Azzahra bersekolah di SMPS Blue Star. SMP Swasta Khatolik terfavorit di kota. Azzahra juga di masukkan di asrama putri Matahari Terbit bersama kakaknya, Silvia Eriana yang saat itu sudah kelas 2 SMA.
Sebagai pendatang baru, Azzahra menyukai asramanya yang besar dengan penghuni sebanyak 80 orang, ia bermaksud menyambut anak-anak asrama dengan jamuan yang seru. Azzahra membuka tasnya, ia mengeluarkan bertoples-toples makanan, lalu membawanya turun ke dapur dilantai satu.
Ia menghidang makanan-makanan itu diatas meja untuk dicicipi anak asramanya.
Ada abon kelelawar, tumis kaki seribu, belalang bakar, sup kecoa, sambal kalajengking, pekasam cicak, dan puding busa sabun dengan toping odol rasa mintz.
Bukannya dimakan, anak-anak asrama muntah semua, mereka mengatakan lelucon Azzahra tidak lucu meskipun setiap kali menceritakan kisah itu, mereka selalu tertawa terbahak-bahak sampai muntah-muntah. Azzahra bingung, kenapa mereka tidak tau, kalau dirinya tidak sedang membuat lelucon.
Mulai saat itulah, Azzahra tidak mau lagi berhubungan dengan kuliner insecta dan melupakan Aria. Ia jadi ingat dengan nasihat neneknya dulu, "dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung", artinya Azzahra harus menyesuaikan diri dengan lingkunganya disana, bahwa "Kuliner Insecta Adalah Lelucon yang Memualkan".
Asrama Matahari Terbit yang Azzahra tinggali ini lama kelamaan membuatnya merasa tidak nyaman. Biayanya memang murah, 500 ribu untuk 1 tahun. Tapi ternyata dalam satu kamar berukuran 3 x 3, isinya 6 orang sekaligus lemari masing-masing yang di beli sendiri. Bayangkan betapa efisiennya. Tidurnya melantai hanya beralaskan karpet sobek. Setiap orang hanya punya tempat tidur sebesar tubuhnya sendiri.
Karena Azzahra tidak suka sempit, setiap malam ia selalu denser rock gurita, menendang semua orang yang tidur di sebelahnya seperti gurita berenang, supaya tempat tidurnya lebih luas.
Mirisnya lagi karena lantai nya terbuat dari papan yang terlalu ekonomis, lantai dan dinding serta lemari lemari nya jadi sarang kutu kutu papan, alias siluman kepinding yang kesurupan setiap malam. Seluruh anak asrama terancam anemia karena darahnya dihisap oleh ratusan kepinding kesetanan setiap harinya.
Belum lagi air nya, mereka mandi dari air yang disedot dari sungai yang digunakan warga lain sebagai pembuangan akhir, spt sampah, pempes, softex bahkan pembuangan kolset juga. Apesnya peralon sedotan air untuk bak mandi mereka tepat berada dibawah peralon kolset orang.
Tak pernah terlintas dibenak Azzahra bahwa ada jenis air yang seperti ini, dikampung Azzahra, semua air itu bening dan bersih kecuali air lumpur. Pembuangan juga di dalam tanah bukan di sungai.
Tapi bagaimanapun juga, Zahra harus membiasakan diri dengan lingkungannya sekarang, membiasakan diri dengan alergi kulitnya yang datang setiap hari. Bagaimanapun Juga, orang tua Zahra tidak mampu untuk menyewa kost atau kontrakan yang lebih baik.
Sebagai murid pindahan disekolah barunya, Azzahra menjadi murid yang expert hampir disemua bidang.
Ia sangat aktif dan percaya diri. Ia selalu maju kedepan dan juga menjadi contoh bagi murid kelas lain. Azzahra tidak pernah merasa aneh atau buruk dengan asalnya yang dari kampung pelosok primitif. Karena kepercayaan dirinya yang kuat, ia memiliki banyak teman, semua orang adalah temannya. Namun Azzahra tidak memiliki sahabat. Hal itu dikarenakan Azzahra suka berkelahi, nakal dan menjahili siapa saja.
