Pagi hari menyongsong. Warga Weeds Town menyambut sinar mentari dengan senyum sumringa. Suasana pagi terlihat begitu manis.
Bar Leo akan segera buka. Semua pelayannya terlihat sibuk merapikan tempat itu. Semuanya tampak bersemangat.
Pagi hari adalah awal untuk memulai sesuatu yang disebut kehidupan. Mentari pagi menyinari semangat membara dari hati setiap orang. Hope terlihat sangat bersemangat. Hope terlihat rapi dan terlihat siap untuk mengawali harinya.
Hope telah menyisir rambutnya lebih rapi dari sebelumnya—sisiran yang cukup sempurna seperti model shampo. Hope tampak mengenakan bandana—kain yang digunakan mengelilingi kepala—berwarna merah. Rambutnya rapi jatuh ke bawah dan membingkai wajahnya di kedua sisi. Walau tetap mengenakan pakaian olah raga, sekarang dia terlihat sangat rapi. Black Destroit juga sudah berada pada posisi yang tepat di punggungnya. Sempurna, batin Hope sambil bercermin.
Hope turun dari kamaranya. Tumben-tumben Hope melihat Leo membuka barnya lebih awal. "Paman Leo, aku jalan-jalan sebentar. Dan sepertinya aku akan sarapan di luar."
Para pelayan langsung tersenyum.
Hope terlihat senang membuat Leo turut bahagia. "Selamat bersenang-senang, Hope!" ucap Leo.
Hope lebih bersinar dari sebelumnya. Dia membuka pintu bar dan di luar Snow sudah menunggunya. "Snow?" ucap Hope.
"Yo Hope," sapa Snow, dia memberikan seikat bunga mawar putih untuk Hope. "Bawa ini dan berikan padanya!" ucap Snow sambil memberikan bunga itu ke tangan Hope.
Hope sempat bingung, tapi itu bukan hal yang buruk. Hope menerima bunga itu lalu berkata, "Sepertinya kau sudah tau. Dan ini ide yang bagus!"
Snow menyentuh bahu Hope sambil menyemangatinya "Semangat!"
"Tentu saja dan aku berangkat!" ucap Hope.
Snow mengangkat jempolnya lalu tersenyum.
Hope menuju tempatnya kemarin, di taman depan pemandian Onsen. Hope melihat Aika menungunya sambil diduk di bangku. Hope merasa terlambat lalu berlari. Sialan, aku terlambat, gumamnya.
Hope harus membungkuk sambil memegang lutut saat sampai di hadapan Aika. "Maaf sudah membuatmu menunggu."
"Tidak apa-apa," ucap Aika. Mata Aika melirik bunga yang dibawa oleh Hope, "Itu …."
"Oh, ini untukmu!" Hope meberikan bunga itu walau sedikit gerogi.
Malu-malu Aika menerimanya, "Arigatou." tanpa sadar dia mengucapkan bahasa Negaranya.
Hope memperhatikan Aika. Dia tampil berbeda dari kemarin. Dia mengenakan pakaian mayoritas berwarna cokleat. Dia mengenakan kemeja berwarna putih kecokelatan, jaket kulit tanpa lengan, celana panjang dan sepatu dengan bahan yang sama dengan jaketnya. "Jadi kau seorang Hero?"
"Emn," Aika mengangguk. Aika mengenakan pakaian pemula.
Hope melihat Aika menyandarkan pedang besarnya di samping kirinya. "Tidak aku sangka kau seorang Warrior." ucapnya.
Hope melihat pedang besar yang berada dalam sarung kulit—gagangnya berwarna perak—dan Hope bisa mengetahui pedang Aika bukan pedang sembarangan. Pedang itu berada pada kelas yang tidak biasa.
Sama seperti Hope, Aika juga tidak mengenakan armor sama sekali. Jadi Aika bukan tipe Knight.
"Terima kasih bunganya." ucap Aika.
Hope mengangguk lalu duduk di samping kanan Aika. Sekarang mereka terlihat lebih santai tidak seperti kemarin malam. Sepertinya mereka sudah benar-benar menyiapakan mental sebelum bertemu lagi.
"Sepertinya asalmu dari luar Negeri, aku lihat kadang kau menggunakan bahasa Negara asalmu. Apa jangan-jangan kau juga terjebak di dunia ini?" tanya Hope, dia langsung menyadari kebenaran tentang Aika setelah melihatnya sekarang.
Aika mengangguk dan mulai bercerita, "Asalku dari Shibuya, Jepang. Aku baru satu bulan pindah ke Indonesia dan tinggal di Singaraja."
"Aika tinggal di Bali juga?" tanya Hope.
"Kakak juga tinggal di Bali?"
Hope mengangguk. "Iya, dan panggil Hope saja!"
Aika mengangguk, "Hope-kun …."
Hope tertawa ringan, "Walaupun sudah lancar berbahasa Indonesia, tapi sepertinya bahasa asalmu masih tetap kental. Baiklah, panggilan itu terdegar unik. Dan ambil santai saja saat berbicara, kita sudah menjadi teman bukan."
Aika mengangguk.
"Apa kau sudah sarapan?" tanya Hope.
Aika mengeleng.
"Kebetulan sekali, aku juga belum. Ayo!" Hope mengajak Aika menuju kedai makan yang tidak jauh dari tempat mereka bertemu.