Chereads / The Sage Witch Number One / Chapter 7 - BAB 6 - Jangan Bunuh Nami!

Chapter 7 - BAB 6 - Jangan Bunuh Nami!

Kaisar sihir  mencoba mencari kebohongan di balik mata Nami. Tapi setiap kali ia mencoba untuk melihat matanya, gadis itu pasti mengalihkan pandangannya, dia tampak berkeringat dingin. seolah ia sedang berusaha membohonginya.

Kaisar tersenyum miring. "Baiklah! Saya mengerti!" Langsung saja kaisar sihir menggendong Nami.

Kaisar sihir membawa Nami duduk di atas kuda pegasusnya. Setelah mereka berdua sudah aman di atas pegasus. "Terbang ke istana sekarang juga!" Titahnya dengan  segera pegasus  menuruti perintah tuannya. Mereka pun terbang tinggi menuju istana yang jauh di atas bukit sana.

"Yang Mulia bisakah anda tidak melupakan semua ini?" Jerit Reiner sang menteri pertahanan frustasi.

Bagaimana tidak? Dibanding memilih tangan kanannya untuk mengurus, kaisar sihir malah menyerahkannya pada Rainer. Untuk menangani kepala koki, dan juga semua makanan yang ada dikedai itu.

Dalam artian kaisar sihir membeli toko atau bisa dibilang restauran daging itu untuk Nami. Mengingat kaisar sihir berencana membuat Nami tinggal di istananya, dan agar gadis itu nyaman ditempatnya, ia juga membeli kehidupan si Koki itu, begitu besarnya kaisar sihir mengorbankan Rainer.

"Sepertinya kau mendapat anggota keluarga yang baru." Ujar Andreas menahan tawa, dan segera memerintahkan kuda dark brownnya untuk segera ke istana.

Rainer Tersenyum kecut. "Bisakah Yang Mulia berhenti menyusahkanku? Aku sudah mempekerjakan banyak orang aneh." Pedih Rainer, setiap kali kaisar sihir tertarik segala sesuatu, ia akan membelinya, tapi ujung-ujungnya ia memberikan pada Rainer.

Terlebih lagi Rainer tidak membutuhkan mereka. Karena membuang-buang uangnya saja. Belum lagi tidak ada orang normal disisinya dari pemberian kaisar sihir.

Dia benar-benar dalam keadaan tidak bisa memilih antara dia harus menangis atau bahagia mengenai hal ini. Dan tidak ada dari salah satu itu dia akan pilih!!!

***

Tap...tap...tap...

Seorang gadis masuk ke dalam istana dengan arsitektur yang memadupadankan gaya Eropa dan klasik sehingga memiliki nilai seni yang sangat tinggi dan tampilan indah.

Tak lupa saat melihatnya kalian akan memberi kesan bahwa istana ini berkarakter megah dan mewah. Mata gadis itu sulit berpaling dari segala jenis benda di dalamnya. Apakah keseluruhan isi istana ini terbuat oleh emas murni dan permata?

"Kita sekarang berada di The Throne Room. Lebih tepatnya penobatan untuk kaisar dan ratunya yang baru. Kamu lihatkan dua kursi berlapis permata itu di sana?"

Nami mencoba celingak-celinguk, mengapa hanya para pelayan, dan pejabat yang ada menyapa mereka, lebih tepatnya kaisar sihir.

"Di mana ratumu? Dari tadi aku tak melihatnya, Yang Mulia." Balas Nami tapi dia tidak melihat kaisar sihir sama sekali, malah lebih memilih melirik yang lain dengan mata binar, come to mama my money...

Kaisar Sihir nampak terdiam sejenak berpikir. Dia kemudian mengangkat kepalanya, lalu melihat Nami. Kali ini kaisar sihir dan Nami berbicara santai satu sama lain. Kecuali Nami yang masih menyematkan kata Yang Mulia.

"Aku belum memilih ratuku. Ini pasti terdengar aneh. Rencananya aku ak--" Perkataan kaisar sihir terpotong.

