Plak!
Gerakan refleks Nami menampar wajahnya. Bagaimana dia bisa bengong di siang bolong yang bukan tujuannya sama sekali, terlebih lagi orang yang berada di hadapannya bisa mati secara perlahan dan menyakitkan tidak lebih dari sejam.
Sebelum Nami mengobati orang itu. Ia membuat sihir array. Sihir array adalah sebuah lingkaran sihir yang menangkal sihir dari luar area lingkaran.
Sut...
Nami mengulurkan tangannya ke arah kepala orang itu yang sedang tak sadarkan diri. Lalu ia menutup matanya.
Elemen air tak cukup mampu menyembuhkan pemuda ini bakal memakan waktu lama, jadi dia harus menyelesaikannya secepatnya, sebelum terlambat.
Jadi dia dengan hati-hati menggunakan elemen cahaya. Yang terkenal langka dan telah lama punah setelah terjadi peperangan dewa-dewa dengan para iblis beribu-ribu tahun lamanya? Dan menjadi kepunahan atau bisa dibilang mereka menghilang di telan bumi?
Jangan berpikir Nami berada dari salah satu keturunan tersebut. Sebab ia juga kurang jelas dengan orang tuanya. Ia hanya tahu penjelasan neneknya bahwa ayahnya jauh lebih dulu meninggal saat ia berada di dalam kandungan.
Sedangkan ibunya meninggal setelah ia dilahirkan. Ini sungguh pukulan telak bagi seorang Nami saat bayi.
Tapi masa sekarang Nami tak repot memikirkannya itu sudah cukup baginya, dirawat oleh neneknya dengan kasih sayang dan penindasan. Itu sepenuhnya tidak buruk.
"Anak nakal apa yang kau lakukan sekarang!" Tegur seseorang yang sangat familiar bagi Nami melalui telepati.
Stt!
Nami membuka matanya. Dia benar-benar tahu itu. Setelah sebuah suara telepati muncul dipendengarannya.
Kali ini sebuah layar hologram, oh tidak ini seperti jauh terlihat lebih nyata layaknya tubuh asli neneknya berada di hadapannya dengan wajah marah.
"Hehehe...nenek apa yang sedang anda lakukan di sini?" Pucat Nami dia tertangkap basah, ya neneknya melarang menggunakan sihir langka itu.
"Bukankah aku telah memperingatimu untuk jangan menggunakan sihir cahaya?"
"Eh uh?"Nami tak tahu harus mau menjawab apa, dia benar-benar tertangkap basah.
"Kau benar-benar sulit sekali diatur! Kenapa kau ingin membantu orang lain dengan sihir langka itu. Bukankah kau bisa menggunakan sihir lain?" tegur neneknya marah, dan kenapa bisa gerakan mulutnya, bersatu dengan ludahnya hingga muncrat ke wajahnya, dan bagaimana bisa air liur itu sangat nyata, nenek berhenti mengujiku dengan liurmu. Wajahku sudah buruk jangan perumit lagi.
"Argh!" pekik pemuda itu kesakitan, kali ini dia bereaksi.
Nami menatap neneknya dengan penuh harap, "Nenek ini salahku! Aku harus menyelamatkannya. Jika menggunakan sihir lain untuk penyembuhan. Itu akan berlangsung lama. Dan sekarang cucumu ini hampir membunuh orang yang tidak bersalah lagi. Jadi biarkan Nami kali ini! " Mantap Nami begitu yakin dan berharap neneknya mengiyakan.
"Tidak! Kau tak boleh melakukannya. Jadi, jika kau melukai setiap orang. Maka kau akan menyelamatkan mereka semua selama itu terjadi? Sehingga cepat atau lambat semua orang akan tahu mengenai keberadaanmu sebagai seseorang pengguna sihir langka? Dan juga mereka akan tahu bahwa kau bisa menggunakan semua elemen sihir di dunia ini?" Tolak neneknya dengan wajah tegas dengan aura gelap.
Nami menelan ludah sekenanya, perintah nenek adalah mutlak. Jika dia memancing kemarahan neneknya. Maka ia akan dihukum dengan sangat berat, jika ia kabur.
Nami akan dikejar sampai ke ujung dunia, ntah di mana ujungnya. Dan terlebih lagi, ia mungkin saja dilarang kembali ke rumah gubuknya. Padahal ia sudah diusir dari kontrakan.