Aktivitas Azzahra disekolah hanya dua, bermain dan belajar. Jika sedang bermain, Azzahra akan mengganggu aktivitas semua orang disekitarnya. Itu terjadi kapanpun selama tak ada guru dan selama tak ada sesuatu yang ia pikirkan.
Seperti saat ini, ketika tidak ada guru di pelajaran terakhir. Azzahra mulai mengganggu siapa saja yang ada disekitarnya, Ia menarik dasi, menarik buku dari meja mereka, menggoyangkan meja, menarik kursi dari belakang secara tiba-tiba atau menembak orang lain dengan dasinya.
Sayangnya kebanyakan dari mereka tidak merespon dengan baik, mereka hanya menjulingi matanya atau memarahi Azzahra saja. Kristan, sang ketua kelas selalu meneriaki Azzahra supaya ia diam di kursi, tapi itu takkan terjadi karena bukan Azzahra saja yang jalan-jalan dikelas. Sandy bahkan dari tadi latihan atlit tanpa ada seorangpun yang melarangnya. Bukan sekedar latihan skill atlit biasa, Sandy sedang push up dengan satu tangan, diatas dua meja, kaki di meja lain dan tangan di meja lain. Sementara tengahnya kosong. Aksinya dilakukan terus menerus dan tak berhenti-henti. Sandy terlihat semakin semangat dan bangga, terlebih ketika Azzahra memujinya. Keringatnya semakin banyak dan otot-ototnya semakin membesar ketika ia mencoba push up dengan satu kaki dan satu tangan.
"Wah keren sekali, Sandy" puji Azzahra seraya bertepuk tangan, beberapa orang yang mengerumuni Sandy juga ikut bertepuk tangan. Namun mereka tidak tahu, ada udang dibalik batu. Pujian Azzahra memang jujur, namun ia punya tujuan khusus.
Tepat ketika otot lengan Sandy sedang berkontraksi, Azzahra tiba-tiba memukul tepat di otot itu. Tak disangka-sangka, Sandy kesakitan sampai jatuh dan meringkuk di lantai.
Amos, fans berat Sandy, sangat marah. Sebab orang yang selalu ia puji dan ikuti kehebatan push upnya kini tersungkur kesakitan dilantai, dan Azzahra malah menertawakan Sandy dengan gamblang.
Amos membalas Azzahra dengan memukul kepalanya. Tapi Azzahra menahan tangan Amos yang kuat dengan mengerahkan seluruh kekuatannya. Amos menggunakan kesempatan itu untuk memukul otot lengan Zahra yang sedang berkontraksi, agar Azzahra merasakan rasa sakitnya otot yang dipukul ketika sedang digunakan. Sungguh sakit sekali, rasanya seperti daging terjepit kedalam tulang.
Zahra membalas memukul Amos dengan membabi buta.
Meskipun badannya sakit dan hatinya kesal, Amos tertawa geli melihat pembalasan Zahra yang seperti itu. Benar-benar seperti bocah kecil yang ingusan.
Amos merasa tertantang dengan kekuatan si mungil Azzahra. Kini ia tidak lagi bertujuan membela Sandy, melainkan bertujuan untuk mencari tahu, sampai dimana batas kekuatan Azzahra.
"Baiklah, sejak tadi kamu mau bermain bukan? Akan kuladeni! " ucap Amos dengan senyuman liciknya.
Azzahra kabur keluar kelas, namun Amos menangkap tangannya dan menghimpit Azzahra ke dinding. Ini adalah metode yang baik untuk membuat Azzahra skak mat.
Biasanya Azzahra selalu berhasil keluar hanya dengan meronta-ronta, mengingat tenaganya yang kuat untuk ukuran gadis kecil berusia 12 th.
Kali ini Amos menahan Azzahra di titik-titik yang tepat. Posisinya sangat dekat dengan Azzahra dan semakin dekat, kedua tangan Zahra ditahannya. Amos memaksa mendorong tangan Azzahra sampai menempel kedinding, padahal Azzahra harus melindungi bagian dadanya agar tidak bersentuhan dengan keringat dan badan Amos yang menjijikkan. Amos begitu kuat dan nyaris mengalah kan Azzahra. Lagian badan Amos itu sama dengan badan Sandy, sama-sama berotot dengan tenaga yang kuat.
