuakui, aku merasa sebal saat Opa berkata dirinya sudah terlalu tua.
Aku mengangkat tangan kiri dan menatapi cincin di jari manisku. Aku mengambil handphone dari saku dan mengambil sebuah foto, lalu mengunggahnya ke instagram sebagai referensi produk baru.
"Jangan dijual." ujar Astro ketus.
"Cuma buat referensi kok. Kalau ada yang pesen nanti aku bikinin yang baru. Cincin ini tetep buatku. Lagian ukurannya pas sama jariku."
"Bikin desain yang beda dari itu. Aku ga rela desainku dicontek." ujar Astro sambil menatapku tajam.
"Iya, nanti aku cari referensi desain lain buat kujual."
Handphoneku bergetar karena ada pemberitahuan pesan dari grup Lavender. Aku membukanya.
Mayang : Faza, aku mau ambil kain di Anjungan siang ini. Kamu ada di sana?
Aku : Aku lagi jalan ke sana. Kamu mau ambil jam berapa?
Mayang : Sekitar jam tiga
Denada : Kalian mau meet up? Aku ada jadwal fitness di area sana, tapi baru selesai jam setengah empat. Nanti aku nyusul ya
"Mayang sama Denada mau ke toko sekitar jam tiga. Kamu ga keberatan?" ujarku untuk memberitahu Astro.
"Ga pa-pa. Nanti aku pergi kalau mereka sampai. Kamu bisa kabarin kalau mau pulang. Nanti aku jemput."
"Aku bisa pulang pakai taksi online kok."
"Kabarin aku aja. Aku mau ke toko action figure di sekitar situ."
Aku hanya menatapnya dalam diam karena tak tahu harus mengatakan apa. Menolak pun sepertinya tak akan berguna.
"Aku tau kok aku baik hati, tapi kalau kamu liatin aku begitu nanti kamu yang baper." ujar Astro dengan senyum menggodanya yang biasa.
Aah laki-laki ini benar-benar menyebalkan.
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel ini TIDAK DICETAK.
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSIF & TAMAT di aplikasi WEBNOVE.L. Pertama kali dipublish online di WEBNOVE.L tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke LINK RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.
Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Luv kalian, readers!
Regards,
-nou-