"Sialan, kenapa lelaki itu ada di kelas ini."
"Dia itu si non-atribut."
"Untuk apa dia disini, usir saja dia!"
"Berurusan dengan orang seperti dia tidak ada untungnya, jadi tinggalkan saja dia."
Keributan tepat di hari pertama penerimaan murid baru, orang yang dibicarakan mereka hanya berpaling menatap ke arah jendela dengan tidak peduli.
Baginya ini bukan pertama kalinya dia mendengar cemoohan itu.
Sudah semenjak pendaftaran, banyak murid telah mengetahui rahasianya dan karena itu dia selalu disindir tak akan dapat lulus seleksi.
Namun bagai keajaiban, saat murid lulus seleksi diumumkan, nama pemuda itu disebut menjadi salah satunya. Seketika hal itu menimbulkan beberapa kontra di kalangan murid baru.
Masalahnya adalah hanya dirinya murid non-atribut yang ada di sana. Wajar saja, karena akademi yang dia masuki adalah jenis akademi sihir bergengsi di Kerajaan Midland.
Total keseluruhan akademi yang ada di dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Midland kurang lebihnya 8 akademi terakreditasi.
Namun diantara seluruh akademi, terdapat lima akademi sihir bergengsi yang namanya telah melambung hingga terdengar oleh beberapa kerajaan tetangga.
Kelima akademi tersebut adalah Arderth Academy, Lesford Academy, Sliyan Academy, Estalucia Academy, dan terakhir Luisya Academy.
Kelima akademi itu sering di sebut sebagai 'Bintang Fajar', yang telah melahirkan begitu banyak penyihir berbakat.
Murid dari akademi itu dianggap sebagai saingan berat dalam ajang Festa beberapa tahun terakhir dan dianggap sebagai kandidat juara.
Dari persaingan itulah setiap akademi berusaha menyembunyikan aib atau sesuatu yang seharusnya tidak diperlukan agar tidak mencoreng nama akademi mereka.
Dan salah satu diantaranya beranggapan tentang keberadaan non-atribut yang dianggap tidak kompeten karena tidak mampu menguasai sihir dengan seharusnya.
"Baiklah, semuanya harap tenang dan kembali ke bangku kalian!"
Seorang wanita memasuki kelas menghentikan keributan secara tidak langsung.
Keheningan merebak hingga lelaki yang selalu dibicarakan sebelumnya ikut tenang menghadap ke arah wanita itu.
Sebelum memulai kelas, wanita itu menatap keseluruhan kelas, matanya menangkap sosok yang akrab di telinganya karena telah menjadi buah bibir para guru pengampu juga murid kalangan atas.
"Hmmm... bagaimana aku memulainya. Baiklah, sebelumnya perkenalkan. Namaku Alsa. Aku akan menjadi guru pengajar sekaligus wali kelas kalian. Jadi mohon kerja samanya."
Alsa adalah wanita anggun berkacamata diumurnya yang mungkin hampir mencapai kepala tiga. Rambutnya kecokelatan dengan manik mata yang senada.
Lalu Alsa memanggil nama setiap murid di kelasnya.
Setiap kelas memiliki guru pembimbing mereka masing-masing. Guru itu akan menjadi penanggung jawab kelas dalam belajar mengajar dan pelatihan dalam setahun penuh.
Ada juga yang disebut guru pengganti, namun mereka bekerja secara pasif saat guru utama sedang tidak mampu mengajar.
Jumlah kelas setiap tahunnya selalu sama, maka terkadang sulit untuk menemukan wajah baru guru di akademi jika memang tidak ada yang pensiun.
Dengan begitu Alsa tak akan heran jika sesuatu mungkin akan terjadi dalam jangka waktu pendek diantara murid di kelasnya.
Ditambah lagi setelah ini terdapat ketentuan penggunaan asrama. Para guru dan petinggi akademi memutuskan untuk melakukan ketetapan satu kamar dua orang demi meningkatkan hubungan antar tim.