"Yang Mulia tidak laku? Oh itu tidak masalah aku bisa membantu anda mencarikan ratu yang layak untukmu. Tapi tidak sekarang Nami harus sekolah dulu. Kalau sudah menjadi ksatria sihir, oh tidak panglima sihir. Nami akan membantu anda. Kalau Yang Mulia Kaisar Sihir ingin menunggu sih." Cecar Nami menjelaskan rencananya, kalau kaisar sihir mau menunggu dia akan mencari yang cocok menghangatkan tempat tidurnya dengan baik, mungkin akan sangat mantap kaisar sihir tinggal ditempat tidurnya terus dengan pelayanan istrinya yang memuaskan, mungkin tidak lama mereka akan meneruskan keturunan.

Kalau ia berhasil melakukan itu, bisa jadi ia akan menjadi ibu baptis anak itu, dan statusnya akan sangat meningkat lagi dan lagi.

Secret Roman : Pikiranmu nak kotor sekali. Perlu dicuci biar bersih ini -_-

Walau umurnya masih belia, tapi nantikan setelah dia lulus dari sekolah sihir umurnya sudah berada pada tahap awal menuju kedewasaan. Nami tak bisa menutupi senyumnya, memikirkannya saja hatinya sudah berdebar-debar.

Kaisar Sihir tercengang dengan penjelasan Nami. Padahal bukan itu yang ia pikirkan. Dengan jarak 2 meter dari tempat mereka berdiri masing-masing. Terlebih lagi, apa-apaan senyumnya itu, bukankah senyum itu senyum orang mesum.

Kaisar sihir tidak bisa tinggal diam, segera mendekat ke arah Nami. Ingin menawarkan kesepakatan padanya, dan berhenti menawarkan diri sebagai bayi cupitnya, atau bisa dibilang sebagai pemburu cinta dalam mencarikan jodoh ideal untuknya.

Memikirkannya saja membuat kaisar sihir jijik. Jika wanita lain berada di sekitarnya, kecuali Nami, keponakan perempuannya yang kecil, kakak perempuan, dan ibu surinya,

"Aku tak mengerti mengapa pikiranmu sejauh itu untuk membantuku. Kau pikir aku jenis kaisar sihir yang sangat menyukai peperangan akan memikirkan hal itu. Agar ibu suri tidak memaksaku menikah demi urusan politik. Aku ingin membuat kesepakatan dengan--"

Krek!

Bunyi patahan terdengar, kaisar sihir sekali lagi dibuat kaku. Sedangkan Nami menatap darah yang keluar dari mulutnya. "Gigiku berdarah."

Lalu gadis itu menoleh ke arah kaisar sihir dengan mulut berdarah, "Yang Mulia apakah lempengan ini terbuat dari permata dan emas murni asli?" Tanya Nami penuh harap dengan mata berbinar penuh semangat.

Kaisar Sihir langsung shock. Jadi dia tak menghiraukan semua perkataannya, dan malah melihat semua benda-benda itu.

"Lupakan! Ikut aku, aku akan menunjukkan tempat lain padamu." Ajak kaisar  sihir dengan tubuh mendidih, malu.

Berbanding terbalik dengan pikiran Nami yang dipenuhi permata dan emas murni. "Terima kasih, Yang Mulia!"Setujunya dengan teriakan melengking menerima perintah kaisar sihir.

Apakah kaisar sihir yang berwibawa, kuat, dan dingin ini harus menangis atau bahagia dengan sikap gadis di hadapannya ini yang baru sehari ini ditemuinya.

***

Seorang lelaki yang masih remaja berumur 16 tahun melihat pamannya berjalan dengan seorang bocah lelaki yang bernampilan kotor dan lusuh. Dan tunggu mengapa pamannya yang berhati dingin dan kejam itu bisa bersikap lembut dengan bocah lelaki itu.

Lelaki itu mengusap lengan pakaian khas milik seorang pangerannya itu, merinding. Dia takkan lupa bagaimana kejam dan dinginnya, pamannya ketika ia harus diajak tanding pedang.

Dan tentu saja dia kalah telak. Pamannya benar-benar berdarah dingin, dia pernah hampir membuatnya mati kehabisan darah, hanya untuk berlatih tanding dengannya, dan melupakan bahwa orang yang latihan tanding dengannya adalah keponakannya sendiri.

"Apa yang sebenarnya direncanakan paman kekaisaran? Oh sebaiknya aku melaporkan ini pada nenek! Kalau tidak ini bisa gawat! Tidak mungkin orientasi s*ks paman kekaisaran bermasalah bukan?"

