Chereads / Sang Pemusnah / Chapter 40 - DUA PULUH Hujan di Musim Panas

Chapter 40 - DUA PULUH Hujan di Musim Panas

"Ini tidak benar." Hope berucap, di balik wajah datarnya dia menyembunyikan hatinya yang pedih. Siapa yang tidak sakit melihat tanah kelahirannya hancur. Sejauh ini, Hope mencoba menahan emosinya. Walau tangannya sudah mengepal keras dan dadanya mungkin memanas, dia mencoba untuk tetap tenang.

Ya, Hope kembali ke dunianya begitu saja setelah melewati portal. Lalu muncul di tengah jalan di antara mobil-mobil yang telah hangus terbakar.

"Bagaimana mungkin." ucap Hope.

Memilukan. Hope berdiri di tengah jalan dengan dada bergetar. Baru kali ini dia merasakan desakan hebat di dalam hatinya. Melihat kota benar-benar sudah hancur itu sangatlah mengerikan.

Tidak mungkin kota sehancur ini hanya dalam waktu tiga hari, pikir Hope. "Bercanda!" ucapnya. Dalam tiga hari, itu mungkin saja jika serangan terjadi tanpa henti dari hari pertama.

Hitungan waktu yang terbilang singkat membuat Hope berpikir ke arah lain, ini pasti ilusi. Tiga hari rasanya tidak cukup untuk menghancurkan kota besar, kecuali bencana alam. Hope bisa melihat banyak kerusakan yang diakibatkan oleh ledakan bom. Sama seperti yang menimpanya di mal. Dan lagi pula Hope tidak melihat adanya aktivitas tim penyelamat, kota malahan begitu sepi. Jadi dia bisa memastikan ini adalah ilusi.

Ilusi yang tidak sempurna, pikir Hope.

Beberapa bukti menyatakan dan Hope bisa melihatnya dengan jelas: pedang di punggungnya, pakaian, rambut, aventure bag, dan box. Semua itu hanya ada di The Exorscist dan tidak mungkin ikut terbawa jika dia benar-benar sudah pulang.

Sekali lagi Hope memastikannya dengan menggeser dua jarinya di udara lalu fitur menu pun muncul. Hope terengeh, "He-eh!" ternyata dugaannya benar.

Hope menjadi yakin dia sedang terjebak di dalam ilusi, dia menghunus pedangnya. Kemudian hal yang mengejutkan pun terjadi—tidak ada yang berubah.

Tidak ada ilusi yang bisa bertahan jika Black Destroit sampai terhunus. Ini berarti, apa yang dilihat oleh Hope adalah kebenaran.

"Be-bercanda," antara percaya dan tidak percaya, Hope harus mengakuinya, "I-ini bohong, hanya dalam waktu tiga hari …."

Hope terangah untuk beberapa saat dan setelah dia mengingat apa yang sempat dikatakan oleh iblis lentera hijau, Aku bisa membawamu kembali ke dunia asalmu. Hope akhirnya mengakui, "Aku benar-benar sudah kembali."

Adikmu pasti akan mati jika kau masih saja tetap berada di dunia ini. Bisakah kau masih tetap bersantai? Perkatan Iblis lentera hijau itu langsung mengingatkan Hope dengan adiknya. "Ran!" serunya.

Hope segera berlari menuju rumahnya yang tidak begitu jauh. Maksud hati biar bisa lega, namun sesampai di depan rumahnya dia harus kembali merasakan perih. Hatinya langsung pedih melihat rumahnya yang sudah rata dengan tanah kecuali garasinya.

Hope terdiam menyaksikan keadaan rumahnya. Setetes air matanya pun jatuh ke bumi karena kesedihan yang tidak sanggup dia tahan lagi. Dia sanggup merasakan kesedihan tanah yang sedang dia injak.

