Perhatian para goblin hanya tertuju pada Snow. Mereka menganggap Snow sebagai ancaman yang serius. Snow memang membawa busur dan beberapa anak panah yang masih cukup bagus, tapi dirinya dikalahkan oleh rasa takutnya. Snow melangkah sedikit mundur. Mentalnya memang jauh di bawah Hope. Dia baru pertama kali melakukan petualangan yang mengancam nyawanya. Biasanya dia hanya melakukan misi-misi kecil, seperti permintaan mengambil dan mencari item-item tertentu. Kali ini Snow benar-benar gemetar. Pemimpin goblin menyerukan untuk membunuhnya segera.
Sebelum para goblin bergerak menyerang Snow, satu per-satu lima goblin terbunuh dari arah belakang terkena anak panah. Hal itu membuat para goblin yang masih berdiri langsung terhenti dan menoleh ke arah Hope. Hope terlihat menyeringai. Sekarang Hope kembali terlihat seperti seorang Hero yang sesungguhnya—sepintas dia tampak seperti Arjuna yang sedang membentang panahnya—itu membuat Snow semakin kagum. Seorang laki-laki dewasa seperti Snow bahkan begitu kagum dengan Hope, bagaimana jika posisi Snow adalah seorang gadis? Mungkin saja gadis itu langsung jatuh cinta dengan Hope.
Hope menyeringai saat dilihat oleh pemimpin para Goblin. Sekarang pemimpin mereka tepat berada dalam bidikan Hope, "Sekak mat!" Hope melepaskan panahnya.
Pemimpin goblin langsung roboh seketika akibat panah yang mengenainya tepat di kepalanya. Akurasi Hope cukup tinggi. Kemampuan memanah tepat adalah kemampuan bawaan seorang Assassin. Hope memiliki tingkat akurasi yang lumayan sama seperti kelas Archers. Kelas Assassin memang dilatih untuk menggunakan berbagai jenis senjata kecuali senjata berat. Kelas meraka memang lihai mengunakan berbagai senjata selain senjata utama mereka yang berupa katana atau jenis pedang ringan lainnya. Jadi kelas Assassin memang kelas yang spesial karena mereka bisa membunuh dari jarak manapun, tetapi untuk memilih job Assassin tidaklah gampang. Kecepatan dan ketangkasan sangat dinilai saat mendaftar di Guild Petualang. Itu sebabnya, setiap kelas lahir berdasarkan jati diri mereka masing-masing.
Sebelumnya saat dunia The Exorcist masih berupa game, setiap kelas masih bisa dipilih secara bebas. Tubuh Avatar mereka akan diseuaikan berdasarkan kelas yang dipilih. Namun setelah insiden teror di mal Kuta, sekarang dunia The Exorcist menjadi sangat berbeda.
Saat pemimpin goblin tewas seketika, anak buahnya yang tinggal satu langsung murka. Dia langsung menegak ramuan berwarna hitam sampai habis. Dengan cepat efek ramuan itu langsung berpengaruh. Goblin itu langsung membesar setinggi 1.5 meter dan berubah menjadi setengah srigala.
Hope dibuat terkejut dengan fenomena perubaah goblin yang tidak masuk akal menurutnya. "Goblin Warewolf?" Hope tidak habis pikir. Kekuatan musuh meningkat sampai tiga kali lipat. "Bercanda!" ucap Hope.
Hope langsung mendapat serangan. Sebuah pukulan mendarat di lantai. Lantai retak, jika saja Hope tidak tepat menghindar dia pasti tewas.
Hope mencoba memanah Goblin Warewolf namun gagal. Anak panahnya ditangkat dan dipatahkan. "Dia menjadi cerdas." ucap Hope.
Snow sepertinya kebingungan mau melakukan apa untuk menolong Hope.
Hope kembali mendapat serangan dan dia hanya bisa mengindar. Serangan musuhnyanya terlihat seperti ahli karate. Hope mencoba kembali memanah dan tetap saja gagal, anak panahanya kembali dipatahkan.
