Chereads / Sang Pemusnah / Chapter 33 - ENAM BELAS Gadis matahari terbit

Chapter 33 - ENAM BELAS Gadis matahari terbit

Hope melangkah santai. Dia sama sekali tidak menyadari ada seseorang yang mencuri-curi mengikutinya. Kemanapun langkahnya, dirinya tidak pernah lepas dari pandangan Aika.

Hope menguap, dia benar-benar lelah setelah melehati Dungeon yang menyulitkannya dan hampir mati. Hope kemudian melihat sebuah senjata yang membuat dirinya tertarik. Dia mendekati stan tersebut dan mengambil senjata yang mencuri perhatiannya. "Kelas unique?" Sebuah pedang kelas warrior. Bentuknya memang biasa seperti pedang para Spartan, akan tetapi ….

"Matamu sangat jeli, Tuan!" ucap sang Pedagang. "Pedang itu ditempa oleh seorang blacksmith legendaris, aku bisa menjamin kualitasnya." jelasnya.

"Legendaris, padahal ini terlihat seperti baru?"

"Pedang itu baru saja jadi dan dibuat oleh blacksmith pengembara. Rumor mengatakan dia hanya membuat satu senjata dalam setahun."

Hope melihat nama pembuatnya pada pedang itu "Mara". Dia penasaran dengan orangnya dan suatu saat nanti, mungkin dia harus mencari pemilik nama itu.

"Berapa harganya?"

"Hanya dua ratus lima puluh lima keping emas dan tiga puluh keping silver!" ucap sang pedagang.

Hope membayarnya dengan 300 keping emas (300 G). "Aku tidak memiliki Silver, jadi aku membayarnya dengan Gold dan jangan pikirkan kembaliannya!" ucap Hope.

"Terimakasih atas kunjungannya, Tuan!" ucap sang pedagang.

"Sama-sama, dan aku sangat berterimakasih jika Tuan meberitahu tempat tinggal pembuat pedang ini?" tanya Hope.

"Maaf, aku tidak memiliki informasi yang jelas, tetapi ada seorang gadis yang menjual pedang ini kepadaku baru tadi pagi. Gadis itu mengunakan kerudung cokelat terlihat seperti seorang pengembara dan mungkin dia masih berada di benteng ini." ujar sang pedagang.

"Terimakasih, mungkin aku harus mencarinya."

"Semoga beruntung, Tuan!"

"Tentu." sahut Hope sambil melambaikan tangannya.

Dia sanggup membuat pedang seperti ini dan padahal menggunakan bahan yang mudah didapat. Dia mampu membuat pedang dengan nilai tinggi walau memakai bahan yang biasa. Blacksmith ini bukanlah orang biasa dan orang yang memang aku butuhkan untuk membuatkan armor untukku. Hope terus memikirkan pemilik nama "Mara" tersebut.

Hope berjalan menelusuri pasar untuk kembali ke tempat sebelumnya. Kedua pedangnya dia gendong dengan seutas tali: Black Destroit yang terbungkus dengan kain dan pedang yang baru dia beli.

Hope berhenti melangkah. Jauh seratus meter di hadapannya Snow dalam masalah. Sepertinya dia memang harus belajar untuk menolong dirinya sendiri, gumam Hope. Selama perjalanan sebelunya, memang benar Snow terlihat seperti kucing penakut. Walaupun dia berasal dari ras Dwarf itu tidak menjamin. Snow bermasalah dengan mentalnya.

Snow didesak mundur hingga tersudut ke tembok. Di sebuah gang sempit antara dua bangunan besar, Snow mempertahankan sebuah bungkusan kain kecil di tangannya dari tangan pria sangar yang ingin merampasnya.

Hope melihat pria dengan armor, tinggi dan sebuah pedang besar di punggungnya. Perlakuannya terhadap Snow tidak bisa dimaafkan. Membuat tangan Hope mengepal. Tangan kasar pria itu mencengkram keras kepala Snow. Mata Hope menyaksikan orang lemah yang sedang ditindas. Hal itu mengangkat emosi Hope. Kau tak pantas sebagai seorang Warrior, geramnya. Gigi-ginya saling menekan, sepertinya dia sudah tidak tahan lagi melihatnya.

Tanpa rasa bersalah sedikitpun, pria Warrior itu menghantam bagian tembok tepat di samping telinga Snow untuk mengancamnya. Bersikeras juga Snow mempertahankan uangnya.

Pria yang mencoba merampok Snow sama sekali tidak memancarkan wajah bersalah. Dia seperti sudah mahir berperan sebagai seorang penjahat semejak baru dilahirkan. Hope tidak suka expresi itu. Wajah sangar dengan sedikit janggut, perampok itu terlihat begitu senang. Rambut pendek berantakan sedikit berwarna cokelat membuat Hope semakin muak. Satu lagi yang membuat Hope semakin muak, rokok di sela mulutnya yang tersenyum kotor.

Snow memang kucing penakut. Mentalnya benar-benar harus segera disembuhkan. Tetapi Hope masih bangga dengan apa yang Snow lakukan. Snow tetap ingin melawan dengan mempertahankan uangnya.