Hope mendengar, melihat, dan merasakan semuanya. Semua yang telah terjadi di sekitarnya. Dia membayangkan semuanya, Aku mendengar suara, jerit ketakutan. Luka menganga, peluh darah. Mereka berlari karena takut akan bumi bergetar. Ledakan di mana-mana. Dengan sekejap rumah mereka sirna. Aku bisa melihatnya dengan jelas, bagaimana sorang anak kehilangan ibunya. Tangisan ayah memeluk putrinya. Rintihan ibu yang sedang memeluk jasad putranya. Mereka tak berdaya. Aku bisa merasakan api yang panas. Jiwa yang terbakar tiada henti menjerit. Asap kematian yang menyesakan nafasku.

Hope memejamkan matanya kemudian menghirup nafas dalam-dalam. Menangispun tidak ada gunanya, pikirnya. Hope mulai menekan emosinya dan memungut koran yang berserakan tidak jauh di depannya.

"Mei dua ribu dua puluh empat," Hope melihat waktu saat ini di halaman depan. "Sudah tiga bulan berlalu, pantas saja." ucapnya.

Hope tidaklah lupa, dia baru tiga hari di dunia lain. "Jedanya cukup jauh." ucapnya.

Di tangannya sekarang, sebuah koran yang menjadi kunci pertama untuk mengetahui keberadaan adiknya. "Selamat atau pun tidak, aku harus menemukan adikku." ucapnya.

Hope membalik halaman koran, berita 15 hari yang lalu. Dia membacanya, "Diduga terror yang terjadi di setiap titik keramaian di Kuta dilakukan oleh kelompok radikal," Hope langsung marah dan meremas kertas koran tersebut sambil mengumpat "Jangan bercanda!"

Hope benar-benar tidak menduga mereka melakukan teror sampai sejauh ini. "Mereka benar-benar," tangan Hope mengepal, tapi bukan kemarahan yang dia inginkan. Hope membalik halaman lagi, dia mencari informasi para korban dan dia menemukan tiga rumah sakit. Hope merobek bagian itu, "Aku harus segera menemukannya." ucapnya.

Hope menuju garasinya. Garasinya adalah bangunan tunggal dan jauh dari rumah utama. Sebuah garasi yang berkapasitas dua mobil dan satu gudang penyimpanan. Pintu garasinya terkunci oleh dua gembok berwarna emas dan Hope tidak ambil pusing untuk mencari kuncinya. Dia mengunakan pedangnya untuk memotong gembok.

Hope membuka pintu garasinya yang memakai model pintu lipat berbahan logam. Dia membutuhkan kendaraan.

Di dalam garasi ada sebuah motor yang ditutupi oleh kain cokelat yang telah berdebu. Hope berkata, "Sudah saatnya kau bangun, kawan!".

Hope menarik kain yang menutupi motornya lalu kembali berkata, "Kita berjumpa lagi, Dullahan!".

Sebuah motor Harley sehitam gagak telah lama tertidur di dalam garasi sampai berdebu. Motor yang memiliki wibawa seorang raja legendaris dan tidak ada yang bisa memungkirinya sebagai raja para motor. Walau waktu terus menua, tidak ada yang akan sanggup menggantikan posisinya.

Hope kemudian menuju bagian belakang garasinya. Di sana ada sebuah lemari untuk menyimpan pakaian jika ingin mengendarai Dullahan.

Satu set pakaian hitam berbahan kulit—goth male long black vamp-style coat. Hope melepas bandananya dan menurunkan pedangnya kemudian memakai pakaian tersebut. Atasannya kemeja dan mantel kulit panjang. Bagian bawah adalah celana kulit cyber gothic—longgar, dan sepatu.

Hope mengambil kunci motornya digantung dekat cermin. Penampilannya sudah terlihat misterius seperti vampir. Dia mengambil pedangnya dan mengikatnya di samping pinggangnya. Mengambil helm lalu menuju Dullahan.

Tujuan pertama Hope adalah ke Nusa Dua. Di sana ada tiga rumah sakit Internasional. Menurut perkirannya, Trirana kemungkinkan berada di salah satu rumah sakit tersebut. Mudah-mudahan tidak terjadi hal yang paling buruk, pikir Hope.

Hope membuka penutup tangki motornya dan membiarkannya sampai tiga menit. Setelah itu dia menutupnya kembali dan menghidupkan mesinya. Tidak ada hambatan dan dia pun segera pergi.