Namun, bahkan dia yang belum melakukan pendekatan pada siapapun sudah mendapat cemooh di seluruh kalangan Luisya Academy.
Sebagai guru tentunya Alsa akan bersikap netral. Dia adalah muridnya, dan Alsa akan membantunya menemukan patner tim yang sesuai.
Tidak banyak, cukup satu saja dari ratusan murid di akademi agar mau menerima keberadaan lelaki tersebut.
"Yang terakhir adalah Reita Hellian Raymond."
Katanya tertuju pada lelaki tersebut.
"Dan sepertinya jumlah murid kelas ini menurun akibat pengunduran salah seorang murid. Untuk saat ini jumlah kalian ganjil. Tidak ada perubahan pada keputusan akhir, kalian akan mendapatkan kamar masing-masing sesuai ketentuan dengan prosedur tertentu."
Karena perbedaan yang kebetulan terjadi, Alsa menetapkan kalau pembagian kamar tidak berubah bahkan bagi mereka yang belum berpasangan. Daripada ketentuan, apa yang diucapkannya lebih seperti sebuah hak khusus dan tentu Alsa tak perlu mengatakan pada siapa ketentuan itu diberikan.
Lelaki berambut hitam dengan manik mata biru cerahnya itu hanya duduk seorang diri pada meja kembar dengan dua bangku. Perkataan Alsa itu membuatnya bersyukur karena mendapat guru pembimbing sepertinya.
Sontak hal itu menjadi bahan perbincangan seluruh murid. Mereka saling memperdebatkan tentang siapa pasangan mereka dalam persiapan keikutsertaan pada event Festa mendatang.
Tentu kau tidak ingin tinggal sendiri selagi kau bisa berbagi kamar dengan orang lain. Meski beberapa menyayangkan karena tak dapat menguasai kamar seorang diri.
Beruntungnya, tak ada perbedaan antara apakah pasangan mereka seorang bangsawan atau bukan. Semua memiliki fasilitas yang sama.
Meskipun begitu, masih ada diantara mereka yang enggan bersuara karena dia tak sanggup membicarakannya dengan siapapun.
"Seperti yang kalian ketahui ketentuan ini diberlakukan berdasarkan event Festa yang sebentar lagi akan digelar. Namun kami juga memberikan fasilitas khusus tak kala beberapa dari kalian ikut terpilih menjadi calon pagelaran Festa tingkat yang lebih tinggi. Contohnya saja Aquamarine Festa yang diadakan kerajaan tiap tiga tahun sekali dengan satu tim beranggotakan empat orang. Ada juga Ginga Festa tiap lima tahun sekali dengan enam orang anggota tim."
Kemudian Alsa menjelaskan lebih lanjut mengenai festa.
Pada intinya festa adalah ajang pertempuran antar penyihir secara berkelompok. Yang membedakan tiap festa adalah tingkatannya dan juga hak keikutsertaan peserta.
Tidak semua orang diizinkan mengikuti festa, dibutuhkan syarat tertentu untuk bergabung secara resmi.
Reita sendiri tak tau sejauh mana dirinya dapat mengikuti pembicaraan Alsa. Pada kenyataannya Alsa membicarakan kepada mereka yang sudah memiliki pasangan mereka, tidak teruntuknya.
Opsinya saat ini adalah dengan terpaksa harus memohon satu orang murid agar ingin menjadi pasangannya.
"Tapi... memangnya ada yang mau satu tim dengan orang sepertiku?"
★★★
Malam menjelang. Reita yang telah membawa barang bawaannya memasuki kamar miliknya seorang diri hanya terduduk diam di atas ranjang.
Tidak, tepatnya itu hanya kamar sementara. Jika akademi memutuskan menyingkirkannya yang tanpa pasangan dengan mereka yang berpasangan maka tak ada alasan untuk menolaknya.