Azzahra menyempatkan diri untuk mengambil jarum berkarat yang sengaja ia simpan di saku baju seragamnya dan mengarahkannya pada Amos. Amos tak menyadari itu, tak menyadari bahwa jika ia semakin mendekat, jarum itu otomatis akan menusuk lengannya.
Dan terjadilah, ia semakin mendekati Azzahra hingga jarum itu masuk sepenuhnya kedalam otot lengan atas Amos yang sedang berkontraksi dengan sangat kuat itu. Sontak saja Amos merasakan sakit yang luar biasa mengerikan dari kesakitan yang di rasakan Sandy tadi.
Amos melepaskan Azzahra "Dasar bodoh, sakit tauuu" Amos berteriak seraya menekan lengannya yang benar-benar sakit itu.
Azzahra tertawa sombong "Azzahra memang selalu menang" bangganya "Hati-hatilah dengan seorang Azzahra, karena dia selalu menyiapkan senjata terakhir yang tak terduga"
Azzahra kemudian memasukkan jarum itu di sakunya lagi.
Sandy yang sudah siuman ikutan kesal dengan tindakan Azzahra, ia memukul Azzahra namun Azzahra mengelak.
"Kalau kamu mendekat akan kutusuk dengan jarum" ancam Azzahra.
Sandy mengabaikannya, ia tetap saja mengejar Azzahra. Sandy kan anak atlet, tentu jago berlari, sedangkan Azzahra hanya anak rumahan yang suka menggertak orang saja. Dengan kecerdikan otaknya, Azzahra memanfaatkan kelenturan badannya dengan berlari melalui metode acak. Masih di dalam kelas, hanya saja ia berlari diatas meja teman sekelas. Hal itu membuat Sandy agak sulit menangkapnya. Semua orang dikelas ribut dan memarahi Azzahra, termasuk Kristan. Bagaimana tidak, meja-meja mereka yang bersih kini dihiasi jejak sepatu Azzahra, buku-buku juga kotor dan berserakan gara-gara dia.
Azzahra merasa itu adalah permainan yang menyenangkan, ia tertawa bahagia hingga hilang fokus. Sandy memgambil kesempatan itu untuk menarik kaki Azzahra. Hal itu membuat Azzahra hilang kendali dan terjatuh dari meja. Ia terhempas telungkup di lantai yang kotor. Ketika bangun, ternyata roknya sobek sangat besar dibagian belakang, sobekan itu menampakkan celana pop Azzahra dan kulitnya yang luar biasa indah itu.
Azzahra menjadi malu, sejak saat itu, ia berhenti bermain.
Sandy dan Amos mengejeknya "Apakah butuh di belikan benang?"
Azzahra tidak mau lagi menghiraukan mereka.
"Emang enak? Makanya tadi jangan lari-lari diatas meja itulah akibatnya" Yuna tiba-tiba megejek Azzahra sambil tertawa. Padahalkan dia teman sebangku Azzahra, tidak seharusnya dia ikut mengeluarkan suara.
"Maksud kamu apa Yuna?" bentak Azzahra yang memang sentimen dengan Yuna "Kamu mengejekku? Mau aku tarik ikat rambutmu, huh?" ancam Zahra. Ia mengancam akan menarik ikat rambut Yuna karena Yuna paling gak PD dengan rambutnya sendiri. Hal itu karena rambut Yuna kaku, hitam, keriting seperti NTT dan selalu menjungkit keatas. Setiap hari Yuna selalu mengikatnya, tapi tetap saja rambutnya naik keatas seperti ekor kalajengking.
"Tarik saja kalau berani! " Yuna malah menantang Azzahra. Apa dia lupa, Azzahra adalah anak yang tega dan akan selalu tega, terutama padanya.
Azzahra tersenyum senang 'Ini adalah permainan yang tepat ketika aku tak bisa jalan-jalan dikelas' pikir Azzahra.
Oke!, kamu yang minta" jawab Zahra seraya melepaskan ikat rambut Yuna secara tiba-tiba. Yuna terkejut dan refleks menahan rambutnya dengan tangan kanan.
"Azzahra!! " Yuna membentak Zahra dengan R berkarat "Kembalikan!!"
"Emang enak" Zahra mencibir seraya berdiri didepan meja untuk mulai melakukan aksinya. Meja Azzahra paling depan, jadi dia dengan mudah menarik meja itu supaya menjauh dari Yuna.
