Reka pulang ke rumah sambil tersenyum bahagia, tiba-tiba dia melihat Anjas yang masih ada di sana bermain dengan putrinya.
"Pak Anjas?"
"Kamu baru pulang? dari mana? " Tanya Anjas menyelidik.
"Aku bertemu bang Fatih" Jawabnya Tanpa dosa. Anjas merasa kesal mendengar hal itu.
"Aku pulang dulu " Katanya sambil berdiri, lalu mencium kepala putrinya.
"A... yah.. " Kata Anjela tampak sedih karena ayahnya akan pulang. Tangan mungilnya mengenggam erat tangan Anjas.
"Sayang... ayah pulang dulu, besok kita bertemu lagi". Kata Anjas sambil mengusap lembut pipi putrinya itu. Anjela tampak tak rela melepas kepergian ayahnya itu, tapi dia melepaskan pegangan tangan nya dari tangan ayahnya. Anjas berlalu tampa menoleh lagi ke belakang. Hatinya amat kesal saat mendengar pengakuan Reka yang menemui kekasihnya itu, dia merasa sangat khawatir jika Reka tak akan bisa berpaling dari kekasihnya sementara dia sudah menyukai ibu dari putrinya itu.
Sepanjang perjalanan, Anjas tak bisa menenangkan fikirannya, sehingga dia berhenti di bahu jalan untuk menenagkan hatinya, Anjas mengeluarkan sebatang rokoknya dan menyalakannya.
"Aku harus mendekati Reka, aku harus membuat dia menyukaiku" gumamnya sambil menghisap rokok itu dalam. Anjas bukan seorang pria perokok, hanya saat-saat tertentu laki-laki ini membutuhkan rokok untuk menenangkan pikirannya.
......
"Anjela... udah malam.. bobo yuk! " Ajak Reka sambil menggendong putrinya itu. Anjela tak menjawab dia hanya diam saja saat bundanya menggendong nya ke kamar. Wajahnya tampak murung .
" A.. yah.. " Katanya hampir menangis. Reka tertegun melihat wajah putrinya itu.
"Iya sayang... besok kita ketemu ayah lagi ya!" bujuknya lembut. Anjela hanya mengangguk, tapi wajahnya masih murung. Reka ingat senyum cerah putrinya saat berada di samping ayahnya. hatinya jadi bimbang.. antara meneruskan cintanya, atau menyetujui permintaan Anjas untuk menikah dengannya demi putrinya, tapi dia tak ingin menjalani hidup bersama orang yang dibencinya. karena Reka masih belum bisa memaafkan pria itu seutuhnya, meskipun dia tak terlalu membencinya seperti dahulu lagi.
......
Hari ini Anjas dan Kakek berencana akan pergi ke desa Reka. Mereka berencana akan memberikan kejutan kepada Reka dan keluarga Reka di sana.
Mereka ingin membawa keluarga Reka menemui Reka, tapi tak memberi taukan hal sebenarnya pada keluarga Reka, bahwa mereka akan di bawa menemui putrinya.
Kakek Aslan yang berencana ingin membuat kejutan malah tekejut karena melihat Ayah Reka mirip dengan Almarhumah istrinya, dia ingat dengan putranya yang hilang yang memang sangat mirip dengan Almarhumah istrinya. Tak hanya sampai di situ saja, kakek Aslan lebih terkejut lagi saat melihat sebuah foto lama yang terpajang, salah satu foto itu menjadi pusat perhatian kakek Aslan. Foto itu foto ayah reka saat masih kecil bersama seorang pria yang sangat di kenal kakek Aslan. Pria itu adalah pesuruh di rumah saudara sepupunya. Beliau beberapa kali bertemu dengan pria itu, tapi kabarnya pria itu telah kembali ke kampung halamannya beberapa hari setelah putra tunggalnya menghilang.
"Berapa usiamu? " Tanya Kakek Aslan pada Ayah Reka.
"40 tahun.. " jawab Ayah Reka. Kakek Aslan semakin kaget, tapi ayah Reka berfikiran lain saat melihat ekspresi kakek Aslan.
"Saya nikah dalam usia muda Pak.. satu tahun setelah tamat SMA kami menikah.. saat itu saya masih berusia 19 tahun.. dan anak pertama saya lahir pada saat saya berusia 20 tahun, andai dia masih hidup, sekarang dia akan berusia 20 ." Terang ayah reka dengan wajah sedih, dia kembali teringat dengan anak sulungnya.
Lalu kakek Aslan melihat ke arah Anjas dan mengangguk. Anjas paham maksud kakek itu.
"Pak... saya ke sini ingin mengajak Bapak sekeluarga ke tempat saya, saya harap Bapak bersedia, bukankah saat ini adek-adek sedang liburan semester? jadi mereka bisa ikut" Kata Anjas.
"Tapi nak Anjas... bagaimana dengan pekerjaan Bapak? " Tanya Ayah Reka sedikit bingung. dia tak ingin mengalami kerugian karena semua modal itu berasal dari Anjas.