Nenek jangan tinggalkan Nami-chwan walau diriku memang terlihat sepertinya si kucing pencuri yang anak buahnya luffy si topi jerami gomu-gomu no, gutlin gun!. Di harapkan kepada pembaca bijak untuk mengabaikan pemikiran primitif dari Nami.
Uhuk!
Pemuda itu kali ini menyemburkan darah dari mulutnya. Dan alhasil wajahnya sebagai wadahnya, sial ia belum mandi selama 2 hari, dan hanya mengandalkan elemen air nya untuk menyeka bagian wajah, tangan, dan kakinya sekarang.
Secret roman : Bukankah kau pengguna sihir air, bodoh? Mengapa kau begitu pelit untuk digunakan dirimu sendiri!
Nami : Bisakah kau diam dan tidak merusak suasana?! Aku harus menghemat biaya jadi apa maumu? Ubah cerita, dan jadikan aku kaya!
Secret Roman : ...
Nami :Rupanya kau hanya penulis yang hanya banyak bicara! Jadikan aku kaya! Kaya!
TAMAT
Nami: Apa yang kau lakukan? Aku belum muncul terlalu banyak! Bagaimana kau menamatkan cerita ini sesukamu! Dasar Penulis sialan!
TAMAT
Nami: Penulis cantik dan baik hati kembalikan cerita ini. Saya tidak akan menuntut banyak! Maafkan saya! Saya salah, semua yang ada pada diri saya salah.
Kembali pada kenyataan, Nami memikirkan orang di hadapannya. Betapa lemahnya dia. Tapi tunggu orang ini dalam kritis, dan ia harus menyelamatkannya.
"Maafkan aku nenek! Jika pemuda tampan ini mati aku takkan hidup tenang. Bila nanti pencapaian kekayaanku akan meningkat, tetapi kisah percintaanku di masa depan malah suram.
Bukankah itu tidak ada gunanya? Dan bagaimana jika cucumu hanya memegang tongkat di masa depan nanti tanpa seorang pendamping.
Mungkin Nami di masa depan akan dihina sebagai perawan tua sekaligus pembunuh pemuda tampan yang mampu menjungkir balikkan kerajaan karena ketampanannya!" Ujar Nami ngawur tidak mendengarkan neneknya, dan segera melakukan pengobatan ulang.
"Ck! Anak ini! Mengapa dia terlahir bodoh? Sepertinya ia masih bisa melangkah lebih jauh dengan kebodohannya. " Desis neneknya berbicara pada dirinya.
Fiuh!
Neneknya menghela napas panjang. Kalau cucunya bersikap begini. Maka tidak akan ada yang bisa menghentikannya, mengingat betapa keras kepalanya dia.
"Baiklah! Selamatkan dia. Dan--" Neneknya menunduk sebentar, lalu, "Minta dia biaya pengobatan! 70 % pembayaran berikan padaku. "
"Nenek kau kejam sekali. Tapi ide nenek Nami suka. Tunggu..." Nami terdiam sejenak masih tidak menghentikan kiriman aliran cahaya kepada tubuh orang di hadapannya.
"Bagaimana bisa nenek mendapatkan 70% pembayaran , sedangkan Nami hanya 30% saja. Bukankah Namilah yang di sini bekerja keras. Nenek tidak melakukan apa pun sama sekali. Selain memarahi Nami. Bagaimana kalau pembagilan hasil 50-50?" Ungkap Nami dengan wajah piciknya.
"Siapa yang menyuruhmu menyuarakan pendapatmu atas perintahku? Tidak ada pembagian 50-50 kembali keputusan awal!" Tolak neneknya dengan raut wajah gelap dan aura yang sama seklai tidak bersahabat.
Nami tidak mau kalah, "Nenek cucumu juga membutuhkan uang. Jangan pelit begitu!"
"Tidak!"
"Nenek..."
Srt...
Pemuda itu telah kembali pada pernapasan normal. Keningnya sudah berkerut pertanda mulai sadarkan diri.