***

Nami nampak sedang berada disurga. Bagaimana bisa benda-benda itu memanggilnya, dan memintanya "Ambil aku!" Kira-kira jika dia mengambil beberapa benda antik di sini, berapakah uang yang akan dia peroleh setelah menjualnya.

"Hehehe..."Tawa Nami bodoh dengan iler jatuh dari sudut mulutnya.

Dia menatap kedua tangannya yang ahli mencuri itu. "Kalau aku mengambil beberapa sumber uang bukan maksudku benda ini. Tidak akan berpengaruh dengan masalah keuangan kerajaan,bukan?" Ujar Nami perang batin.

Di atas kepala Nami seperti ada dua sisi berbeda dari dirinya. Yang satu memakai baju serba putih dan lingkaran cincin di atas kepalanya, sedangkan satu sisi memakai pakaian serba merah, memiliki ekor, dan juga dua tanduk kecil di atas kepalanya.

"Jangan lakukan itu!"

"Apa maksudmu melarang Nami untuk memiliki barang itu. Nami lakukan jangan dengarkan si kerdil idiot itu!"

"Jangan Nami-chwan! Jangan menjadi Nami si pencuri!"

"Lakukan! Jangan dengarkan si kerdil idiot itu!"

"Nami kamu harus ingat, kamu jangan lupa masalahmu yang sebenarnya sebagai seorang tahanan kaisar sihir sekarang. Yang kamu harus pikirkan sekarang adalah bagaimana kabur dari tempat ini, sebelum tubuhmu dibelah dan dijadikan sebagai bahan uji coba! Dan kau si bertanduk unyu berhenti memanggilku si kerdil idiot, aku ini bidadari idola pria kaya!"

"Oi! Kau sama berbakat jahatnya denganku!  Dan berhenti memanggilku juga si bertanduk unyuk aku ini si bertanduk imut! Dasar kerdil idiot. Bidadari idola pria kaya p*ntatku!"

"Apa maksudmu aku sama jahatnya denganmu? Aku ini hanya menyuruhnya untuk kabur segera. Berhenti memanggiku kerdil idiot, dan jangan menyamakan gelarku dengan pantatmu itu sangat berbeda!" Kali ini si bidadari idola pria kaya menyerang si bertanduk imut dengan tongkat keangungannya berlapis emas itu.

"Aw!" Jerit si bertanduk imut itu. "Ini balasanku!"

Nami nampak blank otaknya benar-benar bermasalah sekarang. Bagaimana bisa ia mengkhayalkan sesuatu aneh.

Dua makhluk kecil saling tusuk-menusuk pantat di hadapannya. Bukankah adegan itu perlu di sensor untuk anak di bawah umur sepertinya.

"Berhenti!" Jerit Nami.

Kaisar sihir berhenti setelah mendengar perintah oleh seorang gadis yang dibawanya ke mari. Terlebih lagi ia merasakan sensasi panas di bagian belakang tubuhnya. Ia segera berbalik,

"Ada ap--"

"Aku akan mengambil benda-benda ini terlebih dahulu, lalu kabur dari sini kalian puas?" Frustasi Nami dengan suara melengking, berhasil membuat kaisar sihir shock.

Ntah kenapa ada aura yang lebih kuat dan suram darinya, ia segera menyadari apa yang dikatakannya. "Eh?"

Nami mengangkat wajahnya melihat ekspresi Kaisar Sihir yang tidak bersahabat, dan sangat dingin itu. "Yang Mulia anda salah pa--" Belum selesai Nami berbicara.

Sudah ada dua ksatria elit dalam bayangan mengapit dua lengannya. Lalu menyeretnya pergi dari tempat ini, "Yang Mulia tolong dengarkan penjelasan rakyat jelatamu ini! Jangan bunuh Nami!"

Kaisar sihir menggeleng tak percaya ia meninggalkan Nami dan masuk ke dalam portal hitam.

"Yang Mulia! Jangan pergi! Dan juga anda tahu cara menggunakan portal sihir! Mengapa anda tidak menuju ke sini menggunakan portal sihir saja! Tanpa harus sebelumnya dicegat ditembok pembatas sebelumnya! Mengapa anda lebih memilih dipermalukan! Yang Mulia apa anda seorang masokis senang menerima hinaan seperti itu! Tidak! Yang Mulia!!!"