Reita bertaruh dirinya akan diusir tidak lebih dari seminggu, karena rata-rata semua orang hampir sudah memiliki pasangan mereka masing-masing.
Dirinya yang saat ini keadaannya sedang terlontang lantung, harus segera bertemu Alsa dan meminta bantuannya.
Pasalnya tidak mungkin akademi membiarkan jumlah murid mereka ganjil, pasti ada setidaknya yang akan bernasib sama dengannya yang tak memiliki pasangan.
Reita yakin akan ada jalan keluar untuknya. Dia hanya perlu bersabar.
Saat dirinya akan menutup jendela kamar setelah menata barang miliknya, Reita terdiam karena suatu hal.
Matanya yang sebelumnya kosong mendapatkan kembali cahayanya begitu melihat sesosok gadis di taman belakang gedung asrama.
Tempat itu adalah lahan kosong yang hanya berisikan beberapa pohon rindang. Disana, untuk pertama kalinya Reita mendapati seorang gadis duduk bersandar pada salah satu pohon seolah tengah mengistirahatkan dirinya.
'Dia ini... apakah dia belum mendapatkan kamarnya?'
Pertanyaan itu muncul tak kala Reita juga dapat melihat barang bawaan gadis itu yang tergeletak tak jauh darinya.
Entah mengapa Reita menjadi bungkam dengan terus menatap wajah cantiknya sedikit terpesona. Rambut merah menawannya terlihat begitu menyala di waktu sepetang ini.
Mata gadis itu tak lama kemudian terbuka menampilkan manik mata yang senada dengan warna rambutnya.
Matanya berkeliling seolah dirinya bisa mengetahui seseorang tengah mengawasinya.
Saat matanya bertemu pandang dengan Reita, dia terdiam. Lalu tanpa alasan yang pasti gadis itu tersenyum padanya.
Itu adalah pertemuan pertama Reita dengan seorang murid sejak memasuki akademi yang mau tersenyum padanya.
★★★
"Ah, kebetulan sekali karena aku baru saja mendapatkan kabar baik. Sepertinya pihak akademi baru saja memanggil murid yang sebelumnya tidak lulus untuk menggenapi kelas. Tentu karena dia sebelumnya tidak lulus, dia harus menjalani beberapa arahan jadi dia baru dapat masuk hari ini."
Dari semua orang yang terkejut karena penasaran, Reita seorang dirilah yang bungkam seolah tidak menghiraukan ucapan Alsa.
Saat Reita memandangnya, Alsa tersenyum padanya yang membuat Reita tak tau harus bersikap bagaimana dengan situasi tersebut.
Alasannya adalah kejadian malam sebelumnya.
"Baik, mari aku kenalkan kalian. Masuklah!"
Pintu terbuka dengan hentakan ringan. Seorang gadis masuk dengan seragam yang nampak cocok di tubuhnya membawa setenteng tas di depan badan dengan kedua tangannya.
'Woooww...'
Semua mata lelaki terpana memandangi keanggunannya, sedangkan para gadis sepertinya merasa terkejut tak menduga kemunculannya.
Mata gadis itu memandangi teman sekelasnya lalu terhenti pada satu titik, dia kemudian tersenyum dengan hangat.
"Sepertinya aku kenal dengan gadis itu."
"Ya, aku juga. Tapi dimana aku melihatnya?"
Beberapa mulai menyuarakan hal tersebut. Seperti yang telah Alsa duga, gadis itu cukup dikenal banyak murid.
"Mari kita mulai. Sebagian dari kalian mungkin lupa. Itu wajar mengingat apa yang telah dilalui gadis ini. Karena itu aku perkenalkan, gadis ini Miu. Dia adalah anak berbakat beratribut api yang pernah dikenal sebagai ‹Prometeus Child›."
'Prometeus Child...——'
Reita yang baru mengetahuinya ikut bergumam hal yang serupa dengan murid lainnya.
Tak lama dari itu seluruh murid meneriakkan keterkejutan mereka.