"Dia telah sadar. Jangan lupa 70% pembayaran berikan padaku. Jika dia tidak memberimu uang pengobatan. Habisi dia. Dan hilangkan jejak mayatnya." Kata Neneknya dengan aura mengintimidasi, lalu tubuh hologramnya menghilang,
Seketika bulu kuduk Nami merinding. "Dia itu nenek siapa sih? Bagaimana bisa dia terlalu menyeramkan seperti itu."
Pemuda itu menunjukan tanda bahwa dia akan membuka matanya. Hal pertama yang dilihatnya adalah...
Sebuah cahaya menguasai penglihatannya yang agak buram. Dan itu terasa menyejukkan pada seluruh organ tubuhnya. Ia tertegun, cahaya?
Segera ia memperbaiki penglihatannya dengan jelas.
Cahaya itu berasal dari seseorang yang berada tepat di hadapannya, "Aku tak pernah tahu keindahan yang selama ini menghiasi istana. Bukanlah keindahaan sejati. Apakah aku sudah..." Paraunya melankolis matanya tidak bisa berpaling, dan rasa sakit telah menghilang.
"Kau sadar?" Tanya Nami berhasil menghentikannya aktifitasnya.
Aduh Nami bodoh, kalau dia sudah sadar harusnya aku menghentikan mengalirinya dengan cahaya. Jerit Nami dalam hati menyesali perkataannya.
Dan tunggu Nami sebelumnya mendengar perkataan pemuda itu. Yang dia dengar adalah sebuah pujian mengenai dirinya, ntah kenapa ia merasa pemuda tampan yang dapat membalikkan kerajaan karena ketampanannya ini orang yang mesum.
Seketika itu juga Nami takkan lagi terjebak dalam pesona fatomorgana itu. Dia harus memperbaiki ekspresinya.
Nami sepertinya memiliki sebuah kesempatan memanfaatkan pemuda itu saat sudah bersiap duduk tegap yang sebelumnya berada dipangkuannya. Uang...
"Siapa anda?" Tanyanya sopan sambil memegang kepalanya yang terasa sakit ringan.
Nami tak bisa menyembunyikan senyum liciknya, "Biaya pengobatan?"
Jreng!
"Apa maksud anda nona? Apakah saya terlihat sakit?" Bingung pemuda itu.
Nami mengangguk setuju, "Kau hampir mati karena otakmu mengalami pendarahan."
Ini aneh...bagaimana bisa otaknya mengalami pendarahan padahal dia baik-baik saja sebelumnya. Tunggu kenapa bisa dia berada dipangkuannya. "Apakah kau seorang bidadari? Atau seorang penipu ulung?"
"Apakah saya terlihat seperti itu? Bayar saja saya. Jangan mencurigai seseorang yang menyelamatkanmu tanpa sebab. Saya hanyalah seorang gadis miskin tak berdaya, bukan seorang bidadari atau pun penipu ulung!"
Sst...
Pemuda itu berdiri dari tanah, membersihkan jejak-jejak tanah yang menghiasi tubuhnya. Lalu ia berjalan pergi meninggalkan penipu ulung ini. Walau dia sangatlah cantik, bukan berarti ia akan terjebak dengan tipuan seperti itu, ini pemerasan namanya.
"Tuan ke mana anda akan pergi?"
"Bukan urusanmu. Dan saya tidak akan mem--bug!" Ujarnya terpotong saat kepalanya terbentur dengan array sihir yang sangat kuat.
Dan bagaimana bisa ia tidak menembusi array sihir ini. Biasanya dia sangat mudah mematahkan array sihir penyihir terkuat di sini, atau kerajaan lain?
"Kenapa saya tidak bisa keluar dari sini? Ini aneh."
"Tentu saja, tuan. Anda takkan bisa keluar dari sini. Kecuali anda bisa mendapatkan darah saya."
"Apa maksudmu darah?"
Nami mengangguk, "Iya saya membuat array sihir ini dengan darah saya. Jadi ketika ingin menghilangkanya juga harus menggunakan darah saya."
"Blood Magic Array? Bukankah itu mantra sihir kuno? Bagaimana nona bisa tahu sihir yang telah punah itu?" Kali ini pemuda itu terkejut.
"Dari mana saya tahu itu bukan urusan anda, tuan muda. Urusan saya adalah apakah anda ingin memberi saya biaya pengobatan atau saya tidak bisa mengeluarkan anda hidup-hidup.
