Snow beruntung—bukan, tapi Hope lah yang selalu diikuti oleh keberuntungan—anak panahnya tepat mengenai mata Nobglobin. Snow sendiri masih belum percaya dengan bidikannya.
Hope terlepas dari serangan Nobglobin, sementara itu Nobglobin sedang merintih kesakitan sambil memegangi mata kanannya. Ini kesempatan emas untuk melakukan serangan balik, tetapi Hope sudah kehabisan tenaga. "Heehe, sudah saatnya untuk menyelesaikan semua ini!" ucap Hope sambil duduk bersila. Dia mengambil sesuatu dari tasnya, dua item yang akan menjadi kunci kemenangannya: Stamina Potion dan Attack Potion. Hope meminum keduanya secara bergantian.
Hope berdiri. Setelah meminum ramuan peningkat power, tubuh Hope memancarkan aura merah. Hope siap melakukan serangan pengakhir.
Nobglobin masih berada dalam status stunt (diam pada posisinya dan tidak bisa melakukan serangan atau gerakan). Hope menghirup nafasnya dalam-dalam hingga tiga kali. Dia juga mengambil langkah sedikit lebih mundur. Efek peninkat power hanya berdurasi 50 detik dan Hope sudah melewatkannya 20 detik.
Hope mengangkat pedangnya, "Kembalilah ke asal mu!" Hope melesat ke depan lalu melakukan sedikit lompatan, menebas leher Nobglobin dengan cepat lalu mendarat dengan sempurna—seperti melakukan olah raga lompat jauh.
Badan Nobglobin langsung roboh ke depan dan kepalanya jatuh tidak jauh di tempat Hope berdiri.
Tiba-tiba Hope langsung melemah seperti terkena serangan anemia. Dia hampir saja roboh ke depan kalau tidak cepat menggunakan pedangnya untuk menyangga tubuhnya—seperti kakek yang mengunakan tongkat.
Hope terlutut ke lantai. Pandangan Hope semakin membuyar. Dengan tubuh yang masih belum banyak dilatih, jika dipaksa untuk menampung kekuatan lebih dari biasanya maka akan berakhir seperti itu.
"HOPE!" Snow berteriak, dan Hope langsung menoleh. "Ini!" Snow melempar ramuan penambah stamina dan Hope menangkapnya dengan tepat. Hope meminumnya dan tubuhnya langsung kembali pulih walau tidak sepenuhnya.
Hope merebahkan dirinya, "Setidaknya rasa pusingku hilang." Hope menghela nafasnya.
"Kau baik-baik saja?" Snow mendekat.
"Aku hanya sedikit merasa lelah dan yang penting kita sudah menyelesaikannya." ucap Hope.
"Kau memang hebat, Hope!"
"Terlalu awal untuk memujiku, Snow!"
"Kenapa begitu? Kau dengan cepat membunuh bos!"
"Itu karena aku sudah tau kelemahannya, Nobglobin tidak bisa bergerak cepat. Tapi ini tidak sesuai dengan apa yang aku rencanakan, aku tidak menyangka akan menghabiskan dua Stamina Potion." ujar Hope.
"Tapi maafkan aku Hope, saat itu tanganku gemetar. Aku takut jika sampai mengacaukan semuanya!"
"Tidak apa, Snow. Hari ini kita masih beruntung. Kau hanya perlu banyak latihan, begitu pula denganku. Aku terlalu meremehkan musuh … Sudahlah, ayo kita ambil semua item-item yang berharga!" ucap Hope.
"Oke!"
Jika saja sihirnya tidak dibangkitkan oleh Sang Dewi, Hope tidak akan memiliki kepercayaan diri.
Hope kembali berdiri, "Kau lucuti tubuh bos, aku akan memeriksa sesuatu di sekitar sini!" ucapnya.
"Baiklah, dan apa yang akan kau cari?"
"Aku ingin memastikan sesuatu."
"Baiklah Hope." Snow langsung melaksanakan apa yang diminta oleh Hope.
Hope terpikirkan akan satu hal, kebiasan kaum goblin, mereka suka menimbun barang-barang berharga yang kebanyakan adalah emas. Para goblin akan menimbun semua itu di tempat yang paling aman dan sulit dijangkau. Hope bisa menebak dimana tempat penyimpanan itu, tidak akan jauh dari sekitar sini.
Hope melihat ke sekitarnya, ke seluruh ruangan. Tidak jauh beda seperti reruntuhan. Pandangan Hope kemudian terhenti di singgasana, Hope melihat sesuatu yang membuatnya merasa aneh—sebuah celah lurus pada lantai di depan singgasana. Hope lalu tersenyum, hooo … kalian tidak bisa menyembunyikannya dariku.
Hope menuju tempat singgasana itu berada. Hope mengelilinginya, pasti ada pemicu untuk membukanya. Pasti ada sebuah tombol atau apa pun itu yang letaknya tersembunyi.
Hope tidak berhasil menemukan tombol untuk membuka pintu yang ada di bawah singgasana. Dan akhirnya, dia memilih duduk bersantai di atas singgasana sambil menatak jagut. Saat Hope memutuskan duduk di singgasana, dia bahkan harus berusaha naik seperti menaiki sebuah tembok.
Hope memperhatikan Snow yang sedang mencoba menarik kapak Nobglobin yang berat. Snow terlihat kesulitan, tapi Hope hanya ingin bersantai sejenak. Dia memperhatikan kapak itu. Di pikiran Hope kapak itu bentuknya mirip seperti sebuah kunci, lalu itu menyadarkannya. "Ooo, itu kuncinya!" tunjuk Hope.
"Kenapa Hope?" tanya Snow.
"Kapak itu adalah kunci untuk membuka ruang bawah tanah yang berada di bawah singgasana ini!" tunjuk Hope.
"Ruang bawah tanah?"
"Benar," Hope turun lalu mendekati Snow. "Kita akan menemukan harta karun."
"Ah, yang benar Hope?"
"Aku yakin dengan itu."
"Lalu bagaimana cara mebukanya?"
"Sederhana," ucap Hope, dia kemudian mengambil tali dari dalam tas pingangnya.
"Tali?" Snow tidak akan mudah memahami apa yang direncanakan oleh Hope. "Aku tidak akan mengerti jika kau tidak menjelaskannya."
Hope langsung tersenyum kemudian berkata, "Hehe, sebaiknya aku tunjukan saja langsung. Pertama-tama, kita pindahkan kapak ini menuju singgasana!"
"Oh, baiklah" sahut Snow.
Mereka berdua mengangkat kapak tersebut menuju singasana walau sempat kesulitan. Mereka berhasil memindahkannya. Hanya saja, Hope kembali sakit pinggang.