Hope kehabisan anak panah. "Shit!" keluh Hope. Kondisi musuh di luar apa yang Hope bayangkan. Tidak ada pilihan lain kecuali mencoba tetap bertahan dengan tangan kosong.
Hope terus menghindar sambil tetap mencari titik kelemahan lawannya. Bagi Hope, lawan yang kuat pasti selalu memiliki kelemahan. Maka, Hope mempertaruhkan semua staminanya demi mencari kelemahan itu.
Lama-kelamaan Hope menjadi kewalahan. Sejauh ini Hope belum menemukan kelemahan lawannya dan hanya bisa berharap Snow mampu mengendalikan dirinya untuk membaca situasi.
Sedikit lagi Hope akan jatuh jika Snow terus saja seperti pengecut. Snow harus segera melakukan sesuatu untuk menolong Hope.
Akhirnya Snow mengangkat busurnya. Snow tidak bisa bertarung, memanah pun tidak begitu bagus. Intinya tidak bisa ikut membantu. Tapi, demi menolong Hope dia mencoba memanah sekali lagi. Panahnya memang melesat, tapi sayangnya tidak mengenai musuh dan malah hampir mengenai Hope. Snow sempat dilirik oleh Hope, Hope sepertinya tidak marah. Bidikan Snow yang meleset sepertinya sedikit memperlampat serangan musuh. Sekali lagi Snow menembakan anak panahnya dan tetap tidak mengenai apapun. Maksud Snow agar musuh teralih ke arahnya, tapi sepertinya musuh tahu yang mana harus lebih dulu dihabisi.
Snow kemudian mencoba mencari sesuatu yang bisa membantu Hope. Sesuatu yang mudah dilempar dan ditangkap oleh Hope. Jika ia melemparkan busurnya dan untuk anak panahnya pastilah sulit. Jadi Snow mencari pedang atau apa pun yang bisa berguna. Tak jauh dari tempatnya berdiri Snow melihat Black Destroit milik Hope. Pedang itu tidak berada dalam sarungnya. Snow tau kalau pedang itu juga berbahaya baginya. Tidak ada yang bisa memegang pedang itu selain Hope. Pedang itu begitu terkenal akan kengeriannya terhadap siapa pun yang tidak cocok dengannya. Snow harus berpikir dua kali jika ingin mengambil pedang itu, tapi tidak ada lagi senjata selain itu. Hanya senjata itu yang ada untuk menolong Hope. Snow langsung memutuskannya. Dia rela mengambil resiko demi menolong Hope.
Snow mengambil Black Destroit dan tangannya langsung terbakar hebat. Dia juga tersengat. Demi menolong Hope dia menahan semua rasa sakit itu. Ini bukan seberapa, pikirnya. Dia kemudian lari mendekati Hope. "Hope!" serunya. Dia melempar pedang itu ke arah Hope. Lemparan yang cepat dan tepat—Aura Black Destroit membuat goblin Warewolf mingir.
Snow akhirnya merasa tenang, setidaknya dia bisa berguna. Hope pasti bisa menangkapnya dengan tepat sebagai seoarang Assassin. Itu lemparan Warrior dan Snow tidak mengira-ngira lemparannya. Pada akhirnya tangan Hope kurang cepat menangkap pedangnya lalu menusuk dirinya sendiri.
Hope langsung roboh ke depan membuat pedangnya menusuk makin dalam. Hope kemudian tergeletak tidak bergerak sedikit pun.
"Tidak," rintih Snow, langsung terlutut ke tanah. "Tidak, Hope!" rintihnya lagi. Snow memegangi kepalanya dan merunduk. Dia sangat bersalah.
Hope tewas karena kecerobohan Snow dan Snow harus bertanggung jawab atas kesalahannya itu. Dia sudah tidak memiliki muka untuk kembali. Dia telah membuat musuhnya tertawa di atas tubuh Hope yang tidak bergerak lagi.
Goblin Warewolf hari ini tertawa penuh kemenangan lalu mengambil pedang dan siap memenggal kepala Hope.