Mengingat atasan saya (nenek) untuk melakukannya. Jika tidak saya akan terkena imbas. Mumpung saya masih bersikap lunak.Berikan saya biaya pengobatan." Ujar Nami dengan picik, namun di satu sisi ia tidak tega melayangkan nyawa orang lain ketika ia sudah menyelamatkannya, mengingat kejadian ini juga berasal dari kecerobohannya.
"Hahaha saya ingat sekarang." Tawanya meledak dengan secepat kilat ia telah berdiri di belakang gadis itu.
lalu ia berbisik di samping kuping gadis itu, "Bukankah anda yang menonjok saya dari atas sana?"
Nami membulatkan matanya setelah mendengar pengakuan tersebut. Oh ayolah dia tertangkap basah. Waktunya ia kabur...
Jtas!
Saat dia ingin melakukan aksi kaburnya. Ternyata pemuda itu sadar, dan segera menyerangnya.
Nami yang menyadarinya segera berbalik. Lalu mematahkan sihir petir milik orang itu dengan tanah berlapis karet. Hingga serangan itu kembali mengarah pada orang itu.
Uhuk!
Batuk pemuda itu tubuhnya nampak gosong. Nami tersenyum kikuk sekali lagi dia melukai pemuda yang tidak terlihat tampan itu.
"Maaf tuan! Apakah anda terluka sekali lagi? Ini buruk bagaimana anda bisa terluka lagi. Padahal saya hanya menggunakan 10% mana saya. Atau jangan-jangan anda..." Ujar Nami panik kemudian membuat raut wajah mengejek.
Ada raut kekesalan di atas keningnya. Ia sebagai orang besar dengan kekuasaan yang sangat kuat di pandang enteng oleh seorang gadis yang masih terlihat muda itu. Dan bagaimana bisa ia dianggap lemah?
Tapi tunggu, tadi dia merasakan sebuah kekuatan yang tertahan dari milik seseorang.
Pemuda ini memiliki penglihatan penerawang, atau bisa dibilang penglihatannya seperti sinar X-ray, yang mampu memvonis kekuatan dalam diri orang tersebut. Dan hal aneh yang ia temukan bahwa kekuatan gadis di hadapannya ini tak terhingga, apa-apaan ini?
Bukankah ia menggunakan elemen cahaya padanya. Elemen sihir paling langka,
"Kau pengguna elemen cahayakan?"
"Eh?"
"Jadi benar apa yang kulihat tadi."
"Anda salah tuan."
"Penguasa elemen cahaya, tanah dan karet. Pantas saja! Tunggu..." Ujar pemuda itu terhenti memikirkan sesuatu.
"Dia mengabaikan jawabanku. Bagaimana anda bisa memutuskan semuanya sendiri?!" kata Nami dengan emosi tertahan.
Dan juga itu berhasil membuat Nami keringat dingin. Dia malah menunjukkan kekuatannya sekaligus, betapa bodohnya dia. Ini bukan masalah ketahuan pada orang-orang yang ia takutkan. Tapi itu neneknya.
"Anda salah tuan. Sepertinya anda tak perlu membayar pengobatan anda. Permisi." Pamit Nami segera mengigit ujung jari telunjuknya hingga mengeluarkan darah. Ia ingin membatalkan blood magic array.
Grep!
Orang itu menahan ujung pakaian lusuhnya di bagian belakangnya, dengan suara mengintimidasi ia mengatakannya. "Apakah nona si pemberontak itu?"
"Siapa yang memberontak? Alasan apa tuan muda menuduh saya seperti itu. Saya bukan pelayan anda atau kaisar saya."
"Oh jadi itu anda." Cetus orang itu tanpa mendengar pengelakan dari Nami sambil mengusap dagunya dengan tangan satunya yang bebas. Apa-apaan ini?
Dia tersenyum licik, "Saya lupa memperkenalkan diri. Saya adalah kaisar sihir yang ingin meminta penjelasan anda mengenai pemberontakan yang anda lakukan, dari mana anda bisa mengehui sebuah mantra penghalang sihir kuno kuat, elemen cahaya yang langka, bahkan menguasai beberapa elemen sihir tanah, air, api, dan karet. Atau jangan-jangan bukan hanya itu saja yang anda kuasai?" Ungkapnya satu persatu-satu berhasil menangkap basah Nami.
Nenek selamatkan Nami!