"Bukankah ada adik ipar Bapak yang akan memantaunya? " Jawab Anjas lagi. Anjas memang banyak tau tentang usaha Ayahnya Reka, karena dia selalu datang mengunjungi beliau sejak kepergian Reka, meskipun dia berfikir Reka tak akan pernah kembali, tapi penyesalan itu tak pernah hilang dari hatinya meskipun dia sudah berusaha semampunya untuk melupakan semua itu. Anjas masih belum sanggup untuk mengakui semua perbuatannya, karena dia sangat yakin keluarga Reka tak akan mau menerima bantuannya jika mengetahui hal sebenarnya. Tapi... saat ini dia bertekat, begitu sampai di Jakarta, dia akan meminta maaf dan mengakui semuanya, karena Reka masih hidup, lagi pula hatinya sudah mantap untuk menikahi perempuan itu, hanya saja perempuan itu masih belum mau menerimanya..
" Boleh bapak tau, siapa laki-laki di foto itu?" Tanya Kakek Aslan penasaran.
"Itu foto saya waktu berusia lima tahun Pak sekitar 35 tahun yang lalu, dan beliau adalah ayah saya" jawab Ayah Reka.
"Namamu? " Tanya Kakek Aslan, hatinya semakin berdebar mendengar penjelasan itu, dia tau, laki-laki di foto itu. Seandainya mempunyai seorang anak, belum akan seusia itu pada masa itu, karena pria itu melum menikah saat itu.
" Junaidi tapi biasa di panggil Juna" jawab ayah Reka. Pak Aslan sedikit kecewa, karna dia memberi nama putranya Arjuna dan panggilan putranya juga Juna.
Kakek Aslan ingat putranya punya tanda lahir di pundak sebelah kirinya.
"Juna... bisa bapak lihat pundak sebelah kirimu? " Tanya Kakek Aslan dengan mata berkaca-kaca..Semua orang yang mendengar menjadi heran..
" Siapa tau kamu putraku yang hilang 39 tahun yang lalu.." sambung laki-laki tua itu lagi.
Pak Juna membuka bajunya, ternyata benar ada tanda lahir di sana, Kakek Aslan segera memeluk putranya sambil menangis dan berkata.. " Andaikan Ibumu masih hidup... dia pasti akan sangat bahagia" Katanya sambil memeluk putranya.
Pak Juna masih bingung, dia belum memahami situasi ini, sementara Anjas sudah berlinang air mata, karna dia bisa merasakan perasaan haru saat menemukan anaknya. apalagi kakek Aslan yang telah menemukan putranya setelah 39 tahun.
" Maksud Bapak? " Tanya Pak Juna masih bingung.
"Aku adalah ayahmu " Jawab Kakek Aslan.
" Jadi..... " Pak Juna masih bingung sambil menunjuk fotonya bersama laki-laki yang selama ini di kira ayahnya.
" Nama laki-laki itu Burhan bukan? " Tanya Kakek Aslan yakin.
" Iya.. " Jawab Pak Juna heran.
"Ibumu? " Tanya kakek Aslan penasaran
"Aku tak pernah tau, Tapi ayah pernah menikah lagi saat usiaku lima tahun itu, tapi mereka sering bertengkar dan akhirnya perempuan itu pergi " Jawab Juna lagi.
Kemudian Pak Juna langsung keluar rumah dan berlari kerumah sebelah, yaitu rumah Pamannya. dia yakin Pamannya tau semuanya. Kakek Aslan dan Anjaspun mengikutinya.
Paman Pak Juna menceritakan semuanya, Waktu kecil sepupu dari ayah kandungnya ingin membunuhnya dan menyuruh Pak Burhan melakukan hal itu, karena tak tega, akhirnya Pak Burhan membawa pergi jauh, karena jika masih di sana nyawa Juna akan terancam, karena tuannya Pasti akan menyuruh orang lain. Namun seiring waktu, Pak Burhan malah sangat menyayangi Juna, bahkan dia lebih memilih Juna dari pada wanita yang menjadi istrinya, karena perempuan itu tak mau menerima Juna karena kurangnya ekonomi, dan akhirnya mereka bercerai dan nasib baiknya mereka belum memiliki anak, sehingga Pak Burhan tidak ragu untuk menceraikan istrinya itu. Paman itu bercerita panjang lebar
"Juna... maafkan Paman.. karena tak berani mengatakan hal yang sebenarnya.. dan maafkan Ayahmu.. maksud Paman.. Pak Burhan.. karena menculikmu dan tidak sempat mengakui hal yang sebenarnya sebelum beliau meninggal. " Kata pamannya memohon maaf.
Pak Juna langsung memeluk Kakek Aslan.. dan memanggil "Ayah.. " Kakek Aslan tak bisa membendung airmatanya.. karena dia sudah merindukan panggilan itu selama puluhan tahun.