"""""EEEEEHHHH...!!!"""""
Hanya Reita yang sepertinya belum menemukan jawabannya. Dia masih berpikir keras dimana dia mengenal nama Prometeus Child.
Atau mungkin ini baru pertama kalinya dia mendengarnya?
"Perkenalkan, namaku Miu Yualita Ierlan. Salam kenal semuanya."
Membungkuk hormat, Miu kemudian menegakkan badannya. Seketika dia mendapatkan tatapan penuh harap seluruh lelaki di kelas.
"Jika ada yang ingin kalian tanyakan langsung segera tanyakan."
Tepat setelah Alsa berujar, seluruh murid berebut ingin mengajukan pertanyaan, namun bahkan sebelum Alsa menunjuknya, salah seorang murid mendahului.
"Apakah kau masih solo?"
Sontak lelaki yang mendahului itu mendapat sorakan kekesalan seluruh murid, namun beberapa langsung terdiam karena sebenarnya mereka memikirkan hal yang serupa.
Miu masih menyunggingkan senyumnya. Dia kemudian berujar.
"Tidak. Aku baru saja mendapatkan pasanganku. Aku masih belum mengenalnya dengan baik bahkan namanya, tapi orang itu ada disini. Dia yang duduk di belakang kelas."
Mendengar jawaban Miu, seluruh kelas menatap tajam Reita. Lelaki itu berpaling menghindari tatapan itu, namun bulu kuduknya tidak mau berhenti bergetar.
"Tapi kau belum mendaftar bukan? Lebih baik kau berganti pasangan. Lelaki itu tak baik untukmu."
Hal cerah itu membuat seluruh kelas kembali berharap. Mereka tak ingin kehilangan kesempatan untuk berdekatan dengan Miu yang adalah orang yang cukup terkenal.
"Ah, aku ingin mengatakan sesuatu. Sebenarnya aku sudah memindahkan seluruh barangku satu kamar dengannya. Jadi maaf ya."
Meski begitu dia masih tersenyum. Tak lama dari itu Alsa menimpalinya.
"Sebagian dari kaliankan sudah mendaftar. Lagipula jika pergantian diberikan, apakah pasangan kalian akan setuju? Kalian salah jika seperti itu. Alasan kami memasangkan kalian adalah untuk memperkuat hubungan serta kerja sama kalian. Kami tau risiko karena membiarkan lelaki dan wanita berduaan, tapi kami masih memiliki mata yang dapat mengawasi tindakan kalian."
Setelah Alsa mengatakannya seluruh kelas bungkam. Mereka sadar apa yang mereka lakukan. Itu karena jika pasangan mereka memilih meninggalkan mereka, otomatis yang ditinggalkan akan menjadi pasangan Reita.
Karena itu kembali terjadi keributan dua pihak. Satu bersikeras dan satu mempertahankan pasangan mereka terutama para gadis yang berpasangan dengan para lelaki.
"Kalian semua hentikan keributan ini. Aku hargai keinginan kalian, tapi ada yang lebih membutuhkan pasangan saat ini. Aku harap kalian mengerti keputusanku ini."
Mungkin terkesan sepihak, namun kesempatan seperti itu tidaklah datang dua kali. Saat ini hanya Miu lah pasangan yang cocok dengan Reita, jadi Alsa tak bisa melepas kesempatan ini.
Kelas terdiam. Beberapa bersyukur dan beberapa nampak kesal. Kemudian Miu dipersilahkan duduk di sebelah Reita.
Setibanya disana, Miu tersenyum padanya dengan tangan yang terulur.
"Mulai sekarang, mohon kerjasamanya, non-atribut."
Reita terbelak. Miu bahkan tau tentang dirinya, namun dia sama sekali tidak mengeluh atau mempermasalahkannya.
Tanpa sadar Reita membalas uluran tangannya.
"Aku juga mohon kerjasamanya, Miu."