Yuna menggunakan tangan kirinya untuk menarik tasnya yang kotor dan dekil itu dari meja, agar tidak ikut tertarik Azzahra.
"Azzahra!!! " bentaknya lagi. Kini Zahra sudah berdiri tepat didepannya, mengintimidasi hanya dengan keberadaanya.
Yuna masih duduk dikursinya, tangan kanan menahan rambut, tangan kiri memegang tas. Dia tidak akan berani bergerak ketika rambut nya tak terikat, itulah kelemahan Yuna yang dimanfaatkan Zahra.
"Kamu harus PD dong Yuna, gak usah malu dengan rambut sendiri. Ini tuh ciptaan Tuhan, harus disyukuri" teriak Zahra seraya menarik tangan kanan Yuna tapi tidak berhasil "Lagian ini rambut atau sapu ijuk sih, kayak rambut palsu aja, jangan-jangan kamu itu botak ya, dan ini nih cuman wig murahan yang bisa kamu beli. Ayo tunjukin sama semua orang, biar kami semua tau"
Zahra menarik tangan Yuna dengan kuat, sampai terlepas dari rambutnya dan ia mulai menangis. Yuna pasti menangis jika rambutnya tergerai sedikit saja. Dengan sigap juga dia menahan rambutnya itu dengan tangannya yang memegang tas tadi, didetik itu juga Azzahra merampas tasnya. Yuna mulai berbalik merampas tas itu dengan tangan kanannya. Zahra membiarkannya. Toh Yuna sudah menangis.
"Ya Ampunnnnn....!!!!" Zahra mulai berdrama seraya memutar-mutari Yuna "Lihat deh, lihat...!! " Zahra mencungkil-cungkil rambut Yuna "Dasar cengeng, gitu aja nangis, hellow... Kalian semua harus lihat, betapa anehnya rambut Yuna." suara Zahra memenuhi ruang kelas. Mendadak kelas jadi sunyi dan sepi.
Zahra memaksa mereka semua untuk melihat rambut Yuna, tapi mereka hanya melihat seraya tertawa mengejek yang disembunyikan.
"Gak usah keterlaluan sama teman. Dia itu teman sebangku kamu loh" Fatma menasehati Azzahra, tapi Azzahra mengabaikannya, karena ia tahu semua orang pasti kasihan dengan orang yang ditindas. Tapi Zahra juga tau, mereka lebih-lebih tidak menyukai Yuna. Mereka adalah orang-orang munafik yang sok baik didepan.
"Apa?? " Zahra meneriaki Fatma "Gak usah munafik deh, semua orang di kelas ini gak ada yang suka dengan Yuna. Ngaku aja deh" Zahra menunjuk wajah Yuna "
"Aku berkata sesuai fakta, bukankah kalian sendiri yang terus terang bilang sama aku kalau gak suka dengan tingkah Yuna. Jadi lebih baik diam aja deh, gak usah ikut campur"
Zahra kemudian mengeluarkan tenaga ekstranya untuk merampas tas Yuna lagi dan berhasil. Yuna menangis semakin keras, semakin pilu ketika Zahra menarik tangannya yang menahan rambutnya, ia benar-benar takut rambutnya kelihatan.
Sekarang tak ada lagi yang membela dia, mereka semua tak berkutik lagi dengan kemunafikan mereka. Satu hal, Zahra selalu bicara jujur, semenyakitkan apapun itu. Inilah salah satu alasan kenapa orang tidak mau bersahabat dengan Azzahra.
Padahal Yuna itu satu kecamatan dengan Zahra, hanya saja Yuna terlalu cupu dan rendah diri. Selain itu sikapnya juga genit, sehingga tidak seorangpun yang mau berteman dengannya. Hanya Azzahra saja satu-satunya orang yang mau berteman bahkan duduk sebangku dengannya.
Hal itu karena Zahra tidak memilih teman. Azzahra berteman dengan siapa saja tanpa memandang bulu. Ia tidak menspesialkan siapapun, dan tidak pernah curhat dengan siapapun. Ia terbuka menerima semua teman.
Hanya saja, Azzahra membenci seseorang yang berkhianat dan memfitnahnya.