"Oi, cepat serahkan uang itu!" suara si Perampok terdengar berat—nada bas yang mendiskriminasi—dan kasar. "Jika kau tidak mau wajahmu aku hancurkan!" ancamnya.

Snow menjawab dengan memegang lebih erat uang hasil penjualan drop item yang baru saja dia jual—Drop item adalah barang berharga yang dijatuhkan oleh moster yang berhasil dikalahkan.

"Sepertinya sekarang kau keras kepala. Sebelumnya kau selalu memberikannya saat aku baru memintanya sekali. Jangan sombong baru kau berteman dengan orang asing itu. Aku peringatkan sekali lagi, serahkan uang itu!"

"Ti-tidak akan!"

"Ooo, jadi kau memang harus diberi pelajaran!" si Perampok memangangkat tangannya. Dia siap menghancurkan wajah Snow yang sedang memejamkan matanya.

"Oi, Anjing Sialan!" seru Hope sebelum tangan kotor itu dilayangkan ke wajah Snow.

Si Perampok menoleh ke belakangnya. Hope berdiri di sana dengan tatapan yang cukup tajam.

"Hope!" seru Snow.

"Kau Snow, jangan mengotori nama bangsamu dengan tindakan lemah seperti itu. Kau itu Dwarf bukan?"

Snow merunduk

"Oi bocah," panggil si Pencuri kepada Hope, "jangan sok kuat!"

"Lepaskan tangan menjijikan itu dari rambut temanku!" ucap Hope.

"Ooo," si Perampok langsung melepaskan Snow lalu mendatangi Hope. "Kau cukup berani ya!"

Si Perampok jauh lebih tinggi dari Hope. Dia juga memiliki tubuh yang besar—antara Hope dengan si Perampok, bagaikan lidi dan pensil.

Hope siap menghunus pedang yang berada di pinggungnya—pedang yang baru saja dia beli. Dia serius akan melawan perampok itu.

"Mwahahaha!" si Perampok malah tertawa. "Kau serius ingin menantangku?"

Siapapun akan menganggap Hope lemah dari segi melihat penampilannya saja.

"Kau harus diberi pelajaran!" seru Hope.

"Jangan bercanda, aku ragu kau bisa menyentuhku!"

"Kau akan segera mengetahuinya!"

"Baiklah, kalau begitu ayo bertaruh saja. Jika kau berhasil menyentuhku, aku akan memebebaskan temanmu. Aku memberi dua menit untukmu dan jika kau tidak berhasil, semua yang kau miliki harus kau serahkan begitu juga uang milik temanmu itu!" ucap Si Pencuri dengan penuh kesombongan. Dan kesombongan itu pun dihancurkan oleh Hope dengan begitu kejam.

"Sepertinya kau yang tidak akan sanggup menyentuhku, aku beri kau dua menit!" ucap Hope yang langsung membuat si Perampok melayangkan sebuah pukulan. Sayangnya pukulan itu meleset dan hanya mengenai permukaan tanah.

"Hanya seperti itu?" tanya Hope sengaja meremehkan.

"Keparat!" si Pencuri menebas Hope namun hanya membelah udara saja.

Hope lumayan lincah, dia bergerak seperti tupai.

"Aku tidaklah sebaik dirimu yang memberikan sedikit kemudaahan untuk lawanmu. Aku akan segera mengakhiri pertarungan yang sia-sia ini!" ucap Hope.

"Jangan banyak bicara, bocah sialan!" si Perampok melakukan tebasan dari atas. Hope menghindarinya lalu melompat sedikit ke atas dan menghantam kepala si Perampok gagang pedang. Menghantamnya dengan sekuat tenaga sampai pingsan.

Hope lalu merebahkan dirinya di tanah, "Hah," dia menarik nafasnya sejenak. "Sepertinya aku memukulnya cukup keras."

Snow tidak habis pikir dan hanya bisa menggaruk kepala. Tidak disangka-sangka Hope hanya mencoba mempropokasi lawannya dan mencari celah melakukan serangan dengan mengandalkan keberuntungannya. "Kau terlalu nekat, Hope!" ucap Snow sambil mengulurkan tangannya.

"Yang terpenting sekarang kau sudah terbebas." ucap Hope lalu meraih tangan Snow.

Hope mengetahuinya, level lawannya jauh berada di atasnya. Equip yang si Perampok itu gunakan adalah kelas epic atau kelas A. Akan tetapi, sepertinya dia tau cara membodohi lawannya.

Dari kejauhan, Hope tidak menyadari kalau dia sedang diperhatikan oleh seseorang. Snow juga tidak menyadarinya. Mereka pun langsung berjalan pulang ke penginapan.

"Oh iya, aku baru ingat,"

"Ada apa Hope?"

"Aku membeli pedang ini untukmu!"

Snow menerimanya dengan senang hati.

"Itu pedang yang bagus!"

Snow langsung mengendongnya.

"Terima kasih, Hope!"

Seorang gadis cantik mebawa keranjang belanja yang terisi penuh dengan sayuran mendekati si Perampok yang sedang tergeletak pingsan. Dia lalu memperhatikan Hope yang mulai menjauh dari pandangannya dan berkata "Aku telah menemukannya!"